Dingin mulai menerpa kulit mereka.
“Maafkan aku.” Ujar seseorang membuat kedua manusia yang tengah terdiam itu mendongakan kepalanya.
“Sara?” gumam Aira yang memang pada waktu tadi ia tak melihat keberadaanya.
Aira langsung berdeheum dan menggaruk tengkuknya, ia tersenyum.
“A-ah sepertinya aku butuh—pulang.” Ujar Aira dan ia langsung melangkahkan kakinya.
Lagi-lagi tak ada yang mencegahnya, betul, semua perasaan yang di rasakan Aira itu semuanya salah tentang Juna.
“Awas!” teriak seseorang langsung membuat Aira terpaku dan seketika tubuhnya memutar.
Aira makin terdiam napasnya semakin berat untuk ia lakukan.
Bau harum dan kain licin yang di pakai oleh seseorang semakin membuat Aira terdiam.
Darahnya berdesir dengan sangat hebatnya.
“Tak apa, tak apa.” Ujarnya sembari mengusap-usap rambut Aira yang terasa sangat kasar.
Sedikit ia mengangguk-anggukan kepalanya dan sekarang pandanganya telah di penuhi oleh gambaran wajah Juna.
Aira mengerjap-erjapkan kedua bola matanya, wajah itu tersenyum. Jerit batin Aira.
“Bernapaslah.” Ujarnya sembari menjauhkan wajahnya dari wajah Aira.
Lagi-lagi, batin Aira.
“Selow bro bawa mobilnya.” Ujar Juna sembari ber high five dengan kawanya.
Aira mendongakan kepalanya, perasaanya masih nggak karuan karena tadi ia hampir tertabrak.
“Anjir.” Gumam Aira kala melihat Raka yang tengah menyeringai kearahnya.
"Elo!” lanjut Aira sembari menunjuk wajah Raka.
Raka yang baru datang dengan setelan jas yang memang cocok melekat ditubuhnya itu langsung tertawa.
“Elo hampir bunuh gue!” pekik Aira sembari melayangkan tinjunya.
“Pergelangmu masih sakit.” Cegah Juna sembari memegang lengan Aira yang tadi melayang.
Aira terpanah untuk sesaat.
“Ck, masuk. Kalian memprihatinkan.” Kata Raka mendekati mobil Alfa Romeonya.
Aira terpengarah.
“Elo maling mobil Ka?” pekik Aira sembari membulatkan kedua bola matanya.
Dengan enggan ia membalikan kembali tubuhnya dan melangkahkan kakinya memutari tubuh Aira.
Dan Aira langsung di dorong oleh Raka sampai ia memasuki mobilnya.
“Elo nggak ikut?” tanya Raka kala melihat Juna yang masih terdiam sembari tersenyum.
Airapun mulai melihat kearah Juna.
Apa ia akan pergi lagi? Batin Aira.
“Sepupu gue.” Ujar Juna dan melirik kearah Sara yang sedang terdiam di belakang Juna.
Raka yang melihatnya hanya mengagguk-anggukan kepalanya sembari memasuki mobolnya.
Kita berjumpa kembali..
“Pokoknya ceritain sampai selesai kenapa lo bisa bawa mobil sebagus ini.” Kata Aira memecahkan keheningan.
Raka langsung menatap Aira dari spionya.
“Sepertinya gue lebih baik kerumah sakit dulu.” Ucap Raka dan Juna langsung mengangguk-anggukan kepalanya.
Aira mengernyit dan ia baru menyadari kalau-kalau tadi mereka itu hampir mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...