"Ke-kenapa kau ada disini?" tanya Aira kala kesadaranya mulai meluap.
Aira langsung memasuki studionya dan melihat kesekelilingnya, tak ada yang berubah batin Aira.
"Kau tak masuk sekolah, tapi kau masuk studioku tanpa ijin." Ujar Aira tapi, lelaki itu masih terdiam, memperhatikan gerak-gerik Aira.
"Ck, bentar lagi Ujian Juna, kau harus sering masuk, akhir-akhir ini kau banyak membolos." Kata Aira lagi dengan di akhir katanya ia buat suaranya serendah mungkin.
"Aku hanya lapar." Ujar Juna sembari mengikuti duduk Aira di sofanya.
"ck, jauh-jauh elah." Ujar Aira sembari menggeser bokongnya, tapi, apa daya, sofa itu tidak besar dan cuman ada satu di studio Aira.
"Aku hanya ingin duduk."
"Aku hanya ingin, aku hanya ingin, sedari tadi kamu hanya ingin, sebenarnya apa yang kamu inginin!" Cecar Aira sembari berdiri berjalan kekamar mandinya.
"Jangan ngintip." Ujar tiba-tiba Aira sembari menunjuk Juna yang tengah tersenyum karena tingkah Aira.
"Dia bisa konyol juga." Gumam Juna sembari membaringkan tubuhnya kepunggung sofa. Meresapi wangi yang tersimpan di sofa itu.
.
"Kau membawa ini semua?" tanya Aira kala melihat di pantry terdapat 2 kresek putih.
Juna menatap Aira yang tengah memperhatikan TV dengan tanganya yang memegang satu boneka burung hantu. Lalu ia mengangguk.
"Kenapa harus kangkung, daging, dan apa-apaan ini? Kau seperti membeli makanan untuk seminggu Jun-"
"Sudahlah basa-basinya." Ujar tiba-tiba seseorang langsung membuat Aira terdiam.
Bukan pekikan atau kata-kata tak sopan dari mulut Aira, tapi Aira sekarang hanya terdiam membatu.
Ia merasa merinding, untuk saat ini.
Kala tangan seseorang terasa di 2 belah sisi perut dan pinggangnya, Aira merasa aneh.
"Ja-jangan macam-macam Juna." Gagap Aira sembari memejamkan kedua bola matanya, baru kali ini ia merasakan sensasi yang aneh pada tubuhnya.
Dulu bersama Aldo tidak seperti ini, bahkan kami pernah berpelukan tapi tak pernah seperti ini, batin Aira.
"Hanya satu macem." Bisik Juna di dekat telinga Aira, mata Aira mulai terbuka dengan sayunya, mencoba menatap Juna yang sekarang ada di dekat telinganya dengan ekor matanya.
"A-apa, kenapa?" tanya Aira.
"Memasaklah, ajari aku." Ujar Juna yang sekarang ia telah berada di sisi Aira yang masih membulatkan matanya.
Aira tak percaya ia akan di permainkan oleh sahabtnya Raka yang tak tau malu ini, sial.
"Ngomong-ngomong, gue baru denger lu gagap kayak gitu, kenapa?" tanya Juna masih membantu Aira memotong semua kangkung yang masih mentah.
Aira langsung mendelikan matanya kala mendengar pertanyaan yang bodohnya itu di lontarkan oleh Juna, malunya Aira.
"Nggak." Ketus Aira sembari membawa kangkunya kewastapel, mencuci kangkung layaknya mencuci pakaian, ia tengah kesal.
Juna hanya mengedikan bahunya sembari tersenyum mengejek.
Dari pada ngejailin banyak orang ternyata enakan ngejailin satu orang, satu orangnya itu batu dan tak tau malu lagi, ia suka itu."Kau bisa duduk santai saja, jangan menggangguku memasak, jangan membuat masakanku seperti kejadian 3 bulan lalu." Ujar Aira mengusir Juna yang di balas kekeuhan oleh lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...