Chapter- 18

901 52 1
                                    

Juna masih berpikir sekarang, dimana ia bisa menemukan Aira?

Dia tidak ada di studionya, lantas di mana anak perempuan itu?

Ia menghelakan napasnya dan kembali menuruni tangga.

Tubuhnya masih berbalut dengan baju Raka.

Dengan santai sembari menundukan kepalanya ia berjalan kaki menyusuri terotoar jalan yang mulai lenggang dengan kendaraan.

Tubuhnya mulai menggigil merasakan angin malam yang menerpa kulitnya.

“Ck, kenapa gue jadi melow begini?” desah Juna sembari berhenti berjalan dan mencoba membulat-bulatkan matanya.

“Ini bukan gue, dan kenapa gue sampe rela jalan kaki begini?” ketusnya lagi, lalu ia menghubungi pak Kim.

“Jemput di halte perempatan studio Raka.” Ucap Juna langusng menutup teleponya.

Dengan enggan ia mendudukan tubuhnya di kursi halte.

Ia masih tak percaya dengan apa yang tengah terjadi dengan dirinya seharian ini.

Kemana Juna yang berkuasa?

Kemana ego Juna yang tinggi?

Kemana power Juna saat ini?

Ia tak percaya bahwa ia mampu menceritakan semua masalahnya kepada Raka, dan juga ia tak percaya kalau dia hampir saja menangis tadi, ingat. Me-nangis!

“Apa kau menunggu lama?” tanya seseorang semabari membuka jendela mobilnya.

Juna langusng mendongak dan berjalan memasuki mobilnya.

“Tidak selama itu.” Gumam Juna sembari menyenderkan kepalanya ke jok mobil.

Pak Kim yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Ini seperti bukan gayamu anak muda.” Ucap pak Kim sembari menjalankan mobilnya.

Sedangkan Juna hanya berdecih dan menutup kembali kedua bola matanya.

Tubuhnya sangat lelah saat ini, entah karena apa. Padahal sedari siang pekerjaanya hanya tertidur dan tertidur.

“Rabu malam, kita siap.” Beritahu  pak Kim dan Juna langsung mendongakan kepalanya.

“Siapkan semuanya. Dan juga uangnya untuk pelengkap.” Ujar Juna.

“Dan apakah si tua itu menyuruhmu untuk menculikku?” tanya Juna kala merasakan bahwa jalan yang di lewatinya bukan jalan ke apartementnya.

“Ya, mau bagai mana lagi. Sebaiknya kau ganti baju.” Ujar pak Kim sembari menengok kebelang joknya.

Juna kembali mendesah tak semangat.

Rupanya dia ngajak perang di wilayah yang aman. Ujar batinya.

.

“Selamat malam sayang.” Ujar Ella kala melihat putranya datang.

“Malam bu.” Balas Juna sembari mengecup kedua pipi Ella.

“Malam jelek.” Ucap Juna kearah Sara, dan Sara langsung mendelik sebal.

“Wah rupanya kau telah datang, lebih cepat dari perkiraan.” Ujar lelaki paruh baya itu sembari terduduk di kursi makanya.

Juna hanya bisa menghela napas dan ikut bergabung.

Ia tak mau menjawab ocehan ayahnya itu, kalau menjawab mungkin saja bibinya atau ibunya akan kembali sakit.

Juna tak mau hal itu terjadi, sekarang ia harus menjadi anjing yang baik.

BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang