"Mbul, si Raka kemana lagi sekarang?" tanya Aira dengan jengah.
Perlu perhatian, beberapa bulan terakhir Raka sudah tidak evektif lagi bekerja di restoran Mama'cacing ini.
Padahal kalau tanpa bantuan Cacing Raka maupun yang lainya pasti bakalan jadi pengangguran alami di kota.
"Bukanya dia lagi nganterin pesanan ke kantor biasa?" tanya kembali Mbul yang langsung membuat Aira mengerutkan keningnya.
"Emang nggak keseringan tu Boss makan, makanan sini?" gumam Aira yang masih terdengar dengan telinga Mbul.
"Kita ambil keberuntunganya aja, Nyonya." Ujra Mbul sembari nyengir.
Dan Aira langsung memandang tajam Mbul dengan satu tangan tinjungnya melayang mengarah kearah Mbul.
Aira keluar dari tempat memasak yang penuh dengan bau minyak goreng dan sebagainya.Ia sedikit mengambil jus mangga dan terduduk di bangku khusus pelanggan yang tak terpakai.
Ia menatap kearah kaca besar, manampilkan jalanan yang sudah sangat ramai di pagi hari yang lumayan berawan.
Di liriknya jus mangga yang masih tak ia minum.
Aira memejamkan matanya, seolah-olah alam bawah sadarnya menyuruh ia melakukanya.
"Aira!" teriak Juna di salah satu jalan di kota ini.
Ya, Aira memang tengah berjalan setelah ia berhasil meneransfer uangnya dan juga Raka ke ibu panti asuhanya di kampung.
"Aira." Teriak lelaki itu lagi dan kali ini Aira membalikan tubuhnya.
Ia memperlihatkan senyumanya kearah Juna yang tengah tersenyum kerahnya.Di lihatnya Juna yang tengah menyebrang jalan dan sampai Juna sudah ada di hadapanya Airapun masih tak mengganti pandanganya.
Juna tersenyum kala melihat Aira yang masih menatapnya dengan senyuman jelas tercetak di bibir Aira.
Dengan perlah Juna membungkukan wajahnya dan mencium sekilas bibir Aira.
Aira langsung membelalak dan mengerjap-erjapkan matanya.
"Ck, ngelamun lagi, mau lagi?" ujar Juna yang langsung membuat Aira membulatkan kedua bola matanya dan menatap Juna dengan tatapan tajam.
"Lo!" tunjuk Aira yang sekarang tengah menghujami bahu Juna dengan hujanan kepala tinju Aira.
"Sungguh Aira, aku hanya ingin menyelamatkanmu, akhs sudah ini sangat sakit." Titah Juna sembari menahan serangan-serangan bertubi-tubi dari Aira.
"Menyelamatkan katamu? Sini aku bunuh kau!" ujar Aira sembari terus menyiksa Juna.
Dengan di temani tatapan geli dari setiap orang yang lewat Juna maupun Aira masih terus melanjutkan aksinya dengan sedikit senyuman yang mereka dapat di bibir masing-masing.
Aira mengerjap-erjap matanya setelah silau mentari mulai mengganggu pejaman matanya.
Dia berdecih dan mulai mneyenderkan punggungnya kekursi.
Di lihatnya kembali seluruh ruangan yang masih terdapat pelanggan yang tengah mengisi perut mereka.
"Sepertinya, aku harus mempunyai pekerjaan lain." Ujar Aira setelah melihat isi pesan dari ponselnya yang baru sesaat berdenting.
Aira menghembuskan napas beratnya.
Percuma ia bersender ke bahu Rakapun ia pasti masih belum bisa untuk melunasi semua hutang di panti.
Ia memijit pelipisnya dengan penat, pusing makin menjalar di indra perasanya. Rasanya ia ingin kembali kemasa itu. Masa-masa konflik masih belum berlaku di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...