Chapter- 27

1.1K 55 2
                                    

“Jadi?” tanya Aira kala keduanya masih terdiam, Aira langsung memicingkan kedua bola matanya.

“Ah, bengkel gue terbengkalai ya Tuhan.” Pekik Raka sembari berdiri dan berlalu dari hadapan keduanya.

Aira yang menatapnya hanya terbengong hampir terkaget dengan tingkah Raka yang tiba-tiba dan sekarang ia telah pergi.

“Ah, Jun jangan bikin Aira mendesah terlalu lama.” Ujar Raka kembali membuka pintu yang hanya memperlihatkan satu kepalanya.

Juna langsung terkekeuh dengan Aira yang telah membulatkan kedua bola matanya, semakin bulat kayak tahu bulat.

Hening dan Aira mulai melihat kearah Juna yang tengah menatapnya sembari menyenderkan dirinya kepunggung sofa.

Aira mulai susah kembali menelan salivanya.

Di mana Aira yang tadi sempat marah-marah kepadanya?

“Jadi—“ Aira langsung mendongakan kepalanya, dan mulai menyimak apa yang akan di katakan Juna.

“Aku nggak tahu harus ngomong apa.” Ujar Juna yang langsung membuat Aira terpengarah. Buat aku pingsan sayang, aku mohon !

“Oke!” dengus Aira sembari bersedekap dada melihat kearah lain. Ceritanya ia lagi merajuk gitu.

“Bundaku meninggal saat usiaku 7-8 tahunan, sebelum itu hidupku sangat bahagia dengan Ayah. Hingga tiba-tiba sebuah penyakit menyerang Bunda dia terkena gagal ginjal yang sudah sangat kronis. Hingga, Ella datang—entah kapan ia datang tapi saat itu ia sangat baik kepadaku.

Bahkan ia selalu membantu bundaku di kala sakit, memberinya makan atau memberinya minum obat, ia selalu datang setiap hari begitupun dengan bibi Alle.

Hingga suatu masa aku melihat Ella memberikan sesuatu serbuk ke makanan bunda dan langsung membuat bunda tertawa dan menangis dengan seketika. Bunda mengeluh saat itu kepalanya sangat pusing dan membuat tanganya memukul-mukul keras kepalanya sendiri.

Aku menangis saat itu begitupun dengan Ayah yang hanya terdiam tapi aku tahu di dalam hatinya ia lebih tersakiti di badinkan aku atau di bandingkan bunda yang merasakan sakitnya sendiri.

Ella langsung mendekati ayahku saat itu, dan pada saat itu juga aku tahu bahwa Ella adalah seorang mantan dari Rolland yang di putuskan karena ayah lebih memilih Bunda di bandingkanya.

Beberapa bulan kemudian bundaku tiada dan dengan Ayah yang sangat terkejut dengan fakta bahwa Bunda ku adalah pemakai.

Ia memakai obat-obatan setan itu tapi Ayahku tak percaya akan hal itu karena ia lebih mengetahui sifat Bundaku.

Aku mulai terdiam dengan Bibi Alle di sampingku hingga pikiran tentang Ella menyeruak di kepelaku.

Aku menatap Bibi Alle waktu itu dan menceritakan tentang Ella yang selalu memasukan sebuk-serbuk putih kedalam makanan Bunda, dan pada saat itulah aku melihat Bibi Alle yang sangat marah hingga dirinya langsung meninggalkan aku di pusara Bundaku.” Juna langsung menatap kearah Aira yang berada di depanya sembari tersenyum.

Aira terenyuh dan langsung berdiri berpindah duduk jadi di sebelah Juna.
Tanganya mulai terulur mengusap-usap punggung lelakinya.

“Waktu itu aku masih kecil Ra.” Adu Juna sembari menutup wajahnya dengan kedua tangan besarnya.

“Aku nggak tahu apa yang di berikan si Ella itu kepada Bundaku, kalau aku tahu pasti aku sudah mencegahnya untuk mematikan Bundaku.”
Aira langsung memegang pundak Juna, menghadap kepadanya dan langsung memeluk Juna.

Aira sedikit menggigit bibirnya kala ia memeluk Juna, bahkan aku nggak menyuruh Juna menjelaskan tenatang Bundanya yang bisa membuat ia sakit. Ia sedikit memejamkan kedua bolamatanya.

BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang