Aira tertegun sesaat kala matanya melihat seorang wanita yang tengah terduduk terdiam di kursi rodanya, dirinya termenung melihat kearah luar jendela besar yang menghadap pekarangan belakangnya.
Ia mulai tersenyum getir, di rumah yang sebesar ini yang juga terdapat orang sakit tidak ada satupun yang menemaninya.
Kasihan.
"Rumahnya gede, tapi sepi." Gumam Aira sembari membawa mangkuk berisi buburnya dan menghampiri wanita itu.
Aira berjongkok di hadapan wanita itu sembar tersenyum kala ia mendapatkan perhatianya tapi tidak lama karena setelah itu pandanganya melengos kembali menatap kedepan.
Aira ternyum getir kala melihatnya, tatapanya kosong dan dia seperti tidak punya harapan.
"Nyonya, Nyonya makan ya." Ujar Aira sembari menyendokan satu sendok ke mulut wanita itu tapi tidak lama kemudian sendok itu di hempaskan dengan sekuat tenaga hingga suara besi jatuh di sekitaran ruangn itu terdengar.
Aira menatap sendok dan buburnya yang sedikit berceceran.
"Nyonya nggak suka pasakan saya?" tanya Aira kembali yang tidak di respon sama sekali, dengan malas ia mengambil sendok baru dan berusaha menyuapi kembali wanita itu.
"Nyonya makan, biar sembuh." Ujar Aira, wanita itu langsung menatap Aira, sedangkan Aira langsung memberengut dan
Prang
Suara pecahan beling mulai terdengar kembali di ruangan sepi itu.
Mata Aira membulat sempurna dengan sesekali melihat kearah wanita yang sekarang tengah menatap Aira dengan tatapan biasanya."Ma-sak." Ujar wanita itu dan Aira langsung mengernyit.
Maksudnya apa ? batin Aira, apa ia harus memasak di sini ? memakai dapur orang lain? Ia mulai membatin lagi.
Hingga sebuah tamparan kecil di pundaknya mulai menyadarkan Aira.
Ia langsungsung menganggk-anggukan kepalanya kala wanita itu menatapnya dengan berbeda..
"Nyonya harus mengahabiskan semuanya, pokoknya saya nggak mau tau." Ujar Aira masih berada di depan kompornya, sesekali juga Aira melihat ke depan memperlihatkan wanita itu yang sepertinya sangat menikmati pekerjaan yang tengah di lakukan Aira.
Sedikit Aira tersenyum kala memasak saat ini.
"Sayuranya cuman ada wortel saja Nya, dan mungkin ini wortel yang seminggu yang lalu." Ujar Aira sembari memotong wortelnya kecil-kecil.
Lagi-lagi Aira melihat kearah wanita itu yang sepertinya sedang terpengarah.
Aira sangat ingin membawa wanita itu, berdekatan denganya, memasak bareng dengannya. Tapi, ia di rasa takut.
Takut terjadi hal sesuatu yang tak di inginkan.
"Tadaaaa." Ujar Aira memperlihatkan karya pas-pasanya kearah wanita itu.
Mangkoknya masih mengepulkan uap panas dan wanita itu tersenyum dan mengangguk."Mau di makankan Nyonya?" ujar Aira yang langsung di angguki oleh wanita itu.
Aira mulai menyuapi bubur kewanita itu yang memakannya dengan lahap.
.
"Lo, lagi lihat apa Jun?" tanya Raka yang masih berada di depan layarnya, dan tiba-tiba suara pecahan kaca mulai terdengar dari layar itu, Raka dengan tidak sopannya langsung melihat apa yang tengah di lihat sahabatnya.
"Hah?" ujar Raka yang langsung membuat Juna mengernyit.
"Ke-kenapa dia?" tanya Raka sembari melihat kearah Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...