Chapter- 14

1K 54 0
                                    

“Apa yang tengah kau pikirkan?” tanya Raka kala melihat Aira yang tengah memangku dagunya dengan masih memakai baju kebesaranya, clemek.

“Sesuatu.” Raka langsung mengernyit dan langsung mengedikan bahunya, ia ambil sesuatu yang memang harus ia ambil itu.

Aira berdecih dan membuka bajunya sekenaknya.

“Huwah anjir ya lo buka baju di hadapan laki sekenaknya gitu!” protes Raka yang memang masih berada di sana sembari mencoba menutup matanya walaupun tak bisa.

“Ck, gue kira nggak ada orang.” Ujar Aira lempeng dan langsung merebut kresek yang tengah di jinjing Raka.

Raka, entah apa yang sekarang tengah di pikirkanya. Tapi, apakah Raka harus khawatir sekarang?

Khawatir dengan sikap Aira yang akhir-akhir ini mulai berubah kala bertemu kembali dengan Juna.

“Itu tugas gue, Ra.” Cegah Raka kala Aira telah melewati pintu belakang restoran.

“Biar gue yang urus.”

“Tapi itu bagian gue, elo mah masak aja.”

“Elo gantiin gue aja.”

“Ck Ra, entah apa yang tengah lo rasakan tapi nggak usah begini. Elo bisa aja di pecat.”

“Gak papa, gue emang udah niat ngundurin diri dari pekerjaan ini.” Ujar Aira yang sekarang ia benar-benar telah melenggang pergi.

Raka yang mendengarnya hanya bisa cengo kembali.

Entah pikiran apa yang tengah melanda otaknya Aira, tapi Raka janji bahwa ia akan meluruskan suasana yang terasa aneh sekarang menurutnya.

Selama ini Aira tak pernah begini kepada Raka, memberikan rasa khawatir yang berlebihan kepada Raka.

.

“Mang ojek, seperti biasa ya.” Ujar Aira sembari menerema helm setelah si mang itu mengangguk dan berbicara seadaknya.

Di dalam perjalan Aira masih saja melamunkan tentang kenyataan yang terungkap beberapa waktu ini.

Tentang masalah panti yang menurutnya masih abu-abu, ya walupun sudah rampung tapi, menurut Aira hal itu masih saja janggal.

Tentang ibu-ibu yang hanya bisa makan lancar dengan melihat dirinya masak terlebih dahulu.

Tentang Juna yang masih bisa ia lihat dan juga kenyataan bahwa ia adalah pemakai.

Entah apa yang akan ia lakukan sekarang.

Melarangnya ?

Oh tentu saja tidak, memang ia siapanya yang bisa mengatur-atur hidup orang lain?

Tentu saja Aira tidak ingin di permalukan oleh lelaki itu.

Mengajaknya bermusyawarah? Hey, memang ini forum apa sehingga bisa terpikirkan kata-kata itu!

Sungguh ia merasa sangat di lema sekarang, dengan perasaanya dan juga perasaan Juna yang menurutnya itu sangat berbeda dengan dulu.

Ya, walaupun dari dulu Juna itu terlihat baik dengan Aira, tapi Junanya dulu itu nggak seblak-blakan yang sekarang.

Aira masih bingung dan mencoba memikirkan hal-hal bodoh apa yang bisa membuat Juna seterbuka itu sekarang terhadapnya.

Tentu saja terhadapnya, ia pasti takan berbuat hal yang macam-macam terhadap Raka atau si 3 serangkai itu bukan ? seperti Kissing? Hug? Tidur bareng dan— ah itu semua membuat kepala Aira pening sekarang.

Seakan-akan angin yang sedari tadi menghantam wajahnya itu hanyalah sapaan biasa dan debu yang menyerang mata-matanya hanyalah segelintir kerikil yang ada pada bebanya.

BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang