Chapter- 15

1K 55 0
                                    

“Apa kau tengah memberikan kejutan kepadaku?” tanya Juna sembari berjalan kearah Aira dengan senyuman cerah yang menawan di wajahnya.

Aira masih membulatkan kedua bola matanya, jantungnya masih berdentum dengan tak sewajarnya, detak nadinya mulai melemah kala Aira menatap mata Juna dengan langsung.

Sungguh menawan.

Dan dengan tiba-tiba Juna mencium kening Aira.

Dia shock

Dia, dia—pokoknya dia bingung sekarang.

“Apa kamu sakit? Kenapa tidak bergerak dan kenapa—aish.” Juna langsung tersenyum geli dan menatap kearah lain.

“Bernapaslah.” Ujarnya di hadapan Aira dengan lembut.

Aira mulai menarik napas dan menghembuskanya dengan gerakan perlahan.

Ia membulatkan kembali kedua bola matanya.

“Elo—“ Aira menujuk Juna tepat di depan hidungnya.

“Elo, ngapain disini.” Pekik Aira dan sedetik kemudian Aira tersadar bahwa ia dan Juna tidak sedang berdua.

Di balik ekor mata Aira, ia melihat kegadis yang berada di belakang Juna yang tengah menahan kikinya dan wanita yang tengah terduduk di atas kursi roda itu yang sekarang tengah mengernyit melihat kearah mereka.

“Ck.” Juna berdecak sembari mengambil jari telunjuk Aira yang masih menggelantung di hadapan wajahnya.

Aira terkaget kala jari telunjuknya merasakan lembab, sesuatu yang kenyal dan agak basah.

Lagi dan lagi Aira membulatkan kedua bola matanya, dengan seperkian detik Aira menghentakan tanganya.

“Apa yang kau lakukan?” desis Aira pelan sembari mencondongkan bahunya kearah Juna.

Juna langsung mengedikan bahunya dan mulai mendekati wanita yang  tengah terduduk di kursi roda.

“Apa kabar, ibu?” tanya Juna sembari berjongkok di hadapan wanita itu.
Aira mengernyit, dia ibunya ? pikir Aira.

Di lihatnya interaksi mereka berdua.

Wanita itu tersenyum sembari tanganya mengusap kepala Juna.

“Kau memegangku.” Ujar Juna sembari sedikit tersenyum, Aira mengernyit kala mendengar perkataan Juna.

Sebahagia itu kah kala ia di pegang oleh seorang wanita ? apakah ia sekurang belaian begitu? Aira merinding meskipun itu hanyalah pikiran pahit yang tak nyata tapi, ya tetap saja pikiran konyol itu melanda otaknya saat ini.

“Ah, kenalkan Aira, dia adalah ibuku sekarang.” Ujar Juna memperkenalkan Aira dengan wanita itu.

Aira tersenyum. Ya, dia memang ibunya. Di untungkan  selama ini dia berbuat baik dengan beliau. Batin Aira menyeringai.

“Dan dia—“

Tunggu, kenapa Juna menatap penuh sayang kepada wanita itu? Batin Aira kala melihat Juna yang akan mengenalkan wanita yang menurut Aira itu susternya wanita yang berada di sampingnya ini.

“Dia sepupuku.” Ujar Juna sembari tersenyum dan sedikit merangkul ‘sepupunya’ itu.

“Ish apaan sih lo peluk-peluk, pake senyum-senyum segala lagi.” Dengus wanita itu sembari menghempaskan lengan Juna.

Wanita itu menghampiri Aira dan tersenyum lebar.

“Maafin gue ya.” Ujarnya yang langsung membuat Aira mengernyit.

“Buat?”

“Buat duit yang gue transfer kemaren, gue nggak tau kalo lo itu pacarnya kakak gue. Jangan tersinggung ya.” Ujarnya sembari menyentuh lengan sebelah kanan Aira.

BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang