2 minggu setelah kejadian membingungkan di rumah Ella terlampaui.
“Kau dengarkan? Kalau kau pergi secara tiba-tiba lagi ibunya si Cacing bakalan mecat elo, Ra.” Ujar Raka sembari menatap wanita di depan yang sama sekali tak merespon perkataan Raka.
Raka mendesah, dan bingung dengan apa yang tengah temanya itu perbuat.
“Lebih baik kita pulang aja.” Final Raka yang masih tak di respon oleh Aira.
Dengan sangat lancang Raka langsung memegang lengan Aira dan meneyerednya, melewati pintu belakang restoran sehingga membuat ke 3 kawanya yang lain tak mengetahui keberadaan mereka.
Setidaknya sekrang Raka tahu bahwa Aira sedang ingin sendiri saat ini.
Aira masih terdim, masih dengan mengikuti langkah Raka, sedikit ia berdecih karena langkah Raka itu terlalu lebar baginya.
“Ck.”
“Elo bawa orang kaya yang lagi nyulik aja elah!” protes Aira sembari menghentakan lengnanya dan mulai berjalan normal di sebelah Raka.
Raka yang melihat sikap Aira yang kembali normal langsung bernapas lega, seenggaknya tabungan Raka aman.
Karena niatan hati ia akan membawa Aira ke Rumah sakit dan akhirnya tidak jadi untuk Raka membawa Aira ke psychiaters.
Mereka masih terdiam dengan tangan mereka masing-masing di masukan kedalam jaket.
Udara musim ini sangat dingin dengan angin yang sangat kencang meskipun matahari terus bersinar dengna teriknya.
“Ck, bisnya lelet banget.” Grutu Raka sembari menatap kembali arlojinya.
Aira mendesah dan sesaat iu juga ia berdecak.“Kaya orang sibuk aja elo, calon pengangguran ini.” Jawab Aira, Raka langsung terdiam.
Ia masih menimang-nimang tentang apa yang akan dia ceritakan kepada Aira.
Hatinya mulai resah meskipun hal itu adalah masa depan bagi Raka, tapi seenggaknya ia harus mempunyai ijin dari orang yang akan setia mendoakan kebahagianya.
Raka nggak mau kualat karena hal yang sepele.
“Gue—“
“Bisnya tuh.” Potong Aira sembari melangkahkan kakinya, Raka langsung menghembuskan napasnya sembari mengedikan bahunya acuh.
Ya mungkin nanti. Pikirnya.
Mereka berdua terdiam, terduduk di kursi masing-masing.
Tak ada satu kata atau gurauan yang terlontar di antara mereka.
Sungguh aneh memang melihat dua orang manusia itu yang tengah terdiam dengan pikiranya masing-masing, pasalnya selama ini mereka tidak pernah begitu.
Meskipun mereka jarang akur dengan Aira yang sok manja dan juga Raka yang so cool itu pasti ada saja percecokan diantara keduanya.
Bis yang di tumpangi keduanya sudah meleset meninggalkan mereka, kini mereka tinggal berjalan beberapa meter menuju studio masing-masing.
“Elo tau-“ Raka langsung melihat kearah Aira yang tengah mendongakan kepalanya ke langin mengernyit sedikit karena terpaan sinar matahari.
Raka menunggu kelanjutan Aira yang terpotong itu.
Dan sesaat—
Aira membalas tatapan Raka, ia tersenyum dengan menunjukan deretan giginya.
Aira menghela napasnya.
“Kita nggak mungkin selamanya begini.” Sambung Aira sembari menatap kedepan dengan langkah mereka yang terasa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...