Chapter-10

1.1K 50 0
                                    

"Aira.”

“Oh astaga, aku kaget.” Ujar Aira yang tengah terduduk sembari melihat kearah Mbul yang tengah memasak.

“Raka!” pekik Aira sembari sedikit menendang paha Raka.

“Haha kenapa elo malah duduk aja ? bukanya masak elah, lo mau di pecat apa?” ujar Raka yang langsung membuat Aira mendengus kesal karenanya.

“Gue cape, paham!” dengus Aira sembari melipat kedua tanganya di dada.

“Cape?” gumam Raka yang masih terdengar di telinga Aira.

“Ck, elo kabur ninggalin kerjaan sialan lo itu sapa yang gantiin tai!” sebal Aira yang sudah sangat tidak bisa di bendungnya lagi.

“Eh.” Raka langsung menggaruk tengkuknya yang di rasa tak gatal.

“Ya, guekan nganterin pesanan Ra.” Bela Raka.

“Ampe setengah hari gitu? Ck kenegri mana lo nganterinya Araka!” sebal Aira.

Aira langsung berdiri menghadap Raka dengan berkacakpinggang, ia sangat merasa sangat teramat sebal.

“Rasanya elo udah nggak bisa ngargain gue ya sekarang.” Ujar Aira yang langung membuat Raka terdiam.

“Ck, bukan, bukan maksud gue ngegituin elo Ra, gue lagi ada perlu.”

“Ya, perlu. Perlu gue banting elo!” dengus Aira yang sekarang tengah menatap Mbul.

“Napa lagi lo!” sebrot Aira yang langsung membuat Mbul menggelengkan kepalanya dan langsung mengerjakan apa yang tengah ia kerjakan tadi.

Sadis, gue nggak mau terlibat dengan kemarahan wanita. Batin Mbul.
Ia sebenarnya ingin menengahi tapi, apa daya dia nggak kuasa.

“Udah Ra. Gue minta maaf kalo gitu.” Ujar Raka sembari menundukan kepalanya di hadapan Aira.

Aira mulai mendesah tak kuasa menahan amarah dan rasa khawatirnya.

“Elo, elo kalo di pecat gue juga yang pusing Ka.” Ujar Aira sembari mengurut kening dan pelipisnya dengan perlahan.

“Maafin gue.” Ujar Raka kembali.
“Keadaan panti lagi rusuh sekarang.” Ujar Aira langsung membuat Raka mendongakan kepalanya melihat kearah Aira yang masih sedikit mengurut kening dan pelipisnya.

“A-apamaksudnya?” tanya Raka, Aira langsung menatap

“Si Rentenir brengsek itu udah nagih bulan lalu ke si ibu, lo tau kan dia pasti nggak bisa bayar?” tanya Aira yang langsung di angguki oleh Raka.

“Terus anak-anak gimana?” tanya Raka, Aira mengangguk dan menatap kearah Raka.

“Mereka baik, setelahnya kata si ibu si ada seseorang pahlawan yang nolongin.”

“Maksud lo?”

“Ada yang bayar lunas panti dengan bunganya, semuanya.” Ujar Aira.

“Bagus dong, siapa orangnya?” tanya Raka yang sekarang telah tersenyum sumringah kembali.

“Elo kenapa ?” tanya Raka yang melihat wajah Aira termenung.

Bukanya bagus ada yang membayar hutang dan sekarang udah nggak ada orang yang bisa mengganggu panti atau anak-anak lagi, tapi, kenapa Aira seperti tidak semestinya sekarang.

“Ra.” Aira langsung mendongkan kepalanya.

“Malah sekarang gue takut Ka.”

“Lah, emang kenapa? Itu bagus kan kalau panti sekarang udah nggak punya utang lagi, jadi, kita bisa terbebas dari neransfer uang ke si ibu.”

BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang