Chapter-11

1.1K 63 2
                                    

“Ayolah teman, kita masuk kedalam rumah yang tak seberapa ini.” Ujar Raka yang sekarang tengah membuka pintu studionya, Mbul, Cacing dan juga Kibo sudah masuk mendahului mereka.

“Kayaknya gue perlu ngangin.” Ujar Juna pamit kepada Raka.

Raka langsung menganggukan kepalanya dan
Juna langsung berjalan menuruni tangga dengan tanganya menyered salah satu tangan Aira.

“Oh ya Tuhan!” pekik Aira sembari mencoba mengikuti langkah Juna yang tiba-tiba itu.

“Woy Arjuna! Mau di bawa kemana Aira gue?!” teriak Raka dengan sedikit terkekeuh dan memasuki studionya kala melihat kedua manusia itu yang sudah tak terlihat.

Dan apakah sekarang gue harus ngabisin malam sama 3 kunyuk itu lagi? Batin Raka sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sudah nasibnya menjadi seseorang lajang untuk sendiri dan selalu di temani kunyuk-kunyuk tak bermutu.

.

“E.eh tai, mau bawa gue kemana.” Ujar Aira sembari terus melangkahkan kakinya.

“Ck, Juna! Pelanin.” Perotes Aira yang masih tak di indahkan oleh Juna.

Setelah ia sampai di terotoar jalan raya, langkahnya mulai biasa dengan tanganya Juna memegang tangan Aira dan yang satunya di masukan kedalam jaket kulitnya.

Aira terkesiap kala tangannya mulai merasa hangat, ia melihat tangan yang terikat dengan tangan Juna dengan perlahan.

Sekarang mereka tengah berhenti di salah satu halte bis di daerah tempa tinggal Aira.

“E-ekheum.” Deheum Aira mencoba memberi kode kepada Juna agar bisa melepaskan ikatan tanganya.

Tapi, bukan di lepaskan namun yang di rasa Aira adalah tangan Juna semakin mengeras dengan sedikit memeras telapak tangan Aira.

Aira langsung mendongakan kepalanya melihat kearah Juna dan tak lama kemudian Junapun melihat kearah Aira.

Mereka saling tatap dan

Bles

Juna langsung mencium bibir Aira.

Aira terkesiap dengan kejadian yang sangat expres itu.

“Ap-apa-apan lo!” gugup Aira, mendongakan kembali wajahnya melihat kearah Juna yang tengah tersenyum dengan kedua kolapak mata Aira yang terus mengerjap-ngerjap lucu.

“Nggak.” Jawab Juna sembari tersenyum dan semakin mengeratkan genggaman tanganya.

“Cumanya ya—“ Juna langsung menghentikan ucapanya dan setelah itu ia mendekatkan wajahnya ketelinga Aira.

“Rindu aja.” Ucap Juna yang langsung membuat Aira terdiam dan selanjutnya Aira menundukan kepalanya.

Tak kuasa atas apa yang telah ia dengar, dulu Juna mana mungkin se ekspresif seperti sekarang.

“Ngarang aja lo.” Ucap Aira yang telah kembali memulihkan keberanianya.

“Sekali lagi lo nyosor-nyosor di jamin halal setelahnya bibir elo langsung dower.” Todong Aira sembari menunjuk wajah Juna dengan jari telunjuk yang lainya.

Juna langsung terkekeuh dan menggenggam telunjuk Aira dengan tanganya yang lain juga.

Ia langsung mengernyit kearah Aira dan setelah itu tersenyum lebar.

“Aku sangat menungu waktu bibir aku dower karena ulah kamu Ra.” Ujar Juna yang seketika membuat kedua bola mata Aira membulat sempurna. Apa dia sudah salah ucap? Pikir batinya.

BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang