“Jangan menangis.” Ujar Raka sembari menekan-nekan punggung Juna yang sekarang tengah menunduk.
Kedua bola matanya sudah memerah mencoba menahan air mata yang entah kapan saja akan terjatuh.
Juna sekarang sudah berada di titik puncak rasa capenya.
Dia mulai kehilangan harapan.
“Elo nggak tahu rasanya Ka, gue lemah.” Sesak Juna masih dengan air mukanya yang menyedihkan.
Dan Raka hanya bisa menganggukan kepalanya dengan terbata.
Apakah ini waktunya Raka untuk bersyukur karena ia tak mempunyai orang tua?
Poor, bunuh saja orang konyol itu.
Raka dan otaknya memang sangat tidak di butuhkan pada waktu yang genting seperti saat ini.
Maafkan orang miskin dan lemah ini Tuhan.
Mereka berdua terdiam, meresapi pemikiran masing. Hingga—
“Apa yang tengah kalian lakukan?” tanya seorang wanita yang tengah membawa penggorengan berisi omelet yang masih mengepulkan uap-uap di atasnya.
Kedua lelaki itu langsung terpengarah dan dengan tak soapanya Raka langsung mengambil salah satu omelet yang baru di bawa Aira.
Pikirnya sih itu untuk menutupi penampilan Juna yang sangat buruk di belakangnya.
Tapi, apadaya Aira ya tetap Aira dan Juna tetaplah Juna. Tak ada yang berubah dari mereka berdua.
Ya, tak ada yang berubah.
“Apa yang tengah dia lakukan?” tanya Aira menghiraukan tingkah kocak dari sahabatnya itu.
“Eum apa?” gumam Raka dengan mulutnya yang masih penuh dengan omelet.
Aira berdecih dan langsung memberikan penggorenganya kepada Raka.
Aira langsung mendekati lelaki yang masih di balut jas dengan penampilanya yang santa berantakan.
“Lo—lo nggak apa?” tanya Aira kala melihat Juna yang masih saja menundukan kepalanya.
Apakah dia sedang prustasi? Pikir Aira.
Apakah seprustasi ini?
Bukanya senang karena ibunya telah pulih dari mogok bicaranya eh ini malah--- ah ya sudahlah, siapa dia yang berhak tau semua masalah pria ini.
Sedetik kemudian Aira terduduk di sisi Juna dan Juna langsung mendongkan kepalanya.
Di lihatnya wajah Aira yang tengah mengernyit aneh, Juna sedikit tersenyum.
Dan dengan tiba-tiba ia merebahkan tubuhnya menumpahkan kepalanya di atas pangkuan Aira yang terkaget
dengan gerakan tiba-tiba Juna.“Aku sangat lelah biarkan saja begini untuk sebentar.” Ucap Juna. Dan Aira tak perotes ia malah tersenyum dan sedikit mengusap-usap rambut Juna, dan itu membuat Juna tersenyum dan kembali terlelap.
Nyaman.
Untuk sesaat Juna bisa melupakan masalahnya.
Hingga tiba-tiba—
“Enak aja lo mau tidur di pangkuan gue—“
Dan
Brak!
Suara benda terjatuh itu langsung membuat Raka yang mendengarnya berlari berjinjit kearah suara benda terjatuh itu.
“Oh astaga!” gumam Raka dengan tampang belaga shocknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...