Aira masih tak bisa bernapas dengan benar sekarang, dengan apa yang telah terjadi ia jadi tidak bisa untuk tertidur sedikitpun.
Di dongakan kepalanya melihat sesuatu yag sangat menakjubkan baginya.
Untuk pertama kaliya Aira merasa sangat memuja lelaki yang kini tengah mendekapnya.
“Tidurlah kau pasti lelah.” Ujar lelaki itu yang masih menutup kedua kelopak matanya.
Aira mendengus dengan lelah.
“Aku tak bisa tertidur kalau bernapas saja susah.” Dengusnya sembari berusaha melepaskan pelukan Juna.
Juna langsung membuka matanya dan menatap Aira, ia terkekeuh untuk sesaat.“Hey, semu merahmu belum pudar.” Aira langsung memutar kedua bola matanya dengan jengah.
Dia mulai membahas lagi, batinya dengan malu.
“Jangan mempermainkan aku Juna!”
“Hey, aku tidak sedang bermain.” Elak Juna, Aira dengan segan menatap Juna yang masih tersenyum terhadapnya.
Ya, tadi di kira Juna akan melakukan hal yang iya-iya kepada Aira.
Tapi, nyatanya. Ia malah mencium tengkuk Aira dan setelah itu menyelusupkan mukanya di lekukan leher Aira.
Sungguh, Aira kira malam ini bakalan menjadi malam yang menegangkan sekaligus menyenangkan untuk Aira.
Dan faktanya itu hanyalah khayalan para dewa yang semu, atau dalam bahasa daerahnya Aira, ia kecewa.
Juna yang melihat keterdiaman Aira langsung terkekeuh dan sedetik kemudian ia menyentil kening Aira dengan sayang.
Aira mengerjap-erjapkan matanya dan tanganya langsung mengusap-usap keningnya dengan mengerutkan keningnya juga.
“Juna!” pekik Aira masih dengn mengusap-usap keningnya.
Juna terkekeuh kala melihat kening Aira yang memerah.“Sakit.” Rengeknya, padahal itu hanyalah sentilan kecil dari Juna sedangkan Aira, Aira sudah sangat sering berantem main tinju atau apapun yang melibatkan adu tunjok dengan Raka pasti tidak akan pernah mengleuh.
Tapi
Ini Juna loh.
“Sakit?” ujar Juna sembari menduduka dirinya.
Aira yang melihatnya hanya bisa cengo dan megerutkan keningnya yang tengah ia raba, saat ini.
Dan tiba-tiba Juna membungkukan kepalanya.
“Sakitya.” Ujarnya, sembari menatap kedua bola mata Aira dengna lembut.
Dan
Cup
Cup
Cup—
Juna mengecup beberapa kali kening Aira yang sekarang sudah agak basah karena ulah lelaki yang sakarang kepalanya tengah ada di atas Aira.
Aira cengo lagi dan sedetik kemudian ia mendorong dada Juna hingga membuat Juna terlentang tertidur dengan Aira yang sekarang tengah terduduk.
Ia memegang jidatnya yang agak sedikit basah.
“Ih, lo jorokkkkk—“ teriak Aira sembari mendudukan dirinya di perut Juna dan menarik-narik rabut Juna.
“Oh ya Tuhan, ya Tuhan. Aku masih ingin hidup Tuhan.” Histeris Juna sembari menggeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan.
Dengan Aira yang masih mengacak-acak kepala bagian luar dari Juna.
“Stop-stop, lama-lama aku di giniin kamu aku bisa botak nggak ada rambutnya.” Protes Juna yang langsung membuat Aira terkekeuh dan melepaskan jambakanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY[1] AND THE BABY BOSS [BUNGKUS]
RandomKita berdua emang sudah sangat dekat, seperti pasangan kekasih lah. Tapi, sayangnya setatus kita itu gantung banget. Apalagi pas aku tahu kalau dia itu, yeah sebenarnya aku nggak mau ngumbar-ngumbat aib orang lain tapi apa daya dia itu pemake. Hmmm...