tiga

5.5K 579 6
                                    

Lisa menemukan jiyong, di pintu belakang agensinya, tengah duduk sembari menekan beberapa tombol di hpnya. Dengan hati hati lisa duduk disebelah pria itu.

"Berapa umurmu?"

"Kenapa noona kesini?"

"Menemaninu,"

"Aku tidak butuh-"

"16 tahun? Agustus nanti 17? Kenapa kesal? Bertengkar dengan kekasihmu?"

"Kenapa noona mau tau? Itu bukan urusanmu, mana mungkin aku berkencan, sajjangnim melarang kami berkencan,"

"Mau dengar sesuatu yang menyenangkan?" Lisa tidak berniat bertanya, karena ia terus bicara bahkan ketika jiyong kecil mengabaikannya "11 tahun lagi, kau akan jadi produser terkenal, saat itu tiba, gadis yang meminta putus darimu itu akan menyesalinya. Ah, tidak perlu 11 tahun, tahun depan saat kau debut dan terkenal, dia pun akan menyesal,"

"Siapa yang bilang aku akan debut tahun depan? Siapa yang tau apa yang akan terjadi 11 tahun nanti?Jangan mengada ngada dan aku tidak akan putus,"

"Mau bertaruh? Kabulkan permintaanku kalau kau debut tahun depan,"

"Kalau aku tidak debut tahun depan?"

"Aku akan memberikan apa yang kau mau?"

"Tentu, setuju,"

Tidak lama hp jiyong berbunyi, telpon dari kekasihnya. Jiyong menjauhi lisa dan mengangkat telpon itu, sementara lisa mengamatinya dari jauh.

Hpnya kuno sekali ya Tuhan... aku ingin pulang... apa yang harus ku lakukan agar bisa pulang...

Lisa melihat jiyong menelpon dan sedikit berteriak, membentak. Pria itu benar benar putus, seperti yang lisa baca di internet "GD pernah putus melalui telpon dan ia membentak kekasihnya".

Jiyong membanting hpnya, membuat lisa terkejut dan langsung menghampiri bocah itu. Melihat bocah itu dengan pandangan heran dan prihatin. Jiyong hanya memalingkan wajahnya, membuat lisa bingung dengan apa yang harus di lakukannya.

"Mau ke tempat yang tidak di lihat orang?" tawar lisa sedikit canggung dan jiyong mengangguk. Lisa mengajak jiyong ke mobilnya. Menyalakan mobilnya dan menyetir.

"Tidak akan ada yang melihatmu dari luar, kau ingin menangis? Ingin aku keluar?" tanya lisa begitu mereka tiba di sebuah taman dekat rumah jiyong.

"Kenapa kesini?" Tanya jiyong

"Tidak rindu rumah? Rumah tempat terbaik ketika patah hati,"

"Aku tidak ingin pulang, mana mungkin aku menangis didepan mereka,"

"Padahal kau akan terkenal cengeng-" gumam lisa sedikit berbisik "baiklah, aku akan meninggalkanmu disini. Menangislah di mobil, kaca film mobil ini cukup gelap, tidak akan ada yang bisa melihatmu dari luar." Lisa keluar dari mobilnya, membiarkan mobil itu menyala, menunggu di sebelah mobil itu.

30 menit lisa menunggu di luar sampai rasanya ia akan tertidur di pinggir jalan. Suara klakson mobilnya mengagetkannya dan membuatnya kembali masuk kedalam mobil.

"Kau bisa memanggilku kenapa harus membuat keributan sih?" Protes lisa, jiyong sudah memakai hoodienya, menunduk menutupi wajahnya.

"Aku mau kembali keruang latihan," ucap jiyong dengan sangat dingin

"Kau sangat membenciku? Tsk... dingin sekali," lisa mendekatkan tubuhnya pada jiyong, memeluk pria itu. Jiyong mendorong lisa menjauh dan lisa hanya melihatnya "setiap kali aku patah hati, eonniku selalu memelukku, dan itu membuatku lebih tenang, kalau tidak ada yang bisa memelukmu, kau bisa memintaku memelukmu kapan pun kau mau," lisa menepuk pelan bahu jiyong, dan membenarkan posisi duduknya, bersiap kembali menyetir ke gedung agensi.

{P} CAMPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang