delapanbelas

4.2K 497 3
                                    

Mereka bertiga kembali ke dorm, tabi sudah lebih baik dan bisa kembali bercanda, memang itu niat lisa membawa mereka makan kue, namun saat satu lubang ditutup, ada lubang baru yang muncul. Jiyong marah, jiyong marah karena merasa lisa tidak adil padanya. Jiyong langsung masuk kamar lisa begitu mereka tiba di dorm, jiyong bahkan membanting pintu kamar itu untuk menunjukan kalau dia marah.

"Biarkan saja dia, aku bawa kue untuk kita semua~" seru lisa dengan semangat, membuka sebuah kotak dan menunjukan kue didalamnya, 3 anak lainnya bersorak senang karena sangat jarang mereka bisa makan kue. Tabi yang membagi kue itu dan memimpin acara makan kue mereka, karena lisa masuk kekamarnya, mengurusi bayi besar yang tengah kesal itu.

Lisa berbaring di sebelah jiyong, berpura pura kalau jiyong tidak ada disana. Lisa sedikit berteriak dan memukul mukulkan kakinya ke ranjang tempatnya berbaring

"Aaaaa.... menyebalkannn.... mobilku... huhuhu... uri careu..." keluh lisa membuat jiyong yang mengabaikannya justru kini berbalik, tidur miring menghadapnya dan memperhatikan gadis itu

"Mobil itu lebih penting dariku huh? Tabi hyung lebih penting dariku? Aku yang tadi terluka-"

"Kau benar benar tidak tau? Sepucat apa wajah tabi? Dia benar benar ketakutan ji, dia punya kenangan buruk dengan kecelakaan mobil, sudah bagus dia tidak pingsan disana dan kau hanya peduli pada pipimu yang ditampar? Kau memang anak nakal," jiyong mendengus mendengar lisa, tidak ingin mengakui kesalahannya

"Oppa..." bisik manja lisa di telinga jiyong, berharap tidak ada anak lain yang mendengar mereka dan berharap jiyong akan luluh

"Tidak akan berhasil kali ini, aku benar benar marah," jiyong masih terdengar kesal, namun tangannya sudah melingkar di perut lisa

"Yasudah, aku akan menemani yang lainnya saja," lisa bangun namun jiyong menariknya hingga lisa berbaring diatas tubuh jiyong

"Jangan, pipiku sakit, hatiku juga," keluh jiyong, kedua tangannya memegangi pinggang lisa dan bibirnya mengerucut, memasang wajah sedih yang menggemaskan

"Kenapa hatimu sering sekali sakit? Dia harus lebih kuat dari sekarang," lisa mengelus dada jiyong dengan tangannya, sangat lembut namun mampu membuat jiyong merasakan sensasi tersetrum yang cukup kuat

"Hatiku selalu sakit setiap melihatmu dikelilingi pria lain, setelah aku debut nanti, berhenti bekerja ya?"

"Lalu? Kau akan memberiku uang?"

"Tentu saja, aku akan memberimu banyak uang,"

"Ji, ah anniyo, oppa, kalau nanti tiba tiba aku pergi, kau akan mencariku?"

"Aku tidak akan mengizinkanmu pergi, kau berjanji tidak akan pergi,"

"Aku harap aku bisa menepati janjiku, tapi aku tidak tau bagaimana menghindarinya, itu- itu terjadi begitu saja,"

"Aku akan ikut denganmu kalau kau pergi,"

"Kalau aku pergi, tiba tiba menghilang, jangan mencariku, aku yang akan datang padamu, arraseo?"

"Kenapa begitu?"

"Aku tidak ingin merubah takdirmu,"

"Tapi aku tidak akan bisa melakukan itu, kenapa kita harus membahas sesuatu yang menyakitkan seperti ini sekarang?" Mereka sama sama terdiam, jiyong dapat mendengar suara pintu yang dibuka perlahan lahan, sementara lisa sibuk dengan detak jantungnya dan wajah jiyong yang ada di bawahnya.

"Ng... setiap kau marah, aku selalu takut salah satu dari kita akan pergi,"

"Aku sudah tidak marah, pergilah!" Lisa menaikan alisnya melihat jiyong tiba tiba berteriak di depan wajahnya

"Eh? Ah ne, tentu saja kami akan pergi, kami tidak dengar apapun," seru yongbae yang mengintip dari celah pintu yang dibuka itu. Pintu kembali tertutup dan empat anak yang baru ketahuan mengintip itu langsung masuk kekamar mereka.

"Sejak kapan mereka disana? Mereka dengar?" lisa jadi panik, takut rahasianya terbongkar ditambah rasa malu karena ketahuan berada dipose yang sedikit berani.

"Baru saja, tidak dengar apapun kecuali teriakanku tadi," jiyong semakin mengeratkan tangannya di pinggang lisa

"Tidak ingin melepaskanku? Aku tidak akan bertanggung jawab apapun atas apapun yang nanti bangun,"

"Tentu saja harus bertanggung jawab, aku kan sedang marah,"

"Aku yang harusnya lebih marah, kau melukai careu..."

"Huh dan akhirnya kita kembali ke topik awal,"

"Menyetirmu belum lancar, jangan pernah keluar dari parkiran lagi, aku akan memukulimu kalau sampai kau atau teman temanmu terluka karena kejadian seperti tadi,"

"Kau berani memukuliku? Tega?"

"Ah memukulmu tidak akan menghasilkan apapun, aku punya ide... aku tidak akan bicara padamu kalau sampai kau mengulanginya lagi, bagaimana? Lebih asik?"

"Ya!!" Lisa membungkam mulut jiyong dengan bibirnya, menghisap bibir bawah jiyong, membuat jiyong tergoda dan ikut menghisap bibir atas lisa, lisa tau jiyong menyukai itu dan mulai menikmatinya jadi lisa melepaskan bibir jiyong, menjauhkan wajahnya dari jiyong, memamerkan smirknya pada jiyong

"Aku akan melakukan itu untuk menghukummu, sayang, bangunlah, sana bergabung dengan teman temanmu," lisa duduk ditepi ranjang, menarik jiyong untuk bangun

"Tengah malam nanti kau boleh menyelinap kesini, sekarang bergabunglah dengan teman temanmu, hibur tabi dan kenalilah mereka, arraseo leader kwon?"

"Ish... arraseo arraseo, aku akan menyelinap kesini tanpa kau sadari," jiyong mengecup sekilas bibir lisa sebelum keluar dari kamar itu. Lisa hanya tersenyum dan menatap punggung pria yang baru saja keluar dari kamarnya. Lisa kembali berbaring, mulai takut dia akan pergi tiba tiba meninggalkan jiyong dan membuat pria itu terluka.

♡÷♡

{P} CAMPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang