Kurasakan pergelangan tanganku di pegang seseorang.
"ca. Lo jangan bikin ribut disini. "kata iqbal mengingatkanku.
"ih lo apaan sih bal. Orang gue cuman minta hak gue"kataku menepis tangan iqbal dari tangan ku.
"lo ikut gue"lagi lagi pergelangan tangan ku di tarik seseorang.namun kali ini bukan lagi iqbal melainkan orang yang baru saja gue ajak untuk bertarung.
"lepasin. Apa an sih lo main narik-narik aja. Sakit nih tangan gue"kataku berontak dari genggamannya.
"harusnya gue yang nanya sama lo. Lo maunya apa? "katanya dengan ekspresi tajam sedikit membuatku takut.
"m maksud lo apa. Gue kan tadi nggak sengaja. Orang gue ha"
"bohong kalau lo bilang nggak sengaja. "kata nya dengan suara yang meninggi.
Membuatku seketika tidak bisa membalas lagi ucapannya. Aku mematung di tempat.
"gue udah coba sabar buat nahan untuk tidak marah sama lo. Karna lo sahabatnya caithlin. Caithlin sayang sama lo. Tapi yang udah lo lakuin tadi sudah sangat keterlaluan.gue nggak tau lagi gimana cara sabar hadapin lo" katanya kemudian berlalu dari hadapanku.
"aldi"panggilku lirih
Baru kali ini aku melihatnya semarah itu. Apa itu sifat asli aldi? Atau itu hanya emosi sesaat?.
Apapun itu. Yang aku pikir sekarang bagaimana cara meminta maaf. Aku baru sadar kalau memang yang aku lakuin tadi itu salah besar.
Tidak seharusnya gue permaluin dia di depan umum.
"duh salshabila adriani. Apa yang lo udah lakuin? "kataku merutuki diriku sendiri.
Dan disini aku sekarang dimana aku sedikit berlari untuk menyamai langkahku dengannya.
"aldi tungguin"kataku teriak berharap agar dia mendengarnya.
Akhirnya dia mendengarnya setelah beberapa kali ini tidak di dengarnya.
Dia berhenti namun tetap saja dia membelakangiku.
"gue gue mau minta maaf"
Kataku namun tidak di respon olehnya.
"gue ngaku salah. Gue nggak bakal ngulangin lagi"kataku namun sama seperti sebelumnya aku sama sekali belum di respon membuat sedikit emosiku naik.
"lo punya telinga kan. Lo nggak dengar gue ngomong"kataku dengan emosi yang sudah naik namun tetap dengan nada yang sewajarnya.
"gue dengar"katanya singkat.
"terus lo kenapa nggak jawab. Lo kira gue patung"
Kataku yang akhirnya bisa membuatnya berbalik menghadapku.
"lo mau minta maaf? "tanyanya yang dapat aku tangkap bau kecurigaan didalamnya.
"iya"kataku sedikit terpaksa.
"bukan gitu caranya"
"terus gue harus gimana? "
"lo sekarang pergi ke kantin lalu umumin kalau lo minta maaf sama gue atas kesalahan yang telah lo perbuat"katanya.
"what. Lo gila yah.sama aja dong kalau gue permaluin diri gue sendiri"kataku melipat tangan di depam dada.
"terus gimana.gue maunya dengan cara itu"
"ogah. Ngapain juga nurutin kemauan lo. Kalau lo nggak mau maafin yaudah"kataku mencoba untuk tidak peduli.
"yaudah. Kalau gitu gue pergi"katanya hendak berbalik.
"eh eh yaudah deh. Gue bakal nurutin kemauan lo"kataku terpaksa.
"yaudah gue tunggu di kantin"katanya hengkang dari hadapanku.
Aku berjalan menuju kantin dengan bimbang.
Spat aku rasakan bahwa semua tatapan tertuju padaku dan juga tertuju pada aldi yang baru saja masuk dalam kantin.
"lah itu kan salsha. Ngapain dia disitu? "
"itu juga aldi. Mereka dari mana ya"
"kok salsha berhenti disitu? "
Dengan susah payah aku mengatur nafasku.
Hening. Tiba-tiba saja suara disekitarku mendadak sunyi tidak seperti tadi yang sangat berisik.
Ekhmm.
Sejenak ku meliriknya.dia tidak memerhatikanku sama sekali seolah tidak kaitannya dengan apa yang akan ku lakukan.
Dengan keberanian penuh aku memberanikan berbicara.
"Gue berdiri di sini karna gue mau minta maaf. Gue mau minta maaf sama aldi karna gue sudah numpahin minuman ke seragamnya.gue ngaku salah. Aldi.lo mau kan maafin gue? "
Dengan susah payah akhirnya kalimat itu berhasil keluar dari mulutku.
Semua pasang mata menatapku heran sekaligus terkejut atas apa yang telah kulakukan. Dengan mudahnya aku tunduk dengannya. Entah lah aku juga nggak ngerti kenapa gue bisa nurut sama dia.
Lama tidak mendapat respon darinya membuat ku sangat geram.
"awas kalau lo nggak maafin gue"batinku menahan kekesalan.
Akhirnya dia mengangguk. Yah hanya mengangguk. Tapi setidaknya dengan itu gue bisa secepatnya hengkang dari tempat ini.
Aku keluar dari kantin dengan perasaan malu kesal dan sedikit penyesalan.
intinya sekarang gue berniat pergi dari keramaian. Aku teramat malu jika harus berpapasan dengan manusia kantin.
Dan disini lah aku sekarang. Aku memilih untuk pergi ke rooftop sekolah. Berhubung tidak ada orang yang bakalan kesini.
Aku menumpahkan segala kekesalan ku di atas sini.
"bodoh bodoh bodoh lo salsha. Ngapain lo turutin kemauannya dia"
"lo udah di kerjain salsha"
"duh kenapa jadi senjata makan tuan sih"
"nggak ada yah penyesalan yang berada di depan"
Kataku mengeluarkan semua uneg-uneg yang sedari tadi ingin keluar.
Sudah tiga puluh menit lamanya aku berada di sini. Dapat aku pastikan bahwa sekarang sudah masuk jam pelajaran selanjutnya.
Tapi aku masih enggan untuk beranjak. Entahlah aku sangat malu sekarang. Lebih baik aku disini.
Suara derap langkah seseorang terdengar di pendengaranku.
"lo dicariin guru"kata orang itu langsung pada intinya tanpa orientasi terlebih dahulu.
Siapa lagi kalau bukan aldi pemilik suara itu.
"kenapa sih diantara banyak nya siswa harus dia yang datang"batinku.
"gue nggak mau masuk"kataku singkat.
"kenapa? "
"bukan urusan lo"
"lo ngambek? "katanya tidak berhenti bertanya.
Kali ini aku lebih memilih diam. Mood sudah hancur sejak kejadian di kantin itu.
"kalau gitu gue juga nggak ingin masuk belajar "katanya mengambil posisi duduk di sampingku.
"lo apaan sih. Pergi sana"kataku ketus.
"kalau lo nggak pergi. Gue juga nggak pergi"katanya santai.
"lo apa-apa an sih. Pergi sana.gue ingin sendiri"kataku mengusirnya.
"lo nggak takut sendiri? Kalau ada yang jahat gimana? "katanya tak mau kalah.
"gue bisa jaga diri. Dan lo nggak usah sok perhatian"
"gue bukannya perhatian sama lo. Gue hanya mau laksanain apa yang caithlin sudah amanahin ke gue"
"dasar ni cowok ya. paling pintar bikin gue malu"batinku.
10 juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkinkah Cinta?
Fanfictionmenceritakan tentang seorang gadis yang sangat membenci alvaro maldini siregar dan menjadi haters nya.