Part 17

99 12 10
                                    

Ada sedikit revisi di Part 16 atas saran bch_90 di beberapa bagian dan kalimat Shinji...

Please enjoy ya.. :3

=========================

Kono kimochi wa shiteru dakedo mitometakunai...
Aku tahu perasaan ini tapi aku tidak mau mengakuinya...

"Aku hanya menginginkan dirimu."

Yusa mendesah setiap kali memikirkan ucapannya Shinji ketika dia menjadi Hina. Wajahnya selalu memerah ketika membayangkannya. Bagaimana bisa dia termakan rayuannya Shinji?! Dia tidak yakin kalau Shinji benar-benar menyukai Hina atau tidak tapi mengingat tatapan serius Shinji waktu itu membuat Yusa merasa sesak. Kalau memang Shinji menyukai Hina, dia juga merasa bersalah karena sudah menyembunyikan identitasnya. Tapi dia tidak mau dibenci seandainya dia memberitahukan identitas Hina. Setiap memikirkannya selalu membuat kepala Yusa ingin meledak.

"Haruskah aku beli handphone baru? Supaya mereka bisa punya nomor pribadi Hina." Gumam Yusa ketika sedang main bersama dua sahabatnya.

Kebetulan hari ini jadwal kuliah mereka ditiadakan jadi mereka bertiga menikmati waktu bebasnya di kafe dekat kampus.

"Eeh... bukankah itu bertentangan dengan konsep awalmu?" Ucap Ran sambil menikmati blueberry cheesecake nya.

"Aku tahu. Masalahnya 'GOTH' tidak menyerah untuk berhubungan secara pribadi dengan Hina. Berkali-kali mereka mengundangku. Membuatku jadi merasa bersalah karena tidak bisa datang."

"Kau yakin masalahnya cuma itu? Kalau soal nomor kan sudah dibilang pinjam punya Hiro saja. Kenapa harus membeli handphone baru?" Tanya Anzu.

"Aku tidak ingin merepotkan Hiro." Jawab Yusa.

"Atau kau memang ingin berhubungan secara pribadi dengan salah satu personil 'GOTH' tanpa sepengetahuan Hiro."
Tebakan Anzu itu sepertinya tepat sasaran karena wajah Yusa tiba-tiba memerah. "Sudah kuduga kau mau kencan dengan Shinji sebagai Hina ya?"

"Tidak! Kau tahukan mereka tidak akan menyerah sampai mereka punya nomor Hina."

"Kalau begitu kasih nomor Hiro." Celetuk Ran. "Hati-hati Yusa. Daripada memberi mereka akses pribadi Hina, lebih baik kau memberitahu identitasmu kepada mereka. Setidaknya itu membuatmu jadi tidak merasa bersalah."

"Dan mereka akan membenciku karena sudah membohongi mereka." Tambah Yusa bermuka masam.

"Dan kau takut kalau memberitahukan identitasmu, Shinji tidak akan menyukai Hina lagi. Betul, kan?"

"Anzu!" Tebakan Anzu itu seperti pukulan bagi Yusa karena itulah yang membuatnya takut. Dia akui dia cukup senang Shinji menyukai Hina. Terlebih setiap kali membayangkan kejadian waktu di lift kemarin.

"Haa~ah... sudahlah jangan dibahas lagi, kepalaku rasanya mau meledak." Gumam Yusa lesu dan menyandarkan kepalanya di atas meja.

Ran dan Anzu hanya bisa saling melirik sampai ketiga handphone mereka bunyi. Mereka membuka handphone dan melihat pesan yang dikirim oleh Shouta.

"Kami sangat butuh bantuan kalian besok jam 7 malam. Tunggu di kuil yasukuni ya."

"Kuil yasukuni? Mau ngapain ke sana?" Tanya Yusa bingung.

"Iniii... butuh bantuan maksudnya bukan untuk menyiapkan konser mereka di budokan kan?" Tambah Ran.

"Konsernya dua hari lagikan? Lagipula kalau mau bantu-bantu kenapa malam?" Ketiga cewek itu bertanya-tanya maksud dari permintaan Shouta itu.

My Secret IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang