Part 23

51 8 11
                                    

Tidak biasanya mereka melihat Rui marah seperti itu. Mereka mengerti kalau sebenarnya Rui khawatir tapi tidak menyangka kalau dia sampai marah.

Shinji berusaha menahan kedua cewek itu karena tahu Rui harus mendinginkan kepalanya. Tapi karena perasaan mereka tidak enak, mereka yang ingin meminta maaf menghampiri Rui yang sedang bicara dengan Shouta. Siapa yang menyangka mereka berdua mendengar pengakuan perasaannya Rui, membuat mereka berdua terkejut.

Tidak. Anzu sudah menyadarinya dari awal tapi mendengar kalimat itu keluar dari mulut Rui membuat hatinya sakit dan melihat Ran memasang wajah terkejut seperti itu membuatnya kesal. Tanpa pikir panjang Anzu pergi meninggalkan mereka semua dan masuk ke lift.

Dengan tatapan kosong, Anzu berdiri di dalam lift. Pikiran dan perasaannya bercampur aduk sampai-sampai dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia merasa sulit bernafas karena dadanya terasa sesak. Matanya terasa panas, dia ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar. Dia sendiri tidak menyangka sebesar itu rasa sukanya kepada Rui sampai membuatnya bereaksi seperti ini.

Bunyi denting lift yang terbuka membuatnya kembali menatap ke depan. Saat ini yang ada dipikirannya hanya pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Dia berjalan menuju pintu keluar hotel sampai langkahnya terhenti ketika melihat sosok yang dikenalnya berjalan ke arahnya dari depan pintu masuk. Tidak peduli dengan sekitarnya, Anzu pun menghampiri orang yang dikenalnya itu dan berdiri dihadapannya dengan wajah putus asa.

"Yusa..." Panggilnya lirih dan seketika itu air matanya tidak bisa dia bendung lagi membuat cewek yang berdiri dihadapannya itu terkejut.

"An...zu... Ada apa?" Tanya Yusa yang saat ini berdandan sebagai Hina. Melihat sahabatnya yang paling keras kepala itu menangis membuat Hina lupa dengan sekitarnya dan mendekati Anzu sambil memegang pundaknya. "Mana Ran? Kau kenapa?" Air mata Anzu terus mengalir dan dia tidak menjawab apa-apa.

"Hmm... Hina, sebaiknya kau bawa Anzu ke kamar. Tidak enak dilihat orang. Identitasmu juga bisa ketahuan." Ucap Hiro yang dari tadi bersama dengan Hina yang baru selesai makan malam di luar.

Menuruti perkataan sepupunya, Hina mengajak Anzu untuk pergi dari lobi hotel. Sialnya ketika sedang menunggu lift, Shinji keluar dari lift bersama dengan Ran yang terkejut melihat Hina bersama dengan Anzu.

"Anzu... kita harus bicara." Ucap Ran yang membuat Anzu berdiri di belakang Hina dan memegang tangannya erat.

"Ah... Hina-san. Maaf, dia teman kami dan ada yang harus kami bicarakan dengannya. Anzu... aku tidak tahu apa masalahmu dengan Ran tapi kau jangan melibatkan orang lain di sini." Ucap Shinji entah kenapa membuat Hina sedikit tersinggung, bagaimanapun juga dia bukan orang lain bagi Anzu dan Ran meskipun Shinji tidak tahu. Anzu masih memegang tangan Hina dan menggelengkan kepala tidak mau bicara.

"Aku tidak tahu ada masalah apa diantara kalian tapi... teman kalian sepertinya tidak mau bicara dengan kalian." Ucap Hiro.

"Mungkin aku memang orang luar bagi kalian, tapi aku tidak bisa membiarkan seorang cewek menangis. Biarkan dia tenang dulu. Aku akan membawanya ke kamarku." Tambah Hina sambil menatap Shinji dan Ran. Dia menatap Ran dengan sedikit meyakinkannya kalau Anzu akan baik-baik saja. Hina bisa melihat wajah Ran juga terlihat kacau. Entah apa yang terjadi.

Dia menganggukkan kepala, memberi salam kepada Shinji dan Ran lalu masuk ke dalam lift bersama dengan Anzu dan Hiro.

"Ada apa dengan kalian sebenarnya?" Tanya Hina setelah pintu lift tertutup menatap Anzu yang masih sesenggukan.

Sesampainya di kamar, Hiro meninggalkan kedua cewek itu supaya Anzu bisa lebih leluasa bercerita. Hina memberikan tisu kepada sahabatnya yang sedang menangis, menyuruhnya untuk menghapus air matanya.

My Secret IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang