Sesampainya di agency, Yusa langsung menuju kamarnya dan berdandan sebagai Hina. Cukup lama dia berdandan karena sambil memikirkan jawaban yang harus dia berikan. Mungkin tidak masalah kalau dia memutuskan untuk menjauhi 'GOTH'...... Memikirkannya saja sudah membuatnya merasa kesepian. Dia sudah kehilangan Yamato, haruskah dia kehilangan Shinji dan yang lainnya juga.
Baru saja Yusa ingin keluar karena sudah selesai berdandan sebagai Hina, tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya. Dia terkejut ketika Shinji sudah berada di depan pintunya. Belum sempat Hina menutup pintunya kembali, dengan cepat Shinji langsung menahan pintu yang ingin ditutup Hina dan memaksa masuk ke dalam.
"Hina. Ijinkan aku untuk bicara sebentar."
"Bagaimana bisa kau tahu aku di sini?" Tanya Hina terkejut. Sayangnya dia tidak kuat menahan Shinji yang akhirnya masuk ke kamarnya dan menutup pintunya. Hina kembali terkejut ketika Shinji mendekatinya dan tiba-tiba memeluknya.
"Shinji! Apa yang kau lakukan?" Hina berusaha untuk melepaskan pelukannya tapi tidak bisa karena Shinji memeluknya dengan erat.
"Maaf... Kali ini saja... Ijinkan aku untuk memelukmu." Setelah berusaha berkali-kali memberontak, Hina akhirnya menyerah dan membiarkan Shinji memeluknya. Dia bisa merasakan debaran jantung Shinji yang seirama dengan debaran jantungnya. Terasa menenangkan namun juga terlalu menyakitkan untuk diakui.
"Kumohon Shinji... Lepaskan pelukanmu." Pinta Hina ketika dia sudah mulai tenang dan bisa mengendalikan dirinya lagi.
"Maaf..." Ucap Shinji yang akhirnya melepaskan pelukannya dan menatap Hina dengan tatapan sedih. "Aku datang untuk menjelaskan. Aku minta maaf atas berita tentang kita. Aah... Sampai namamu juga muncul ketika aku ke apartemen temanku. Aku benar-benar minta maaf." Jelas Shinji yang mulai menggenggam tangan Hina.
"Tapi... Aku kesini juga ingin memastikan... Terlepas dari gosip itu. Saat meeting dengan manajemen kita masing-masing... Aku ingin tahu apa yang akan kau katakan."
Pertanyaan itu membuat Hina bingung. Dia jadi kembali memikirkan ucapan Hiro saat di mobil tadi. Sepertinya dia memang harus mengambil keputusan.
"Aku akan mengklarifikasinya. Tidak terjadi apa-apa diantara kita."
"Hina..."
"Dari sudut fotonya masih bisa ku klarifikasi kalau kau membantuku karena mataku kelilipan." Jelas Hina berusaha mencari ide untuk menyangkal. "Kita memang berteman baik tapi tidak sebagai pasangan dan... Kurasa karena itu bukan apartemenku aku masih bisa menyangkalnya."
"Berteman baik...kah...."
"Iya...."
"Aku benar-benar tidak mengerti denganmu..." Ucap Shinji yang terlihat kecewa. "Kenapa kau selalu membangun dinding diantara kita?! Kau menyangkal semuanya, tapi apa kau melihat ekspresimu ketika menolakku? Bagaimana bisa aku percaya kalau kau tidak memiliki perasaan yang sama denganku."
Hina berusaha untuk mengendalikan dirinya ketika Shinji mulai mendekat dan memegang pundaknya. Memintanya untuk menatapnya.
"Aku ingin tetap menjaga identitasku. Sekalipun namaku terkenal kalau aku mengaku berkencan denganmu. Tapi aku tidak ingin terkenal dengan cara itu. Lagipula... Aku tidak memiliki perasaan yang sama denganmu." Jelas Hina dan kali ini dia harus berakting di depan Shinji untuk menyembunyikan perasaannya.
"Bohong!"
"Benar kok... Itu hanya yang terlihat dimatamu saja."
"Hina..."
"Aku menyukai orang lain!" Potong Hina. "Itu sebabnya aku tidak bisa berkencan denganmu. Kebetulan orang yang kusukai sangat mirip denganmu. Itu sebabnya aku kesulitan menolakmu. Tapi... Artkel pagi ini membuatku sadar kalau aku harus mengakhirinya. Kau tidak seharusnya menyukai orang sepertiku." Merasa lemas mendengarnya, Shinji mundur perlahan. Tatapannya terlihat sangat sedih.
"Itukah jawabanmu?" Tanya Shinji yang entah dia percaya dengan penjelasan Hina atau tidak.
"Iya... Dan sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi, Shinji. Untuk kebaikan kita berdua."
"Dengan seenaknya kau mengatakan untuk kebaikan kita berdua. Aku mengerti... Aku tidak akan mengganggumu lagi." Ucap Shinji yang berjalan keluar, meninggalkan Hina yang langsung menangis ketika melihat Shinji pergi dari hadapannya. Dia harus menyerah untuk kebaikannya sendiri. Seorang pembohong sepertinya tidak pantas berada di samping Shinji.
Cukup lama Hina menangis sampai Hiro meneleponnya mengabarkan kalau manajemen Shinji sudah tiba dan Hina diminta untuk menemui mereka. Berusaha mengendalikan dirinya, Hina memperbaiki dandanannya dan kembali berakting menjadi Hina.
Sesampainya di ruang meeting, Hina menyapa manajemen 'GOTH' dan juga Shinji yang bersikap biasa saja. Menganggap kejadian tadi tidak pernah terjadi. Dan sesuai dengan yang Hina katakan sebelumnya kalau dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Shinji dan meminta manajemen 'GOTH' untuk membantunya mengklarifikasi berita tersebut. Karena keputusan Hina tersebut, Hiro menjelaskan kepada manajemen 'GOTH' untuk sementara mereka tidak bisa bekerja sama sampai gosipnya mereda.
Selama meeting berlangsung, Hina sama sekali tidak mau melihat wajah Shinji yang terlihat sedih. Sampai akhirnya mereka sepakat dengan konfirmasi yang akan diberikan kepada masing-masing pihak, manajemen 'GOTH' dan juga Shinji pun pergi meninggalkan Hina dan Hiro yang masih di ruangan. Hina langsung menyenderkan kepalanya di meja meratapi nasib percintaannya yang menyedihkan.
"Aku tidak menyangka sampai akhir kau tetap merahasiakan identitasmu dihadapan Shinji." Ucap Hiro yang tidak bisa menghibur sepupunya itu.
"Apa boleh buat... Kalau aku mengatakan semuanya pada Shinji, cepat atau lambat media juga akan tahu jati diri Hina."
"Karena foto Shinji ke apartemenmu?" Tanya Hiro yang dijawab dengan anggukan Hina.
"Tidak... Aku sendiri tidak akan bisa berkencan dengan Shinji sebagai Hina tanpa mengatakan identitasku yang sebenarnya. Semakin lama aku bersamanya, rasa bersalahku akan semakin besar." Jelas Hina murung.
"Kalau memang dia benar-benar menyukaimu, kurasa dia bisa menerimamu apa adanya." Ucap Hiro membuat Hina tersenyum miris.
"Itu kalau memang dia benar-benar menyukaiku. Tapi... Kau pun pasti tidak akan bisa menerima kenyataan kalau ternyata kau dibohongi oleh orang yang kau sukai, bukan? Kau bisa bersikap manis pada Hina karena kau menyukainya, tapi kau bersikap biasa saja dihadapan cewek yang berada dibalik dandanan Hina. Terlebih lagi Hina hanya karakter yang kita buat. Bukan sifat asliku. Dari segi apa dia akan menyukaiku apa adanya?" Hiro hanya bisa diam mendengar ucapan menyedihkan sepupunya itu.
"Lagipula aku sudah memutuskan. Kondisi dari paman, karirku sebagai model akan berakhir kalau identitasku ketahuan. Dan aku tidak mau berhenti sampai Yamato pulang."
"Kau masih saja menunggu Yamato mu itu. Kadang aku tidak mengerti. Shinji yang sekarang kau sukai, atau Yamato yang lebih penting?!" Hina cukup tertegun mendengar pertanyaan Hiro.
"Pertanyaan bodoh!" Gumam Hina pelan. "Kau sendiri tahu kalau aku memulai karir sebagai model karena tidak mendengar kabar darinya. Aku tidak ingin dia melupakanku sebagai sahabatnya. Aku ingin dia tahu kalau masih ada aku yang menunggunya. Sebagai sahabat... Aku sangat berhutang banyak padanya yang bahkan entah bisa kubalas atau tidak. Tapi Shinji..." sambil menghela nafas, Hina mulai memikirkan arti keberadaan Shinji dan Yamato dalam hidupnya yang jelas sangat berbeda. Terutama Shinji karena dia selalu berusaha melupakannya. Tapi semakin Hina berusaha melupakannya, Shinji semakin sering muncul di pikirannya. Entah bagaimana dia bisa melupakannya. Jalan satu-satunya hanya menjauh darinya.
"Intinya... Aku ingin kembali ke tujuan awalku Hiro. Shinji... aku harus menggapnya sebagai peralihan karena mungkin aku sedikit menyerah mencari Yamato. Jadi... Aku lebih memilih untuk tetap merahasiakan identitasku dan sesuai dengan kondisimu... Lebih baik aku tidak bertemu dengan personil 'GOTH' sebagai Hina dan juga Yusa. Aku akan mencari alasan kepada Anzu dan Ran supaya mereka tidak lagi mengajakku bertemu dengan 'GOTH'"
"Apa maksudnya ini?" Tanya suara familiar yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruang meeting. Hina langsung mengangkat kepalanya dan terkejut melihat orang yang baru masuk itu adalah Shinji.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Identity
RomanceHinamori Yusa seorang cewek bertubuh tinggi dengan potongan rambut pendek seperti cowok dan selalu memakai kaca mata. Gaya berpakaiannya tidak pernah stylish dan selalu bergaya seperti cewek tomboy. Hanya 3 orang yang tahu rahasianya yaitu kedua sa...