01: Malaikat penolong

314 9 17
                                    

Senin.
Bukanlah waktu yang tepat buat Aliya untuk datang terlambat, bukan hanya karena upacara bendera yang selalu menjadi rutinitas setiap sekolah dan instansi pemerintahan. Juga karena jadwal piket Aliya yang tepat jatuh dihari itu. Ditambah lagi sistem yang berlaku di kelas Aliya adalah sistem denda, dimana segala pelanggaran yang dilakukan selalu diselesaikan dengan membayar denda.

Hufftt...!
Aliya menghembuskan nafas panjang, matanya tak lepas dari jalan beraspal dihadapannya yang terus menerus tanpa henti dilalui berbagai jenis kendaraan.

Sudah lima belas menit ia menunggu, namun tetap saja hasilnya 'nihil'. Sejak tadi tak satupun angkot melintas dijalan beraspal itu.

Berita yang beredar bilang, hari ini angkot akan demo besar besaran karena harga bbm yang terus melonjak. Aliya kira berita itu hanyalah opini, tapi nyatanyaa..

Aiisshh....
Kesal, aliya menghentakan kakinya. Rasa gelisah yang tiap detik selalu bertambah semakin membuat otak dan fikirannya buntu saat ini.

Berdoa dan terus memohon pada tuhan, hanya itulah yang dapat aliya lakukan saat ini.

Ituu... mata aliya menyipit, menatap seorang lelaki melintas dengan motor pespa birunya.
Mencoba mengingat, sangat tak asing. Motor pespa biru itu melaju dengan kecepatan rendah dihadapan aliya. Mata aliya tak henti mengikuti setiap laju motor itu.

Panji! Iya panji!.
Batin aliya, mengingatnya.

PANJJII!!
teriak aliya, melambaikan kedua tangannya tepat diatas kepala.

Tepat!, benar saja tebakan aliya tak melesat sama sekali. Tak perlu mengulangi teriakannya, panji menghentikan laju motornya, menoleh ke arah aliya.

Rasa gelisah dalam hati aliya mulai meredup, ia berlari menghampiri panji yang berada tak jauh darinya. Namun, ketika hampir saja ia berada tepat dihadapan panji. Justru panji malah pergi meninggalkan aliya diiringi dengan senyuman dan lambaian tangannya.

PANJJII AWAS LO YA!!
kesal, aliya mengepal kedua tangannya. Menekan kedua sisi giginya hinga merapat. Sama sekali ia tak menyangka atas sikap panji padanya.
Benar-benar teman yang tak berguna.

Gimana nihh... aliya menggigit giggit bibir bawahnya, tak henti menatap jalan beraspal yang sejak tadi tak terlihat satupun angkot melintas dihadapannya.

"Hei, belum berangkat?". Seseorang menepuk bahu aliya dari belakang. Terkejut, aliya sontak menoleh kearah sumber suara.

Aliya terperangah, lidah dan sekujur tubuhnya terasa kaku. Matanya tak henti menatap seorang lelaki yang berada tepat dihadapannya saat ini.

Niko!. Ucap aliya reflek.

Niko tersenyum, memperlihatkan lensung pipi kecil disisi kanan dan kiri wajah tampannya.

Tubuh aliya semakin terasa kaku, detak jantungnya tak lagi dapat ia kontrol ketika tak sengaja matanya bertemu dengan mata niko. Seketika aliya mengalihkan pandangannya.

"Al, ngapa sh lo?". Ucap niko, kebingungan.

"Eng...enggak gk papa". Aliya menggelengkan kepalanya.
"Mau gua anter?".
Jantung aliya semakin melompat-lompat tak tentu arah, tanpa jeda dan tanpa aba-aba.

"Elo, nganter gua?". Tanya aliya, mencoba meyakinkan ucapan niko.
Niko mengangguk, "sampe sore elo nunggu juga gk bakalan dateng tuh angkot. Udah ayok naek".

Sungguh sosok niko pagi ini benar-benar jadi malaikat penolong buat aliya.

"Makasih ya". Aliya mengembangkan senyumnya pada niko.
"Ok!". Niko menatap gerbang sekolah aliya yang telah tertutup rapat, di sana terdapat seorang wanita lanjut usia berseragam coklat dan seorang lelaki bertubuh besar berseragam putih hitam disebelahnya.
Pandangan keduanya sama-sama terarah pada aliya dan beberapa murid yang sedang berlarian.

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang