Beberapa minggu ini dunia terasa berputar sangat cepat. Tugas yang menumpuk ditambah lagi jadwal UAS yang hanya tinggal menghitung hari benar-benar membebani otak.
Arga yang lebih mengarah ke cowok yang anti mendapat nilai remedial benar-benar disibukkan dengan keberadaan tugas dan UAS. Di meja belajar miliknya dengan seperangkat buku paket lengkap dengan referensinya berada menumpuk rendah disampingnya. Dengan tangan kanan yang menggengam pena, diketuk-ketuknya pena ke meja mencoba berfikir mencerna soal bahasa indonesia dengan soal yang seolah seperti cerpen. "Arghh!". Mengacak-acak rambutnya, buatnya lebih baik mengerjakan tugas matematika dari padah bahasa. Dengan wajah kesal, arga menghentikan otaknya untuk berfikir sejenak menenangkan diri dengan bersandar di kursi se-relaks mungkin.
Setelah benar-benar merasa relaks, karna moodnya yang sudah tak lagi bagus. Arga memutuskan untuk menutup saja tugasnya itu. Dengan tubuh yang masih bersandar dibangkunya, matanya kini ter-arah pada salah satu sudut mejanya yang terdapat tiga bingkai foto. Foto arga ketika kecil, fotonya dan keluarganya juga satu foto dirinya dengan aliya. Senyumnya mengembang seketika meraih foto ia dan aliya, tertawa pelan. Tiba-tiba saja bayangan masa kecilnya dulu bersama aliya terbayang di otaknya.
***
"Iya pokoknya intinya tuh, gua rasa perhatian di tuh lebih dari temen". Ucap aliya dengan kedua earphone yang terpasang ditelinganya, sedangkan kedua jemari tangannya sibuk mengikat tali sepatu.
"Ciyyee... jadi, tinggal nunggu dong". Suara seorang wanita menyahut disebrang sana, terdengar sedikit diiringi cekikikan. "Dasar lu SITTII!".
"Heh, nama gua bagus-bagus cintya se-enaknya aja lo panggil siti. Awas lo ya kalo sampe ketemu!".
"Udah deh gua mau sekolah. Pusing gua ngeladenin pengangguran kaya lo, bye". Melepaskan earphonenya, beranjak mengambil tas di atas meja lalu keluar dari kamarnya.
"Telponan sama siapa sih, sampe suara orang ngucap salam dari tadi gak kamu sautin. Liat nih ibu lagi sibuk masak didapur jadi keganggu".Sapa aryani menyambut aliya di ruang tamu.
"Hehe, cintya tadi telepon. Katanya bulan besok dia mau ke lampung"."Oh iya?. Wahh udah tiga tahun dia gak ke lampung, nyampe kangen ibu". Alihnya melupakan kekesalannya tadi.
"Eemm alahh... masa sih bu?. Kalo dia kerumah juga ibu ocehin mulu". Aliya cekikikan.
"Eh udah itu temen kamu udah nunggu". Menunjuk keluar rumah dengan lirikan mata.
"Temen. Maksudnya?". Terlihat garis mengerut di kening aliya, sepertinya bukan niko. Karna sebutan kata 'teman' bukan hal biasa."Ibu lupa tanya namanya, pokoknya anaknya tuh gak kalah cakep sama niko dan arga al". Senyum menggoda terlihat di wajah aryani usil . "Ck. Apaan sih bu, yaudahlah aliya berangkat dulu. Asalamualaikum". Mengecup punggung tangan aryani.
"Waalaikumsalam".Benar saja kali ini buka niko yang berada di depan rumahnya, dari belakangpun sudah terlihat bahwa lelaki itu.
"Panji". Sedikit menghuyungkan kepalanya kebelakang, antara bingung dan ragu. Tapi dari tas, jaket serta motor yang ia lihat jelas memperlihatkan bahwa itu milik panji. "Kenapa?". Jawab panji ketika menoleh."Ngapain lo kerumah gua pagi-pagi gini?".
"Kenapa?. Gak boleh?". Mengangkat kedua alisnya, mendekati aliya yang berdiri di depan pintu rumahnya. "Ayok berangkat". Ajaknya membuat aliya semakin tak percaya, kesambet apa tuh manusia.
"Hah. Gak salah denger gua?". Gak biasanya panji begitu, biasanya malah dia ogah nebengin aliya kalo ketemu dijalan. Lah sekarang apa-apaan, dia justru malah datang menghampiri aliya pagi-pagi hanya untuk mengajaknya berangkat bareng. "Ck. Kemaren lo protes gak gua tebengin. Sekarang gua niat baik ke elo, elo malah gak percaya".
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]
Teen FictionFaktanya, sahabat adalah hal paling menyakitkan untuk dicintai. Karena akan ada banyak sisi yang dapat membuat hatimu terluka. Selalu ada yang tersakiti ketika cinta itu hadir. Aku, Kamu, atau Dia?. Cerita tentang kisah persahabatan dan cinta yang...