03 : Secret admirer

76 6 0
                                    

Arggaa!!
Teriak aliya, mengetuk pintu rumah arga.

Arga yang sejak pagi berbaring lemas, mencoba bangkit.

"Biar aku aja bu yang buka". Ucap arga, menahan ibunya agar tetap fokus dengan masakannya.

Fatimah ( ibu arga ), mengangguk. Menyentuh lembut bahu arga.

"Kenapa?".
Wajah arga tiba-tiba muncul di ambang pintu.

Mata aliya terbelalak. Sungguh selama sepuluh tahun lebih berteman, baru kali ini aliya melihat arga dengan wajah dan pakainnya yang sangat amburadul.

"Ya ampun tuh muka".
Aliya tersenyum menahan tawa.

"Elo sakit apa?". Beranjak duduk di kursi depan rumah arga.

Arga menyusul, mengambil tempat di sebelah aliya.
"Pusing aja pala gua".

"Aleman loo... baru ujan-ujanan gitu doang aja langsung sakit"

"Kayanya gua butuh diperhatiin biar sembuh". Arga, melengos kearah aliya. Manja, matanya menatap aliya lekat.

Iiss...
Aliya menggidik, menampar pelan wajah arga.
Arga tertawa puas meledek aliya.

"Ga, elo tau tiwi?". Tanya aliya, memecah suasana.
"Tau, emang kenapa?".

"Elo tau dia sebatas apa?".
Arga menoleh, menaikan sebelah alisnya.
"Ga, elo tau kn kalo tiwi sering ngasih bingkisan ke elo?".

"Jawab gua ga!". Tanya aliya penasaran, sepertinya selama ini ada yang arga tutupi darinya dan cindy.

"Iya sebenernya dia itu sering ngedeketin gua, dia sering ngasih bingkisan ke gua. Dia juga sering ngehubungin gua. Tapi gua gk pernah respon tuh cewek, malahan setiap kali dia ngasih gua makanan. Ujung-ujungnya dimakan satu kelas".

Aliya menghembuskan nafas lega. "Bagus ga, jangan sekali-kali elo ngeladenin tuh anak. Gua tau banget dia orangnya kaya mana".

"Emang anak itu gimana?".

"Ntar juga lo tau tanpa harus gua jelasin. Yang penting sekarang, elo jangan sesekali nyakitin cindy. Karna dia temen gua, kalo elo nyakitin dia. Gua yang bakalan maju!". Aliya menaikan kedua alisnya, menatap arga lekat.

"Iyaa...". Gemas, arga mengacak-acak rambut aliya.
"Arga!". Aliya beranjak dari bangkunya, menginjak kuat kaki arga.

"Sakit goblok!". Arga meringis kesakitan, mengusap-usap kakinya yang terasa panas dan sakit.

"Dah lah.. gua mau pulang. Bye!".
Aliya berjalan kedepan pintu rumah arga.
"Tantee..aliya pulang ya". Teriak aliya dari ambang pintu.

"Iya al, maaf ya tante lagi masak". Sahut fatimah dari dapur.

Aliya berjalan pergi meninggalkan arga.
"Aliya!". Panggil arga.
Aliya menoleh, "apa?". Sahutnya singut.
"Hati-hati". Kesal, aliya melempar arga dengan batu kerikil yang ia ambil dihalaman rumah arga.

Arga menatap kepergian aliya, tertawa menang. Kebahagiaan sederhana buat arga, setelah sejak pagi terbaring ogah dikamarnya.

Seharian berada disekolah benar-benar membuat aliya lelah. Aliya menghempaskan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit. Menghembuskan nafas.

Pukul 07:30. Rasanya ia akan tidur terlelap lebih awal malam ini. Perlahan aliya mulai memejamkan matanya.

****
Pagi ini aliya kembali datang lebih awal. Bukan karna ingin jadi anak teladan, tetapi karna ingin menangkap basah tiwi yang selalu memberi bingkisan pada arga diam-diam.

Anehnya, buat apa dia memberi bingkisan diam-diam tapi nulis namanya di kertas setiap kali ngasih bingkisan. Pake ucapan lagi.

Aliya memantau kelas arga dari jendela kelas XI IPS 4 yang berada tepat menghadap kelasnya. Disana aliya tak sendirian, jelas ia tak akan mau berada didalam kelas itu sendirian. Disana ia ditemani oleh rahayu, lebih tepatnya maksa minta ditemenin.

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang