21 : Rindu

31 3 0
                                    

Dari balik jendela kamarnya yang terbuka, Aliya hanya memandangi siluet jingga dari pijaran matahari yang mulai terbenam dan merasakan lembut ketenangan angin yang berhembus masuk di celah jendela kala itu. Namu satu hal yang masih terus membuatnya tak tenang saat ini, yaitu tentang Arga dan Niko. Dua sahabat yang biasanya selalu ada, tapi kini keduanya seolah menghilang.

Sebenarnya dalam hati sangat besar keinginan Aliya untuk menghubungi Arga ataupun Niko. Namun Aliya tak yakin.  Satu hal yang lebih membuat Aliya bertanya-tanya yaitu tentang keberadaan Niko. Ia menghilang bagaikan hembusan angin dan Aliya-pu terlalu jaim untuk menghubunginya duluan.

Tanpa sadar jari jemari Aliya mengetuk-ngetuk meja, Ia mencoba berfikir untuk mengambil keputusan yang terbaik. Ia tak ingin seperti ini terus, bagaimanapun caranya Ia harus mengembalikan keadaan seperti sedia kala.

Tangan kanan Aliya mengambil alih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Menekan satu nomor yaitu 'Niko'. Apapun yang akan terjadi nanti Ia siap menghadapinya, walau Ia harus mengikhlaskan rasa gengsinya nanti jika Niko tahu bahwa Aliya merindukannya, sedangkan selama ini Aliya bersi keras menutupi perasaanya pada Niko. 

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi".

Lima jam kemudian.
Aliya mencoba menelfonya lagi. Tetap saja nihil, yang terdengar hanya suara dari sang operator.

Andai saja nyali Aliya besar. Sejak awal Ia pasti sudah datang kerumah Niko dan menanyakan langsung keberadaannya saat ini.

Lelah pada keadaan yang ada, Aliya menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ia tak ingin hari esok cepat datang jika Ia tidur lebih awal malam ini. Namun entah mengapa, baru saja berbaring Aliya malah tertidur pulas.

*****

"Aliya bangun nak solat subuh jangan lupa. Ibu sama Ayah mau ke toko". Ucap Aryani dari depan pintu kamar Aliya. "eeemm iya". Memang mata Aliya masih menutup, namun Ia tetap dengar ucapan Ibunya. Ia menekan tombol power ponselnya. 

Pukul 05:30.
Setengah jam lagi. Batinnya dalam hati karena rasa kantuk yang masih kuat Ia rasakan.

Drett.. Drett.. Ponsel Aliya bergetar. Merasa terganggu, langsung di raihnya ponsel di samping bantal dengan mata yang masih menutup. Panggilan masuk dari Cindy. 

"ya. Hallo".

"elo baru bangun tidur? ". Sapanya mendengar suara Aliya yang jelas terdengar baru bangun tidur.

"hemm".

"ini udah jm berapa al?".

Aliya langsung melihat jam di dinding kamarnya.  07:15. Mata Aliya langsung membesar. Tanpa fikir panjang Ia refleks melemparkan ponselnya sembarangan di kasur,  melangkah pergi ke kamar mandi. Membasuh wajah dengan sabun wajah lalu menyikat gigi, tak sempat lagi untuk mandi. Jorok memang, tapi keadaan yang membuatnya terpaksa melakukannya. 

Dengan gupek Aliya mengenakan sepatunya. Sudah tidak ada waktu lagi, apalagi hari ini UAS terakhir. Sedangkan ketika UAS jam masuk di sekolahnya yaitu puku 07:30, toleransi waktu telah diberikan oleh pihak sekolah agar tak ada murid yang telat ketika UAS berlangsung. 

Ya allah, dodol bener gua ini. Dodol... dasar dodol... Ucapnya terus menerus dalam hati. Dengan langkah panjang Aliya berjalan tergesa-gesa keluar rumah. 

Di trotoar yang sama ketika Niko mengantarkannya waktu itu. Hal yang kembali mengingatkannya pada Niko. Ponsel Aliya berdering, langsung Ia keluarkan ponsel dari dalam saku bajunya.  Panggilan masuk dari Panji.

"elo gak sekolah".

"masih nunggu angkot".

"dimana? ".

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang