Mata aliya terpanah, tatkala melihat sosok bidadari dihadapnnya. Tinggi wanita itu sekitar 165cm, berkulit putih, berhidung mancung dan pakaian serta jilbab yang ia kenakan menutupi segala tubuhnya, hanya telapak tangan dan wajahnyalah yang terlihat berwarna putih bersih nampak bercahaya.
Mulut aliya terasa kaku, tak dapat tertutup setelah ia buka lebar-lebar. Kakak ipar. Kata itu terbesit di otaknya.
"Aliya". Sapa wanita itu dengan lembut. Wajahnya semakin terlihat cantik ketika senyumnya mengembang.
"Iya kak". Jawab aliya dengan suara lembut menyamai ucapan Aisyah (kakak niko).
"Habis dari mana?"."Ini... abis kewarung, beli gula". Menunjukkan kantong plastik berwarna putih.
Dari buku-buku dan al-quran yang di bawa, aliya mengerti ke mana tujuan aisyah saat ini.
"Mau ngajar ya kak?"."Iya". Dengan tutur kata yang lembut, semakin meyakinkan aliya bahwa sosok dihadapannya ini benar-benar bidadari.
"Niko masih diasrama kak?". Tanya aliya, paham jika aisyah termasuk orang yang tidak mudah akrab juga tidak banyak bicara. Jika aliya diam saja, yakin sepanjang perjalanan mereka akan saling diam.
Aliya dan aisyah berjalan beriringan, kebetulan rumah aliya searang dengan TPA tempat biasa Aisyah mengajar ngaji.
"Iya, tapi kayanya sebentar lagi dia udah gak tinggal diasrama".
Aliya setengah kaget, dan sebagian lagi ia bahagian. Kata itu, kata yang selalu aliya tunggu-tunggu."Loh kenapa kak?".
"Dia udah gak betah tinggal diasrama al".
Aliya mengangguk mengerti.
Ntah apa lagi yang bisa dijadikan bahan pembicaraan dengannya saat ini. Untung saja rumah aliya sudah dekat."Duluan ya kak". Aliya menghentikkan langkahnya.
"Iya"."Aliya". Panggil kak aisyah membuat aliya menghentikan langkahnya, menghampiri kembaki kak aisyah.
"Kenapa kak?"."Mau gak batuin kakak ngajar ngaji, kamu masih anggota risma kan?".
Aliya menelan ludah, seumur hidup ia belum pernah mengajar ngaji. Bagaimana jika ia salah mengajar, salah menyebut, atau salah tanda baca dan sebagainya.
Tak tahu alasan apa yang dapat aliya pakai untuk menghindar.
Ia takut terlihat bodoh di hadapan calon kakak iparnya itu."Tapi kak, aku gak biasa ngajar ngaji. Aku juga bukan hafizah kaya kakak". Jujur mungkin lebih baik buat aliya dari padah mencari alasan lain. Bagaimana jika alasan yang keluar tidak logis.
Aisyah tersenyum manis. "Tenang aja, kamu cuma ngajarin anak-anak yang masih iqra kok. Bisa kn?".
Aliya menarik nafas lega, segala hal yang mengganjal otaknya kini telah menghilang."Ok kak, kalo itu saya bisa".
"Yaudah, kalo gitu kakak tunggu kamu di tpa ya".
Kak aisyah beranjak pergi di akhiri senyuman yang lagi lagi nampak di bibirnya.Aliya telah siap dengan baju long dress panjang lengkap dengan pasmina yang ia bentuk sedemikian rupa, ia sedikit menyontek penampilan kak aisyah yang tak pernah terlihat mengenakan celana panjang, walapun tidak ketat sekalipun ia tetap menggenakan androk atau long dress.
Tubuh aliya kaku seketika, tenggorokannya terasa kering. Ia benar-benar butuh air saat ini. Jantungnya bedetak kencak tak seperti biasanya, ia kira disana hanya ada ia dan kak aisyah yang mengajar ngaji. Tapi ternyata, cowok itu 'niko'.
Ia mengenakan baju koko putih lengkap dengan celana jeans hitam. Pandangan cowok itu terfokus ke ponselnya, sepertinya ia sibuk dengan gamesnya hingga tak menyadari keberadaan aliya di ambang pintu.
Aliya berbalik, pergi kekamar mandi. Mengecek ulang penampilannya dari atas sampai bawah, apakah ada yang kurang atau berlebihan. Ia merasa tak biasa dengan penampilannya saat ini.
Setelah dirasa cukup dan detak jantungnya mulai terkontrol, dengan berani aliya keluar dari kamar mandi.
Bismilahirahmanirahim. Ucap aliya mengawali langkahnya, seperti benar-benar telah menjadi wanita solehah seutuhnya.Aliya menarik nafas lega, beruntung niko masih terfokus dengan gamesnya.
"Aliya, kamu udah dateng".
Suara kak aisyah membuat pandangan niko beralih menatap aliya.
"Iya kak".Terkejut sekaligus terpana melihat penampilan aliya yang berbeda dari biasanya. Hingga tanpa sadar niko terus memperhatikan penampilan aliya dari atas sampah bawah.
Aliya risih dengan tatapan itu, ia takut dikomentari yang enggak-enggak dengan niko. Takut ada yang salah atau bagaimanpun itu, yang pasti ia benar-benar tak menyukai pandangan itu.
"Ini aliya?". Ucap niko refleks, sebenarnya ia ingin mengucap kalimat itu dalam hati namun ntah mengapa malah keluar dengan sendirinya.
"Emang lo kira siapa?". Menaik turunkan alisnya.
"Gua kira bidadari". Niko tersenyum jail, masih tidak percaya dengan penampilan aliya.
Wajah aliya memerah, mendengar pujian dari mulut niko. "Ngejek lo ya".
"Enggak, beneran. Gua lebih suka ngeliat elo kaya gini". Menaikan sebelah alisnya.
Wajah aliya semakin memerah seperti buah tomat. Mencoba menghindar tatapan itu yang akan membuatnya tak bisa tidur nyenyak nanti malam.
****
Sebenarnya aliya tak seberapa menyukai anak kecil, bahkan mungkin ia terlalu emosional untuk mengajari anak kecil mengaji. Apalagi jika anaknya nakal minta ampun. Seperti saat ini.Seoran anak laki-laki bertubuh gempal berusia tujuh tahun duduk tepat dihadapan aliya, ia baru pertama mengaji hari ini. Anak itu mulai membuka halaman pertama iqro miliknya dengan lidi kecil ia pegang ditangan kanan.
awalnya anak itu bersemangat mengikuti aliya mengucap setiap huruf yang tertera di iqra dengan suara lantang. Namun ketika aliya menyuruhnya membaca tanpa harus aliya bimbing, ia hanya tetdiam. Tak satu huruf pun ia hafal, hampir lima menit tak ada satu katapun keluar dari mulut anak itu.
"Apa ini?". Ucap aliya dengan nada sedikit naik. Untung kak aisyah dan niko berada agak jauh dengannya.
Anak itu tetap diam. Alhasil karna kesal, aliya menatap anak itu dengan tatapan sedikit tajam.
kalo aja disini gk ada kak aisya sama niko, udah gua cubit nih anak. Batin aliya.Tiba-tiba anak bertubuh gempal itu terisak, matanya mulai berkaca-kaca.
Aliya menyadari itu segera menenangkannya. "Eh.. diem gk usah aleman yaa". Bisik Aliya mengusap bahu anak laki-laki didepannya itu.
Bukannya diam, justru tangis anak itu semakin kuat dan menjadi-jadi. Membuatnya menjadi pusat perhatian, aliya kebingungan tak tau harus bagaiman.
"Kenapa?". Niko menghampiri anak lelaki itu. Mencoba menenangkannya.
"A-aku ga-gak mau di ajar sama kakak ituu". Jawab anak itu menuduh, dengan isak tangis itu nampak seolah olah aliya telah menganiyayanya.
Niko menoleh ke aliya, aliya menanggapi tatapan itu dengan mengangkat kedua bahunya.
"Yaudah kamu ngaji sama kak niko aja ya". Ucapan niko seketika membuat anak itu berhenti menangis.Dasar anak kecil, dikit-dikit nangis. Gerutu aliya dalam hati, anak itu telah membuat aliya turun satu level dihadapan niko dan kak aisyah.
[ Vote atau komen, thanks]
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]
Teen FictionFaktanya, sahabat adalah hal paling menyakitkan untuk dicintai. Karena akan ada banyak sisi yang dapat membuat hatimu terluka. Selalu ada yang tersakiti ketika cinta itu hadir. Aku, Kamu, atau Dia?. Cerita tentang kisah persahabatan dan cinta yang...