29 : Pergi untuk Kembali

77 5 0
                                    

Sebuah garis merah melingkar tepat pada tanggal 12 desember.

Iya. Aliya baru saja melingkari kalender itu beberapa detik lalu, bahkan saat ini matanya masih memandang kalender yang ia letakkan di nakas sambil terus tersenyum. Ia tidak menyangka hal itu telah datang, saat dimana ia benar-benar menyukai Panji. Tidak, bahkan mencintainya. Ia rasa hal itu bermula pada tanggal dua belas kemarin.

Maka alasan ia melingkari tanggal itu bukan hanya sekedar mengingat hari jadinya dengan Panji. Tapi hari dimana ia mulai menyadari perasaannya pada Panji.

Oke. Hari ini tanggal 13, dan tepat di hari ini seluruh murid akan menerima rapornya masing-masing. Sebenarnya Aliya sedikit takut, bukan takut dengan hasil rapornya. Tapi hal yang lebih membuatnya takut yaitu, tentang rapor Panji.

Aliya lirik jam di dinding kamarnya, lalu mengintip di jendela. Sudah pukul tujuh pagi, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan Panji.

"Belum berangkat kamu?". Tanya Ibu ketika melihat Aliya keluar dari kamarnya. "Belum. Nunggu Panji bentar".

Ibu mengangguk, lalu keluar dengan membawa kantong plastik hitam yang diduga berisi sampah. Tak sampai satu menit Ibu kembali masuk. "Ditungguin Arga tuh".

"Hah?". Jawab Aliya terkejut, seharusnya Panji yang datang. Atau mungkin Panji kesiangan. Aliya membatin-batin dalam hati.

"Cepet itu loh ditungguin". Gretak Ibu. "Iya bentar. Ibu bilangin dulu aku lagi pake sepatu gitu".

Seperti mendapatkan perintah dari atasan, Ibu langsung keluar menuruti perkataan Aliya tanpa meninggalkan ucapan apapun.

Aliya mengambil ponselnya di dalam tas, menekan nomor Panji lalu menghubunginya.

Tidak diangkat. Dicobanya lagi, namun lagi lagi tidak diangkat.

"ALIYA!!". Teriak Ibu dari luar.

"IYAA!". Bergegas Aliya mengambil tasnya lalu lari melangkah cepat keluar rumah.

"Orang ditungguin kok lama amat". Omel Ibu yang kemudian pergi masuk kedalam rumah. "Iya".

Akhirnya setelah beberapa menit membatin dengan sedikit berfikir. Aliya berjalan menghampiri Arga yang telah stay didepan pagar sejak tadi.

"Tumben". Ucap Aliya menyapa Arga.

"Gak boleh?".

"Enggak enggak".

"Ambil helm dulu gih. Helm gua cuma satu". Pinta Arga menyadari Aliya menunggunya memberikan helm. "Iya. Bentar". Aliya kembali masuk kedalam rumahnya mengambil helm.

Dret...dret...dret...

Ponsel Aliya bergetar. Aliya langsung mengeceknya, panggilan masuk dari Panji.

"Hallo".

"Hai".

Aliya tertawa geli mendengar jawaban Panji.

"Kemana aja di telponin dari tadi gak ngangkat ngangkat".

"Iya maaf. Aku gak bisa ke sekolah hari ini. Kamu berangkat sama Arga ya".

"Telat. Arga udah dateng duluan". Jawab Aliya kesal.

"Iya maaf. Aku kesiangan tadi mau ngabarin".

"Iya. Kenapa gak bisa dateng kesekolah?".

"Ada urusan bentar".

"Hemm".

"Aliya. Makasih ya dan maaf".

"Buat?".

"Udah sana berangkat. Udah siang".

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang