04 : Friendship

76 7 0
                                    

"Ada urusan apa sh lo sama keong racun itu?". Tanya panji penasaran, mewakili teman-teman se-gengnya.

Panji, cindi, galang dan mia duduk di hadapan aliya. Sedangkan edo dan dela berada disisi kanan dan kiri aliya.
Mengambil meja tepat dibagian ujung kantin.

Mereka duduk merapat, siap mendengarkan cerita aliya.

"Bukan gua yang punya masalah sama dia, tapi dia yang punya masalah sama gua". Aliya menaikan sebelah bibirnya.

"Maksud lo?. Apa ada hubungannya sama arga?". Tanya cindy.

Aliya mengangguk. Kening cindy berkerenyit, rasa keingin tahuannya semakin membesar.

"Dia itu secret admirer-nya arga!".

Hah!.
Seru mereka kompak. Memecah suasana kantin, membuat segala mata mengarah pada mereka.

"Sabarr... bakal gua ceritain".

Aliya menjelaskan secara detail dari A sampai Z.

"Oohh gituu....". Jawab mereka lagi kompak setelah mendengar penjelasan dari aliya.

"Anjrit tuh anak, masih mau cari perkara sama gua!". cindy berdiri, menghantamkan tangannya diatas meja. Kesal.

Pandangan seisi kantin kembali ter-arah pada cindy dan teman-temannya.
"Santai ndy, gua yakin sekarang si keong racun itu gk bakalan ngusikin arga lagi". Aliya menaikan kedua alisnya pada cindy, mencoba meredam emosinya.

Panji menarik tangan cindy, mengisyaratkannya agar kembali duduk.

Cindy gelagapan sendiri ketika mengetahui segala mata memandangnya saat ini.
Ia tersenyum malu.

"Knapa elo gk bilang ke gua sh yak?".

"Kalo gua kasih tau elo, pasti udah abis lo sama bu herlin".

Cindy mulai mengerti. Cindy menyuap bakso miliknya, dari tatapan sinisnya. Jelas terlihat amarah dalam dirinya.

****
"Thanks ya yak". Ucap cindy tiba-tiba, mensejajarkan langkahnya dengan aliya.

"Buat apa?".

"Buat tadi, elo perhatian banget deh".

Aliya menghentikan langkahnya, menatap cindy dengan senyumannya. "Santai. selagi elo ada buat gua, gua juga bakalan ada buat elo".

Cindy membalas senyum aliya.
Padahal baru-baru kelas XI ini ia dekat dengan aliya. Dulu ketika kelas X meskipun mereka sekelas, namun mereka tak sedekat saat ini. Hanya sekedar 'say hi' saja ketika bertemu atau bicara seperlunya saja.

Tapi sekarang, cindy mulai mengenal dekat aliya. Dan untuk orang sebaik aliya, terlalu bodoh jika disia-siakan.

Ollaa!.
Teriak aliya, melambaikan tangan. Beberapa hari ini mereka sama sekali tidak saling berkomunikasi. Rasa rindu dalam diri aliya maupun amola sangat terasa. Seperti bertahun-tahun tak bertemu.

"Hai la!". Sapa cindy dengan senyumannya.

Cindy memang bukan tipe orang yang mudah deket dengan orang lain, apalagi denga orang sependiam amola. Susah buatnya untuk beradaptasi, sama seperti amola.

Tetapi sekalinya udah deket dengan cindy, rasanya kaya berhadapan sama orang setres. Sifatnya akan berubah seratus delapan puluh derajat dari sifat awalnya.

"Hai". Jawab amola seadanya.

"Oh iya yak, ntar gua kerumah elo ya. Mau pinjem buku ekonomi, sekalian mau jenguk arga". Cindy menarik kedua tali tasnya hingga naik keatas.

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang