26 : Baikan

46 3 0
                                    

"Heh. Becanda kn lo?". Ucap Aliya sambil cengengesan.

"Gua gak bercanda Al. Gua serius!".

Aliya terdiam lagi. "Trus?".

"Elo mau gak jadi pacar gua?". Ucap Panji gamblang, tanpa beban.

"Eh". Aliya kebingungan.

Panji terus menatap wajah Aliya penuh harapan, membuat Aliya semakin kikuk dan tak tau harus bagaimana.

"Kenapa harus jadi pacar?".

"Biar gak ada orang yang berharap bisa dapetin kamu nantinya. Karena kamu udah punya aku".

Aliya tertawa mendengar ucapan Panji yang terdengar sok romantis. Atau palah semacamnya.

"Kenapa ketawa?".

"Gak papa". Berhenti tertawa.

"Jadi?". Tanya Panji lagi memastikan.

Aliya benar-benar bingung harus menjawab apa. Ia dilema antara iya atau tidak, karena jawaban keduanya dapat membuat hubungan antara Aliya dan Panji akan menjadi renggang nantinya. Dan Aliya sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Kenapa sih. Bukannya lebih baik jadi temen?. Banyak resiko yang bakalan kita dapetin kalo kita pacaran nji. Aku gak mau ntar kita gak bisa sedeket sekarang".

"berarti kamu suka sama aku?".

Aliya hanya membalas senyum ucapan Panji.

"Aku cuma mau minta kepastian supaya kamu gak pergi dari aku".

"Ya gak bakalan lah. Kita kn masih satu sekolah, paling kelasnya aja ntar yang beda".

"Plis Al kasih gua jawaban".

Aliya menggigit bibir dalamnya, ia benar-benar sangat bingun. Ohh tuhan apa yang harus Aliya lakukan. Jika iya menjawab iya apa semuanya akan sama seperti sebelum Panji menyatakan perasaanya. Dan bagaimana dengan Arga, ia pasti akan semakin marah dengan Aliya jika tau Aliya jadian dengan Panji.

"Kasih gua waktu nji". Jawab Aliya lalu pergi meninggalkan Panji.

Baru saja selangkah keluar dari kantin, Aliya langsung mendapatkan sapaan dari beberapa siswi yang meledekinya telah jadian dengan Panji. Huft. Aliya tahu semua ini berasal dari mulut Rahayu lalu menyebar dari satu mulut ke mulut lain. Jelas satu sekolah heboh, siapa yang tidak mengenal Panji dengan sikapnya itu.

"Mulut lo gak bisa di jaga ya". Ucap Aliya menunjuk ke arah Rahayu yang sedang duduk di koridor.

"Berita baik harus di sebarin Al". Tanpa dosa Rahayu menjawab sambil cekikikan.

"Hiss". Aliya menyunggingkan bibirnya. Lalu pergi meninggalkan Rahayu dan teman temannya yang terus meledeki Aliya.

"Al...al!". Teriak Cindy berlari menghampiri Aliya dari belakang. Aliya menghentikan langkahnya menoleh ke arah Cindy.

"Bener elo jadian sama Panji?". Ucap Cindy dengan nafas terengah.

"Lo percaya?".

"Maksud lo?". Cindy menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sini ada yang mau gua ceritain". Aliya menarik tangan Cindy masuk ke dalam kelas.

"Apaan?". Mengambil posisi di tempat duduk mereka masing-masing.

Aliya menceritakan semua yang di ucapkan Panji padanya dan semua kebingungan yang ia hadapi saat ini. Aliya berharap Cindy dapat membantunya.

"Dia beneran serius?". Tanya Cindy setelah menyimak cerita Aliya. Aliya mengangkat kedua bahunya seolah berkata tidak tau.

"Gua bingung Cin. Gua harus gimana?".

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang