09 : Jadian

40 4 0
                                    

Hari ini wajah arga tak seperti biasanya, berbagai fikiran terlihat diwajahnya ketika menghampiri aliya dirumahnya.

"Lo kenapa? Ada masalah sama cindy".
Aliya yakin ia tak mungkin salah.
Semenjak arga dekat dengan cindy, hanya itulah masalah yang selalu ia adukan pada aliya. Bahkan terkadang hingga membuat aliya harus terbangun tengah malam karna telfon dari arga.

"Cindy gak bales sms gua yak, dia juga gak angkat telfon gua".
Selalu aduan yang sama dari arga.

Pasti setelah ini ketika aliya bicara.

"Trus?".

Pasti arga akan menjawab.
"Tolong bujuk dia buat bales sms dan angkat telpon gua".

Selalu, bosan rasanya aliya mendengar kalimat itu berulang-ulang kali. Maka hari ini dia putuskan untuk tidak mengucap kata 'terus'.

"Lagian ngapa sih lo gak jadian aja sama cindy. Pasti lama-lama bosen tuh anak digantungin mulu sama elo". Ucap aliya mengubah alur lama.

"Gua gak bakalan mau bantu elo lagi ga, bodok amat elo mau berantem sampe bunuh-bunuhan juga". Aliya berdiri membelakangi arga.

"Yak, elo kok gitu sh sama gua".
Arga menghampiri aliya, berdiri disamping aliya.

"Lo tau gk sih ga, gimana perasaan cindy. Elo gantungin tanpa status yang gk jelas. Lo bilang suka, tapi lo gak jadiin dia. Gua aja capek ngeliatnya, apa lagi cindy".

"Justru itu yak, rencananya gua mau nembak dia besok. Tapi dia malah ngambek sama gua".

Aliya menoleh, akhirnya setelah berbulan-bulan pendekatan. Arga mulai memberikan jawaban dari tanda tanya yang terus menggantung di dalam otak mereka.

"Nah, ok. Kalo gitu gua bakal bantu lo". Aliya mengambil ponselnya di atas meja yang berada diteras depan rumahnya.

****
"Selamat siang anak-anak". Pamit pak herman keluar kelas setelah jam pelajarannya selesai.

Cindy mengecek ponselnya yang sejak pagi ia abaikan didalam tas. Satu pesan masuk dari arga.

Arga : ada yang mau aku omongin sama kamu. Pulang nanti aku tunggu di kantin mak cik.

Tak biasanya arga mengajak cindy ketemuan, apalagi hanya untuk bicara.

Cindy : oke, aku pasti dateng.

Send.

Dengan segala keberanian yang telah arga kumpulkan, akhirnya saat ini ia harus mengungkapkan kata itu.

Sebuah kata yang sangat sulit untuk ia ungkapkan pada wanita dihadalannya saat ini.
"Kenapa sh ga?, katanya mau ngomong". Menaikan alisnya.

Cindy sangat penasaran, tak biasanya arga seperti ini. Wajah arga nampak seperti benang kusut, fikirannya seakan terbang kemana-mana.

"Ndy... aku mau hubungan kita lebih dari sekarang". Arga dan cindy saling beradu pandang. Sama-sama merasakan rasa yang sama deg-degan dan panas dingin.

"Kamu mau gk jadi pacar aku?".
Arga yang biasanya lo-lo-gue-gue seketika menjadi formal.

Jantung arga berdetak kencang dan semakin kencang. Fikiraanya terbang tak tentu arah, takut bagaimana jika ia ditolak. Tapi setau arga cindy belum punya pacar. Arga menaikkan sebelah alisnya, memberi sinyal agar cindy menjawabnya.

Setelah hampir satu menit cindy dan arga saling bungkam.
Cindy menganggukkan kepalanya perlahan.

Bingung, arga menaikkan lagi sebelah alisnya. Saling membalas dengan bahasa isyarat.

"Iya, aku mau". Ucap cindy membuat arga menghembuskan nafas lega. Akhirnya tak ada lagi hubungan yang menggantung diantara mereka, kini hubungan mereka telah jelas dengan status baru mereka.

Dari dalam warung mak cik aliya menguntit arga dan cindy.
Yes!. Ucap aliya kegirangan, sejak tadi ia berada di sana. Mendengar dan melihat segalanya.

"Ngapain lo!".
Aliya terkejut, seseorang menepuk bahunya dari belakang.
Panji!. Aliya menarik tangan panji, memberi kode agar ia ikut merunduk seperti aliya dibalik meja dagangan mak cik.

"Apaa sh lo?". Panji mensejajarkan tubuhnya dengan aliya.
Ssstttt...!. Aliya meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.
Dengan tubuh yang lebih tinggi dari aliya, membuat sebagian kepala panji dapat terlihat dari luar.

Cindy berjalan mendekat ke meja mak cik, tanpa aliya dan panji tahu tiba-tiba cindy menghampiri mereka dan menangkap basah mereka yang sedang menguntit cindy dan arga.

Aliya!.
Aliya menoleh terkejut. Menelan ludah, lalu tersenyum kaku.

"Yyeeaayy.... selamat ya. Akhirnya lo orang jadian juga".
Aliya memeluk cindy.

"Jadi dari tadi lo ngintipin gua sama arga?". Melepas begitu saja pelukan aliya.

Aliya hanya tersenyum.
"Acara apaan sh nih?, lebay banget!". Ucap panji berada di belakang aliya.

Aliya menyikut panji, menyunggingkan bibirnya sebelah. Berusaha memberi kode agar panji tak bicara.

"Ga, jangan lupa!". Teriak aliya.
Membuat cindy penasaran.
"Jangan lupa apa?".

"Gak papa. Udah ya gua balik duluan, bye". Aliya menarik tangan panji, membuat panji berjalan mengikutinya.

"Gupek ya lo!".
Panji melepas tangan aliya, berjalan mendahului aliya.

Aliya terdiam dibelakang, hanya menatap panji dengan kesal.
Anak itu. Aliya menggeretakkan giginya.

Aliya melirik jam dipergelangan tangannya. Sudah pukul empat sore, tepat di depan tempat pengiriman barang tempat biasa aliya menunggu angkot.

Panji menghentikan laju motor vespanya tepat dihadapan aliya.
"Mau bareng gk?". Singkat, terlihat dingin.
Membuat aliya berfikir berkali-kali menjawabnya.

Sejak kejadian kemarin, panji menjadi semakin dingin dengan aliya. Tapi entah mengapa saat ini ia malah baik hati mau memboncengi aliya.

"Ok, kalo lo gak mau juga gk papa. Gua duluan". Menghidupkan mesin motornya.
"Eehh...ya maulah".
Tak mau menolak ajakan panji, itung-itung irit ongkos dan tenaga.

Ini kali pertama buat panji mau mengajak cewek pulang bersamanya. Ntah karna kasihan atau bagaimanapun itu, mungkin aliya penumpang wanita pertama yang duduk disebelah panji.

Janji yang panji buat untuk tidak memboncengi wanita selain amola, kini begitu saja terpatahkan ketika melihat aliya seorang diri dipingir jalan menunggu angkot tanpa seseorangpun yang menemaninya.

Motor vespa panji berjalan dengan kecepatan normal, panji nampak serius dan sangat berhati-hati tak lepas dari jalanan.

Baru pertama kali ini aliya naik motor vespa warna biru. Warna kesukaan aliya.
Kesambet apa nih orang. Gumam aliya menikmati rasanya naik motor vespa yang baru sekali dalam hidupnya.

Rasanya lucu, ada satu hal yang membuatnya berbeda tapi sangat menyenangkan. Aliya baru mengerti sekarang mengapa panji begitu menyukai motor vespa kebanggaannya ini.



INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang