Sinar mentari siang ini terasa sangat panas menyengat. Dari dalam sekolahpun panasnya sangat terasa, mungkin sudah mulai memasuki musim kemarau. Tapi tidak juga cuaca saat ini sudah sulit diprediksi. Dengan tangan kanan yang menyanggah kepala, aliya menatap teman sebangkunya yang sedang sibuk menyalin tulisan dari papan tulis. "Ndy, aneh gak sih?". Tanya aliya tiba-tiba otaknya mengambil kesimpulan. Sontak cindy menoleh terdiam sejenak, mencoba tenang setenang mungkin padahal dalam hatinya. "Maksud lo?".
"Emm gak deh lupain aja. Hehe". Cekikikan tak melanjutkan ungkapannya, takut kalau kesimpulan yang ia ambil salah.
Aliya membaringkan tubuhnya di kasur kamarnya, disebelahnya amola sedang meletakkan tas di kursi lalu mengambil tempat disebelah aliya. "Udah lama ya kayanya gua gak masuk kamar lo". Ucap amola juga ikut merebahkan tubuhnya. "Iya lo-nya sok sibuk sih". Cetus aliya.
"Maaf deh".
Huhh. Memukul punggung amola dengan guling. "Aliyyaa". Amola protes kaget karena ulah aliya yang mendadak tanpa aba-aba. "Maaff...". Melingkarkan kedua tangannya di bahu amola menggodanya agar tidak ngambek. "Eh la, menurut lo aneh gak sih?".
"aneh apaan?". Fokus mata amola ter-arah pada ponsel yang ia genggam. "Si panji sama si arga".
Amola menoleh keningnya berkerut tak paham. "Nih ya. Tadi pagi gua liat muka panji bonyok kaya a-".
"Apa?. maksud lo panji abis berantem atau kenapa?". Sambung amola menghentikan ucapan aliya sepihak. Dari reaksi amola, aliya baru ingat dengan ungkapan panji kemarin. Namun tak bermaksud menanyakannya pada amola, karna dari tingkah laku amola yang aliya lihat kepada panji seolah mengatakan bahwa ia tak ingin mengungkit masa lalunya dengan panji. "Lo kenapa langsung heboh gitu sih la". Pura-pura tak tahu. Amola kaku wajahnya berubah menjadi tegang tak seperti sebelumnya.
"Eemm atau jangan-jangan. Lo mulai suka yaa sama panjii?". Menunjuk-nunjuk wajah amola menggoda diiringi tawa cekikikan dan alis yang ia mainkan keatas bawah. "Apaan sih al". Menepis telunjuk aliya yang mengarah didepan wajahnya. "Alaahh... tuh kan tuh. Mukanya merahh. Arghh...". Ledek aliya lagi semakin jadi. "Aliyyaa!". Ucap amola meninggi, mulai kesal dengan ledekan aliya. Gemas aliya mencubit kedua sisi pipi milik amola pelan sambil menggodanya.
Setelah puas menggoda amola, aliya kembali berbaring me-ne-len-tangkan tubuhnya menatap langit-langit putih di kamarnya. Tapi sayangnya elo masih belum bener-bener kebuka sama gua la. Tentang masa lalu lo sama panji, tapi lo tenang aja gua juga gak bakalan ngusikin masa lalu lo juga. Ucap aliya dalam hati menoleh menatap amola yang sibuk dengan ponselnya.
Di atas atap. Panji menyandarkan tubuhnya dikursi sofa, ya karna hanya disitulah satu-satunya tempat teduh dikala terik seperti ini. Tangan kanannya menyentuh hidung yang terluka akibat perkelahiannya dengan arga pagi tadi. Aww. Ringisnya tak sengaja menekan hidungnya yang terluka. Masa bodok dengan wajahnya yang memar dan terluka, yang ada di fikirannya saat ini hanya ucapan panji pagi tadi.
Pagi tadi pukul enam lewat empat puluh menit, panji memang sengaja datang pagi-pagi karna ingin menyontek pr milik temannya. Panji yang baru saja memarkirkan motornya dan hendak berjalan, dihampiri oleh arga dengan suaranya yang terasa berbisik namun tegas. Ia bicara agar panji mengikutinya berjalan ke belakang kantin.
"Kenapa?". Tanya panji memulai percakapan di belang kantin. Arga hanya dia mentap wajah panji tajam. "Gua gak bisa lama-lama nih. Tugas gua nunggu dikelas". Arga tetap diam hanya memandang panji. Tanpa disuruh panji melangkah berjalan meninggalkan arga, baru selangkah berjalan arga menghentikan langkahnya dengan tangan yang melintang. "Maksud lo apa, ngajakin aliya bolos?". Mendorong tubuh panji hingga hampir saja ambruk.
Panji maju selangkah menghadapkan tubuhnya tepat di depan arga membuat mereka saling pandang. "Oh. Itu maksud lo".
"Bangsat lo ya!!". Memberikan bogem tepat di wajah kiri panji hingga wajahnya terhuyung. Emosi arga mulai tak stabil, amarahnya memuncak ketika melihat wajah panji. "Oke. Kalo itu salah gua. Gua minta maaf!". Mencoba menyelesaikan masalah tanpa bermaksud ingin berkelahi. "Gua gak butuh maaf lo. Yang gua mau lo jauhin aliya!".
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]
Teen FictionFaktanya, sahabat adalah hal paling menyakitkan untuk dicintai. Karena akan ada banyak sisi yang dapat membuat hatimu terluka. Selalu ada yang tersakiti ketika cinta itu hadir. Aku, Kamu, atau Dia?. Cerita tentang kisah persahabatan dan cinta yang...