Senyum manis di wajah Arga mengembang ketika ia melihat Aliya yang sedang duduk di bangku dekat ia memarkirkan motornya pagi itu. Namun ketika Arga mendekat, ia baru mengetahui wajah Aliya yang memasang tatapan kosong.
Penasaran, Arga bergegas mendekati Aliya. "Al..". Sapannya menghampiri Aliya. Namun Aliya tak menggubrisnya, seolah Aliya berada di dunia lain. "Aliya!". Ucapanya lagi sambil menepuk bahu Aliya.
Kali ini Aliya menoleh. "Eh". Jawabnya singkat.
"Elo kenapa sih?. Pagi-pagi gini udah bengong aja". Duduk disebelah Aliya.
Arga terus menatapi wajah Aliya yang sedang bengong. Ia heran, tidak biasanya Aliya seperti itu. Ia yakin Aliya sedang ada masalah.
"Kalo elo masih mau bengong disini. Oke, gua masuk kelas aja deh". Beranjak dari kursinya.
"Ga. Ada yang mau gua omongin". Menarik tangan Arga.
"Apaan?". Kembali duduk.
"Bener sebelum elo putus sama Cindy, elo sempet ribut sama Cindy di lorong?".
Arga menoleh ke arah Aliya. "Kamu tau dari siapa?".
"Jadi bener?".
"Iya".
"Hah". Jantung Aliya berdetak kencang, tubuhnya kembali merasa sesak.
"Elo tau dari mana?. Cindy?". Penasaran Arga, ia khawatir jika benar Cindy yang memberi tahu Aliya. Apa Cindy membicarakan semuanya pada Aliya?. Huft... kali ini Arga benar-benar merasa takut. Ia takut jikan nanti ia dan Aliya tidak akan sedekat ini lagi ketika rasa canggung mungkin akan menguasai diri mereka.
"Enggak, bukan dari siapa siapa. Yaudah gua ke kelas duluan". Beranjak pergi ke kelasnya.
Arga mengangguk mengiyakan ucapan Aliya.
Iyaa... satu pertanyaan sudah cukup untuk menjawab segalanya buat Aliya. Namu satu rasa baru muncul, entah perasaan apa yang Aliya rasakan saat ini. Tak menyangka, deg degan, takut juga gelisah. Semuanya bercampur jadi satu. Bahkan untuk pertama kalinya Aliya merasa takut bertemu dengan Arga.
Sehari... dua hari... hingga seminggu telah berlalu. Dah hari-hari itu benar-benar dilalui Aliya tanpa bertatap muka dengan Arga, juga Cindy. Ia memang masih sebangku dengan Cindy. Namun entah mengapa, ia merasa bersalah hingga tak berani menatap Cindy. Walapun sebenarnya itu bukan sepenuhnya salah dia. Tapi mengingat kata 'gak peka' yang terlontar dari mulut Cindy, membuat Aliya merasa bersalah.
"Aliya!". Sapa seorang perempuan berlari menghampiri Aliya, senin pagi itu di sekolah.
Aliya menoleh, lantara suara itu tak asing buatnya. Itu, suara Amola dan Cindy yang berada disebelahnya. Entah apa yang terjadi hingga Amola dan Cindy bisa menjadi dekat. Atau mungkin mereka bersekongkol untuk memusuhi Aliya. Entahlah, Aliya hanya tersenyum menoleh ke arah Amola dan Cindy.
Amola dan Cindy berjalan menghampiri Aliya. Kening Aliya berkerut, segala fikiran tentang Amola dan Cindy mulai merasuki otaknya. Namun Ia tetap diam di tempatnya, menunggu kehadiran mereka.
"Kenapa?". Tanya Aliya penasaran.
"Aku sama Cindy mau minta maaf. Aku pribadi mau minta maaf kalo kemarin-kemarin pernah nyakitin kamu. Aku mau akrab lagi sama kamu kaya dulu lagi". Amola menyenggol bahu Cindy. Mengisyaratkan sesuatu.
"Hemm... Aku juga mau minta maaf, karena Aku udah terlalu nyalahin kamu atas semua yang terjadi dengan Aku sama Arga. Maafin aku ya Al".
Aliya terdiam sejenak. Lalu senyum mulai mengembang di wajahnya. Iya menatap Amola dan Cindy satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]
Teen FictionFaktanya, sahabat adalah hal paling menyakitkan untuk dicintai. Karena akan ada banyak sisi yang dapat membuat hatimu terluka. Selalu ada yang tersakiti ketika cinta itu hadir. Aku, Kamu, atau Dia?. Cerita tentang kisah persahabatan dan cinta yang...