15 : Kabur

30 4 0
                                    

"Bang, gua ngambil motor". Ucap panji kepada seorang pria yang sedang sibuk dengan gulungan tembakau yang terselip di bibirnya, pria berkaos putih itu mengangguk. Perlahan mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.
"Udah balik lo". Pria itu berdiri mendekati panji.

Awalnya panji selalu memarkirkan motornya di sekolah, namun hal itu justru menyulitkannya jika ingin kabur dari sekolah. Alhasil ia memilih rumah Bang Arya yang berada dibelakang sekolah. "Biasa lah bang". Sahutnya santai memakai helm. "Kabur sendiri lo?". Menyentil rokoknya jatuh ketanah yang basah. Panji terdiam sesaat, perkataan bang arya ternyata dapat merangsang masuk ke fikiran dan hatinya. "Bang, pinjemin gua helm dong".

"Buat apa?. Itu helm lo ada". Menunjuk helm yang terpasang di kepala panji dengan dagunya. "Buat temen gua, ligat bang". Menyalakan mesin motornya, menarik mundur. Bang arya mengangguk masuk kedalam rumahnya. Hanya tiga menit Bang arya sudah kembali lagi dengan helm berwarna putih ditangannya. "Nih, awas lo sampe nih helm gak balik lagi". Ancamnya menyodorkan helm pada panji. "Iya". Jawab panji singkat.

Aliya menyanggah kepalanya dengan posisi kedua tangan bertumpu dimeja. Entah keberapa kalinya ia menghembuskan nafas keatas karena terlalu merasa bosan. Sejak tadi matanya terus memperhatikan setiap orang yang lewat, namun tak satupun yang ia kenal.

Aliya mendundukan kepalanya  di kedua tangannya yang menyilang diatas meja. Matanya memperhatikam kedua kakinya yang saling bergesekan dilantai.
"Sssttt...". Suara desisan itu terdengar, namun aliya merasa susara itu bukan terarah kepadanya. Mungkin saja oranga isenga yang gak sengaja lewat.
"Sssttt...woy". Aliya terkejut sontak menegakkan tubuhnya.

"Elo. Ngapain lagi lo?". Suara aliya menguat, mengretak Panji yang sedang duduk menyanggah motornya di pinggir jalan. "Lo mau disini apa mau ikut gua?".
Aliya terdiam dengan kening yang berkerut. "Maksud lo".

"Mau ninggalin gua dipinggir jalan?. Gitu?". Sinis aliya.

Panji mendengus. "Lo mau ikut gua apa mau nunggu garing sampe jam pulang disini?".
Aliya terdiam bisu, matanya mencoba memperhatikan setiap kata dan ekspresi dari wajah panji. "Gua gak percaya sama lo".

"Ok, kalo lo gak mau". Mesin motor panji kembali dinyalakan, membuat suara khas dari knalpotnya terdengan. Secepat mungkin aliya mencoba berfikir. "Eh, tunggu. Gua ikut". Apapun yang akan terjadi nanti, bagaimanapun cara panji kembali membuat aliya kesal untuk kesekian kalinya. Yang terpenting saat ini aliya bisa terbebas dari ringkupan membosankan itu.

"Nih, pake helm lo. Gua gak mau ntar kena tilang gara-gara lo". Panji mengulurkan helm. Bibir aliya berkerucut, menatap pantulan wajah datar panji dari kaca spion.

"Elo gak ninggalin gua lagi kn ntar?". Tanyanya polos, duduk di belakang panji. "Takut amat sih lo". Aliya menyunggingkan bibirnya sebelah.

Motor panji melaju, meninggalkan lingkungan sekolah jauh tertinggal dibelakang.

****

Didepan musalah, seusai salat zuhur. Dengan kaki kanannya yang tertekuk ditangga, jari-jemari niko menyelipkan tali sepatu kesisi kanan tumit kakinya.
"Woy ko, dari tadi gua nyariin elo. Ternyata disini lo!". Ucap seorang lelaki berambut botak seperti tentara dengan nada kuat, menepuk bahu niko. Hingga membuat niko yang tenang sedikit terkejut kesal. "Apaan sih lo. Nyantai aja kali".

Lelaki yang diduga bernama Ridho itu duduk disamping niko, tangan kirinya merangkul bahu niko sekedarnya. "Lo dicariin azizah noh". Menunjuk seorang wanita cantik berjilbab panjang yang sedang duduk bersama seorang temannya yang juga berjilbab. Penampilannya sangat mencolok, terlihat sekali berbeda dengan siswi lainnya karena jilbabnya yang menjuntai panjang hingga sepinggangnya.

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang