02 : Hujan

105 8 3
                                    

Hujan terus jatuh kebumi tanpa henti bahkan tanpa reda. Suhu terasa sangat dingin, membuat siapapun yang merasakannya enggan untuk keluar rumah. Apalagi hari sudah mulai sore, suasana bumi yang sejak siang gelap tanpa cahaya mataharipun nampak lebih gelap saat ini.

Aliya membaringkan tubuhnya di tempat tidur, sekujur tubuhnya sejak tadi ia balut dengan selimut tebal.

Padahal aliya sudah mengenakan baju wol hangat, namun hawa dingin tetap saja menusuk masuk di setiap celah kulitnya.

Ddrreettt!
Ponsel aliya bergetar di iringi nada pangilan khas ponselnya.

Tangan aliya langsung menggapai ponselnya yang ia letakkan di sebelah bantal.
Satu nama terpampang di situ.
'Arga'.

Ujan-ujan gini nelfo, gede banget nyali nih orang. Gk takut kesamber petir kali ya. Gumam aliya. Menggeser lambang telephone berwarna hijau dilayar ponselnya.

"Hallo. Kenapa?"

"Gak papa".
suara cekikikan arga terdengar disebrang sana.
"Dasar gilakk, ganggu orang lagi tidur aja".

"Haha, elo tidur dirumah kn?".
tanya arga gk masuk akal, sama sekali gk penting.
"Ya iyalah, emang lo kira gua tidur dimana gitu?".

"Gua kira lagi tidur di selokan, elo kn seneng tuh kalo lagi ujan gini aer selokan lagi naek-naeknya".
lagi suara cekikikan arga terdengar, kali ini bukan hanya suaranya yang terdengar. Tapi juga suara seseorang disebelahnya.

"Lo kira gua kecebong!. Udahlah yaa... gk usah sok banyak pulsa. Bye!".
Ttuutt... telephone dimatikan sepihak oleh aliya.

Disebrang sana arga menatap layar ponselnya.
"Yahh... dimatiin bro". arga menoleh niko yang berada tepat disebelahnya. Ia sedang duduk sambil menikmati coklat hangat miliknya.

"ujan-ujanan yok!". Ucap arga gamblang, polos seperti anak kecil.

Niko menaikan kedua alisnya, mencoba mencerna dengan baik ucapan arga barusan.

ALIYYAA!!
teriak seseorang memanggil aliya dari luar rumahnya.

Aliya mencoba menangkap suara yang ia dengar.
Arga!. Nama itu terbesit seketika di otak aliya.

Aliya beranjak dari tempat tidurnya.

Mata aliya terperangah, ketika membuka pintu rumahnya. Tubuh arga terpampang, basah kuyup bersamaan dengan niko disebelahnya.

Sebenarnya bukan arga tujuan utama matanya, tapi lelaki yang bersamanya itu.

Kedua tetangga aliya itu memang sangat dekat. Bagaimana tidak, dulu mereka satu smp. Dan saat pertama kali niko pindah hanya argalah satu-satunya orang yang ia kenal.

"Ujan-ujanan yok!".
Aliya terkejut, matanya seketika langsung menatap wajah arga lekat.
"Iihh...males". Aliya menggidik, ia rasa sisi kekanak-kanakan arga sedang kumat parah.

"Yakk... ayolahh. Kapan lagi coba kita flashback masa kecil kita dulu. Ayok lahhh..". Rengek arga, menarik narik kedua tangan aliya. Persis seperti anak kecil minta dibelikan mainan.

Aliya menggeleng. Baru saja ia hendak berbalik masuk kedalam meninggalkan arga dan niko.

Tiba-tiba arga dan niko menarik paksa tangan aliya.
"Iibbuuu....ibbuu...". Teriak aliya, berharap ibunya akan keluar utuk membataklan ajakan arga dan niko.

Reflek, arga menutup mulut aliya. Seperti penculik, mereka berdua benar-benar kompak membawa aliya pergi dari rumahnya.

Pasrah, hanya itu yang benar-benar bisa aliya lakukan saat ini. Mau bagaimanapun juga, saat ini ia telah basah kuyup karena ulah arga dan niko.

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang