17 : Berantem

47 3 0
                                    

"Arga!". Kejut aliya melihat arga tiba-tiba muncul berdiri di belakangnya. "Ya ampun alliiyyaaa... elo abis dari mana aja sih, jam segini baru balik". Cemas arga dengan kening berkerut. Aliya tersenyum mesem, tidak mungkin ia bilang jika ia pergi dengan panji. "Elo balik sama siapa?". Mata arga mendelik keluar pagar. Sejak tadi arga berada di dalam rumah aliya, untunglah ia tak melihat panji tadi. "Em..itu..em anu. Ojek online". Tersenyum menggigit bibir bawahnya.

"Gak usah bohong!". Ucapa arga langsung mengerti ungkapan tubuh aliya yang telah ia ketahui. Aliya kaku, jika sudah begini ia-pun paham ia tak dapat lagi berbohong. Karena tatapan tajam dari mata arga selalu saja membuatnya mau tak mau harus berkata jujur. "Elo pergi sama panji. Iya kan?!". Menaikan kedua alisnya. Aliya yang terdiam kaku hanya dapat mengangguk sekali. "Alliiyyaa". Panji mengacak-acak rabutnya hingga tersusun tak beraturan, kedua tangannya mencoba memegang lembut bahu aliya. "Al, udah gua bilang berapa kali sih sama lo. Jangan terlalu deket sama panji, tolong dong al lo ngerti. Gua takut lo kenapa-napa".

Aliya menaikkan sebelah alisnya, mendongakkan kepalanya sedikit menatap wajah arga yang lebih tinggi darinya. Seketika arga berbalik menjadi kikuk. "Ya lo tau kan, lo itu tanggung jawab gua disekolah. Gua harus bilang apa ke ibu elo kalo lo sampe kenapa-napa?". Melirik apapun didepannya asal tak menatap wajah aliya. "Gua cuma jenuh aja, mangkannya gua pergi". Membuka tuas pintu rumahnya, melangkah kedalam. Dari belakang arga mengikuti langkahnya.

"Tapi gak harus sama panji juga kan?".

aliya menoleh."ya adanya cuma panji. Kalo gua ajak elo kabur pasti lo gak mau kan?".

Hening. Arga tak lagi bicara, aliyapun sibuk mondar-mandir memeriksa setiap sudut dirumahnya. "Ibu sama ayah lo lagi ngecek barang". Ucap arga menatap perpindahan aliya dari setiap sudut rumahnya. Seperti biasa, Aryani selalu menitipkan aliya jika ia dan suaminya tidak dirumah. Aliya mengangguk berdehem.

"Tas lo sama barang barang lo udah gua taro dikamar lo". Datar arga duduk di kursi ruang tengah menonton tv. "Gua laper, elo mau makan?".

"Emang ibu lo masak?".

Aliya tertegun temannya satu ini memang tahu banget jika ibunya aliya jarang masak karena sibuk bantu-bantu di tokonya yang selalu ramai pembeli tiap hari. Alhasil hampir tiap hari aliya membeli sayur matang di rumah makan. Aliya tersenyum. "Gua da mie kok. Lo mau?".

"Mi goreng ya, pake telor". Suara bariton arga bergema. Bak seperti si pemilik warung makan, aliya langsung memasak mie pesanan arga. Tak sampai tiga puluh menit aliya datang menghampiri arga dengan dua piring mie goreng ditangannya.
"Wweeiiss... thanks ya". membenarkan posisi duduknya dikursi sambil mengusap kedua tangannya menatap gembira mie goreng dihadapannya.

"Gua tuh suka kalo elo yang masak mie goreng, soalnya masakan lo sama banget sama ibu gua". Ucap arga dengan mulut penuh makanan. "ini ucapan lo yang ke seribu tujuratus sembilan puluh sembilan kalinya ga". Sahut aliya melahap gulungan mie di garpunya. Arga tersenyum terkekeh menatap aliya. "Oh, iya. Mana nih si niko, dari tadi dia khawatir banget nanyain lo mulu". Mengecek ponselnya yang diletakkan di atas meja. Aliya langsung menghentikan kegiatannya, menatap arga dengan kening berkerut. "Serius lo?".

Arga mengangguk sambil melahap mie goreng dengan tangan kiri yang memegang ponselnya. "Hallo, lo dimana?". Sahut arga menelfon niko. "Gua dirumah aliya, nih anaknya udah balik". Menunjuk aliya dengan dagunya. "Ok".

"Kenapa?". Tanya aliya ingin tahu. Arga menggeleng, melahap mie goreng yang hanya tinggal tersisa seper-empat bagian lagi.
"Asalamualaikum". Suara bariton seseorang dari luar, mengetuk tiga kali pintu rumah aliya. "Masuk aja, gak dikunci". Teriak aliya mengenali suara itu.

"Lo abis dari mana aja sih al?". Tanya niko mengambil tempat disebelah aliya. "Gua abis sama temen". Melahap mie goreng. "Eh, elo mau mie?, kalo mau ntar gua buatin".

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang