24 : Bukan salah Panji

28 3 0
                                    

Tiba-tiba Cindy teringat akan sosok seseorang yang akhir-akhir ini mengantar jemput Amola. Benar dugaannya, orang itu memang tak asing. Karena dia adalah Niko. Cindy mengangguk, ia mengerti kenapa orang itu tak pernah memperlihatkan wajahnya ketika bersama Amola. "Ohh jadi gituuu...". Ucapnya refleks.

"Kenapa?".

Cindy menoleh. "Gini ya Al. Elu inget kan yang pas itu gua bilang Amola di anter cowok ?".

Hemm... Aliya berdehem, mengangguk.

"Nah itu tuh sebenernya yang nganter si Cindy. Iya, Niko. Cuma waktu itu gua gak engeh".

"Biarin aja lah Cind. Gua gak peduli".
Aliya menatap Cindy sekejap, di alihkannya lagi pandangan menatap ke luar jendela. Ia baru menyadari jika Arga sedang memperhatikannya.

"Arga nungguin lo tuh kayanya". Cindy menoleh ke arah yang sama. "Eh jangan bilang apa-apa ya ke Arga tentang Amola sama Niko". Aliya menahan tangan kanan Cindy yang hendak berdiri.

Cindy mengangguk, mengiyakan. Mungkin cepat atau lambat, Arga pasti mengetahuinya. Tapi Aliya rasa tidak untuk saat ini.

"Kenapa?". Arga bertanya pada Cindy yang baru saja tiba. "Enggak papa. Biasa tuh anak takut dapet nilai remed". Arga tidak begitu yakin dengan ucapan Cindy, ia yakin ada hal yang sengaja mereka tutupi darinya.

"Yaudah Aku mau ke kelas dulu". Sebelum melangkah pergi, Arga sempatkan untuk mengusap ujung kepala Cindy. "Iya". Cindy tersenyum menatap kepergian Arga.


"Gua mau ngomong sama elo!". Ucap Arga tanpa aba-aba pada Panji yang sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin Mak Cik. Sontak Panji menoleh, ia sedikit terkejut dengan kedatangan Arga yang tiba-tiba. "Kenapa?. Ngomong aja disini, temen gua gak ada yang ember kok".

"Aliya kenapa?. Lo apain dia?".

"Kenapa lo tanya sama gua?".

"Seharusnya lo tanya sama temen lo!".

Arga menggangkat sebelah alisnya, ia tak mengerti siapa yang dimaksud dengan Panji. Atau mungkin hanya akal-akalannya saja. "Maksud lo apa?".

" Seharusnya lo lebih tau dari gua. Sebenernya siapa yang temen deketnya dia. Gua apa Lo?".

"Bacot!". Arga emosi, ia kepal tangan kanannya menahan emosi agar tak bener-benar ia keluarkan saat ini.

"Kenapa?".

"Gua gak mau cari ribut!. Gua cuma mau lo kasih tau ke gua. Kenapa?!".

"Lo tanya sama Niko". Ucapa Panji sembari berjalan pergi meninggalkan Arga.

Arga semakin tak mengerti, apa hubungannya dengan Niko. Karena yang ia tahu akhir-akhir ini Aliya sibuk dengan Panji. Kenapa jadi ke Niko?. Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa Panji lebih tahu darinya. Dan ada apa sebenarnya.

Segala pertanyaan menggebu di fikirannya. Ia susuri koridor kelas dengan tas yang ia sampirkan di bahu kanannya. Rasanya ia ingin cepat-cepat menemui Niko.

"Aku pulang duluan ya, ada urusan bentar". Menghampiri Cindy yang sedang duduk bersama teman-temannya di koridor. "Urusan apa?".

"Ibu. Kalo sempet nanti aku balik lagi".

Cindy mengangguk. Seperti ada yang janggal dari gerak gerik Arga, tapi Cindy tak mau ikut campur. Selagi Arga bisa melewatinya sendiri, ia rasa ia tak perlu mencampurinya.

*****

"Asalamualaikum". Arga mengetuk pintu rumah Niko.

"Asalamualaikum".

INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang