Rasa bahagia dan lega ada di setiap murid SMA Bina Nusa siang ini. Setelah tujuh hari berjuang untuk membuktikan hasil dari apa yang mereka dapatkan. Kini tak ada lagi pelajaran yang membebani otak mereka, terbebas dari tugas, dan mereka bisa berangkat siang tanpa takut kena hukun ketika class metting.
Namun di mata pelajaran terakhir Aliya tak mau menyia-nyiakannya. Beberapa murid telah keluar dari ruangannya masing-masing, terdengar jelas di telinga Aliya suara berisik dari luar ruangan.
Hanya tinggal Aliya, Cindy, dan Rahayu yang masih berada di dalam ruangan. Mata pelajaran terakhir adalah penjaskes, Aliya tak begitu mengerti dengan pelajaran ini. Ketika pelajarannya pun kadang Aliya berpura-pura tidak enak badan agar dapat tetap berada di dalam kelas atau bahkan tiduran di UKS. Buat prakteknya saja Aliya tidak pandai, apalagi materinya. Entah mengapa rasanya malas lari-lari di bawah terik matahari. Mengoper bola kesana kemari, mengejar bola hingga terkadang membuat si pemain jatuh. Atau apalun itu yang pasti Aliya tak menyukainya.
Beda halnya dengan Rahayu dan Cindy. Mereka suka berolahraga, hanya saja alasan mereka belum keluar dari ruangan ini mungkin karena mereka ingin menghayati setiap soal dan jawabannya. Atau apalah Aliya juga kurang mengerti.
Di ruang kelas XI IPA 1, Panji meletakkan ember berisi air dengan kasar. Menjatuhkannya begitu saja hingga membuat air didalamnya tumpah kemana-mana, bersyukur tidak sampai pecah tuh ember. Hal itu sontak membuat beberapa siswi yang berada di dalam ruangan terkejut.
Kedua bola mata Panji bergerak kesana kemari melirik setiap siswi yang masih berada di sana. Bedak, lipstik, kacar dan apapun itu Panji tak tahu satu persatu. Dengan wajah singut, Panji menaikkan sebelah alisnya. Tanpa perlu diberitahu mereka langsung bergerak cepat keluar kelas. "Dempul aja lo orang tebelin". Menyindir.
Berbeda dengan Aliya. Panji telah keluar sejak awal, menurutnya penjaskes adalah pelajaran paling mudah untuk dikerjakan. Tidak perlu mikir hanya perlu menggunakan logika.
"yang bersih. Tuh pojok sana masih kotor banget". Ledek Cindy di iringi tawa oleh Aliya. Kasian tapi lucu, jarang-jarang mereka melihat temannya itu mengepel. Jangankan mengepel, nyapu ketika piketpun ia tak pernah mau menyapu. Paling hanya buang sampah itupun tempat sampahnya sering ia tinggal begitu saja tanpa diletakkan kembali di tempat semula. "seneng banget sih lo keluyuran". Sahut Aliya.
"gua keluyuturan juga ada maksudnya".
Aliya dan Cindy saling tatap. Entah apa yang dimaksud oleh Panji. "mau kita orang bantuin gak?". Tawar Cindy tak tega melihat Panji. "ya haruslah cepet bantuin gua".
"iyaiya". Aliya dan Cindy pergi mengambil lap pel di kelas sebelah.
Baru berniat ingin membantu ponsel Cindy berdering. Panggilan masuk dari Arga. "ya ampun". Ucapnya memukul kening, tanpa lagi mengangkat telepon dari Arga. Cindy langsung berlari keluar. "sorry gua lupa ditunggu sama Arga". Teriaknya sambil berlari menyusuri koridor.
"yaelah males gua bantuin lo sendirian. Capek tau gak".
"jahat lo ya sama gua".
"iya iya gua bantuin".
Hampir setengah jam Aliya dan Panji membersihkan setiap kelas XI. Capek, udah pasti. Di dua kelas terakhir Panji dan Aliya berhenti. Tak lagi melanjutkan tugasnya, dengan tubuhnya yang kelelahan Aliya menyelonjorkan kakinya di lantai. "Capek". Ucapnya tersengal. "Thanks ya. Ntar gua beliin minum deh".
"jangan nanti. Sekarang aja, aus gua". Pinta Aliya menahan haus. "yaudah". Melangkah meninggalkan Aliya, Aliya menatap sekitarnya. Ngeri juga ternyata, tak ada siapa siapa. Sepi hanya ada suara angin dan... Krek!.
Apaan tuh?. Batin Aliya, tanpa fikir panjang Aliya berlari menghampiri Panji.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTUISI - Hati 'ku'. [ TAMAT ]
Teen FictionFaktanya, sahabat adalah hal paling menyakitkan untuk dicintai. Karena akan ada banyak sisi yang dapat membuat hatimu terluka. Selalu ada yang tersakiti ketika cinta itu hadir. Aku, Kamu, atau Dia?. Cerita tentang kisah persahabatan dan cinta yang...