03. Suka Duka Mencari Guru Sakti

1.8K 28 0
                                    

Tek Hoat mengangguk-angguk dengan tidak bicara barang sepatah katapun. Tetapi Poan Thian yang mendengar keterangan begitu, sebaliknya jadi semakin bernapsu buat berguru pada gurunya Hoa In Liong yang dikatakan bertabiat aneh itu.

"Belum tahu apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hendak berguru kepada beliau itu?" tanya Lie Poan Thian dengan laku sungguh-sungguh. "Aku percaya tuan yang pernah berdiam lama di kelenteng Liong-tam-sie, tentulah mengetahui syarat-syaratnya itu."

Tetapi Hoa In Liong yang tidak mengerti maksud Lie Poan Thian, sudah tentu saja jadi heran dan balik bertanya: "Saudara, pertanyaanmu itu sungguh mengherankan hatiku. Syarat-syarat apakah itu yang hendak kau minta keterangan dariku?"

Poan Thian yang merasa telah kelepasan omong, sudah tentu saja jadi gugup dan menjawab: "Maafkanlah aku, saudara. Yang aku maksudkan dengan kata-kata "syarat-syarat" itu, ialah selain syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hendak minta berguru, juga berapakah setiap murid diharuskan membayar sebagai ongkos belajarnya?"

Mendengar omongan itu, wajahnya Hoa In Liong mendadak jadi merah. Ia kelihatan kurang senang dengan pertanyaan itu, yang mana dengan cara tegas dapat dilihat oleh Poan Thian dan ayahnya.

Tetapi akhirnya ia terpaksa bersenyum getir dan menjawab: "Saudara! Pertanyaanmu itu sebenarnya merupakan suatu hinaan bagi nama baik guruku di Liong-tam-sie. Tetapi karena mengingat bahwa semua ini telah terjadi bukan karena disengaja, maka aku hendak memperingatkan supaya selanjutnya kau jangan menyebut-nyebut pula soal pembayaran. Guru kami betul bukan orang beruang, tetapi kami percaya beliau bukan seorang yang terlalu kemaruk dengan harta dunia! Beliau menerima murid dengan tidak mengharapkan pembayaran apa-apa. Barang siapa yang dianggap mempunyai bakat baik dan herharga buat dididik dengan mudah lantas diterima, tetapi barang siapa yang ternyata tidak berharga mendapat perhatiannya meski dia membawa "uang pembayaran" bergudang-gudang sekalipun, niscaya akan ditolaknya dengan secara getas! Itulah syarat yang terutama buat orang berguru pada Kak Seng Siang-jin Lo-suhu, yang sama sekali tidak menitik beratkan pengajaran karena keuangan!"

Tek Hoat dan Poan Thian jadi terperanjat melihat In Liong menjadi gusar mendengar pertanyaan tadi. Buru-buru mereka berbangkit dan meminta maaf atas kekeliruan dan kelancangan bicara itu.

"Ya, ya, itu aku mau percaya. Saudara Kok Ciang ini tadinya tentu menyangka, bahwa guruku itu boleh dipersamakan dengan guru-guru silat lain, yang mau mengajar silat apabila mendapat pembayaran baik. Hal ini aku harus maafkan, berhubung ia belum mengenal banyak tentang orang-orang pandai yang berkeliaran di kalangan Kang-ouw. Selain daripada itu, aku mohon tanya, dahulu saudara Kok Ciang pernah berguru dengan siapa?"

Poan Thian lalu tuturkan lelakon ia berguru dengan An Chun San, dari bermula sehingga guru itu mabur setelah kena dirobohkan olehnya.

"Kalau begitu," kata Hoa In Liong, "teranglah sudah, bahwa gurumu itu bukan seorang guru silat yang baik. Aku bukan mencela orang karena menganggap diri sendiri lebih pandai daripada orang lain. Aku bukan menghinakan kepadanya ataupun kepada dirimu sendiri. Dalam hal ini rasanya aku tidak perlu berlaku see-jie buat mengeritik untuk kebaikanmu sendiri, juga tidak perlu kau merasa tersinggung oleh karenanya."

"Itu betul, itu betul," menyambungi Tek Hoat. "Touw-gouw-ok-cia, sie-gouw-su: barang siapa yang menegur kesalahan kita, orang itulah guru kita. Harap Cong-su tidak usah merasa sungkan buat mengajukan keritik apa-apa yang baik."

Sementara Hoa In Liong yang diberikan kesempatan untuk menyatakan pikirannya terhadap ilmu silat yang dipelajari Poan Thian dari An Chun San, dengan sabar lalu mulai membentangkan beberapa banyak kekeliruan tentang gerakan ilmu silat yang ia telah saksikan dipergunakan oleh Poan Thian ketika tadi ia menyerang kepadanya.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang