27. Pelayan Penipu Buka Kartu

418 11 0
                                    

"Jangan salah," ia memesan lebih jauh. "Katakanlah bahwa aku sangat perlu akan dapat menjumpainya di sini."

"Ya, baiklah, tuan," kata si pelayan dengan wajah berseri-seri.

Tatkala itu karena sang waktu sudah tidak mengizinkan pula akan ia kembali ke Ca-kee-chung, maka apa boleh buat Poan Thian lalu pulang ke tempat penginapannya, sambil di dalam hatinya berjanji akan menempur Ca Tiauw Cin dan Sin-tui Bie dengan sekaligus di hari esok juga.

Hanya hal apa yang telah membikin ia agak ragu-ragu adalah ini:

Apakah di dalam dunia ini bisa ada dua orang yang mempunyai gelaran dan she yang bersamaan seperti Sin-tui Bie itu, dengan Sin-tui Bie alias Tie Hwie Taysu dari kelenteng Ceng-hie-koan itu?

Kalau kejadian itu memang sesungguhnya ada suatu hal yang kebetulan, memanglah kedua-duanya orang itupun tidak bisa dipersalahkan. Tetapi jikalau Sin-tui Bie yang lebih muda itu ternyata ada Sin-tui Bie tetiron, ia benar-benar ingin bertanya: Perlu apakah ia memakai nama dan/atau gelaran orang lain, sedangkan orang yang menjadi pemilik gelaran aslinya masih segar bugar di kolong langit ini?

Tetapi semua ini sukar dijawab atau dijelaskan pada sebelum urusan ini dapat dibikin terang. hingga Poan Thian pikir lebih baik tunggu apa yang akan terjadi, dari pada memutar otak buat menerka dari di muka hal apa yang akan terjadi berikutnya.

Demikianlah ia menuju ke tempat penginapannya dengan tidak banyak memikirkan pula segala hal yang tidak-tidak.

Tidak kira selagi enak berjalan, mendadak di suatu tempat yang terpisah kira-kira beberapa puluh tindak jauhnya dari tepi jalan, ia melihat dua orang yang sedang bertempur dengan amat hebatnya.

Tetapi karena keadaan di situ amat gelap, maka Poan Thian tidak dapat mengenali apakah kedua pihak yang sedang bertempur itu ada orang-orang muda atau orang-orang yang usianya sudah lanjut. Karena di kalangan orang-orang yang paham ilmu silat, perbedaan usia bukan menjadi ukuran bagi gesit/ayalnya atau tangkas/lemahnya seseorang. Maka itu, tidak mudah akan mengenali usia seseorang selagi orang-orang itu bertempur di tempat gelap.

Maka Poan Thian yang juga tidak tahu yang mana pihak lawan atau kawan, sudah tentu saja tidak tahu mesti berbuat bagaimana di saat itu.

Tetapi ketika pikiran tentang persaudaraan teringat di dalam hatinya, buru-buru ia berlompat ke dalam kalangan pertempuran sambil berseru: "Ji-wie Ho-han, haraplah supaya kamu berhenti dahulu dan janganlah bertempur satu sama lain jikalau masih ada jalan untuk saling mengalah!"

Tetapi sebegitu lekas pemuda kita terdengar berseru, salah seorang yang sedang bertempur itu lantas menyahuti: "Lie-toako! Jangan kasih lari manusia yang pandai mengacau ini?"

Poan Thian jadi terperanjat tempo mendengar ada orang yang mengenali dirinya.

Tetapi pada sebelum ia membuka mulut akan menanyakan, mendadak orang itu terdengar berteriak dan segera roboh oleh karena kena terpukul atau dilukai oleh pihak musuhnya.

Sementara Poan Thian yang menyangka bahwa orang yang memanggil itu adalah kawannya sendiri, buru-buru ia berlompat ke tengah kalangan pertempuran untuk mencegat orang yang telah merobohkan orang yang pertama memanggil dan rupanya kenal pada dirinya itu.

"Tunggu dahulu, sahabat!" Poan Thian berseru sambil berkelit dari pukulan yang dijujukan orang itu kepadanya. "Aku sungguh ingin tahu apa yang telah menjadi sebab-musabab dari pertempuran ini."

Dalam pada itu Poan Thian yang memang bukan bermaksud akan bertempur dengan orang yang ia tidak kenal itu, lalu berkelit kian-kemari dengan sama sekali tidak mencoba buat membalas.

Dan tatkala orang itu melihat sesuatu pukulannya telah jatuh di tempat kosong, dengan lantas ia ketahui, bahwa Lie Poan Thian ini bukan tandingan yang terlalu empuk, hingga setelah beberapa tendangan yang dipergunakannyapun tidak ada satu yang mengenai dirinya sang lawan, maka orang itupun lalu berlompat keluar kalangan pertempuran dan menghilang di antara kegelapan.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang