26. Penyelidikan Sin-tui Bie Palsu

486 14 0
                                    

Poan Thian yang mendengar omongan itu, merasa terhibur juga, walaupun hatinya masih tetap kepingin menyelidiki sendiri, siapa sebenarnya orang yang telah menggoda padanya di kelenteng rusak itu, yang ilmu kepandaiannya bukan saja tidak ada di bawah dari pada dirinya sendiri, malah di lain pihak ia masih kalah jauh dan perlu berlatih keras untuk dapat memperoleh kepandaian seperti apa yang dipunyai orang yang ia sama sekali belum pernah kenal atau melihat romannya itu.

Maka setelah minum air teh dan makan buah-buahan kering yang disuguhkan, barulah Poan Thian dan Kong Houw meminta diri kepada Tie Hwie Taysu yang dengan laku ramah tamah menyatakan kesediaannya akan menerima kunjungannya kedua orang itu di setiap waktu mereka ada waktu terluang untuk berbuat begitu, buat mana kedua orang itupun tak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikannya toosu tua itu.

Begitulah sekembalinya Poan Thian dan Kong Houw ke kota Kim-leng, kedua orang itu lalu menuturkan pengalaman mereka pada Liu Sian di waktu mereka duduk bersama-sama untuk bersantap sore.

"Terhadap orang yang mengaku bernama Sin-tui Bie itu," kata si nyonya, "memanglah amat perlu akan kita berlaku hati-hati, karena ia tentu bukan orang sembarangan, apabila ia mampu mempermainkan Lie Cong-su sampai begitu rupa."

"Ya, itupun memang justru salah suatu hal yang dibuat pikiran olehku," kata Lie Poan Thian sambil menghela napas. "Orang itu mestinya jauh lebih pandai dari pada diriku sendiri....."

Tetapi Liu Sian lalu memotong pembicaraannya.

"Bukan dia lebih pandai," katanya, "tetapi dia lebih sebat, lebih gesit dari pada kau. Tetapi dia belum tentu bisa lawan tendanganmu, tidak perduli dia meminjam nama SIN-TUI dari siapa juga! Sampai pun Sin-tui Bie sendiri, aku tidak percaya akan mampu mengalahkan kau. Aku bukan hendak bicara secara "mengumpak", itulah ada perkataan yang keluar dari hatiku yang tulus."

"Itu benar, itu benar," menambahkan Cin Kong Houw dengan separuh bersorak.

Setiap orang memang doyan dipuji, tetapi pujian Liu Sian kali ini justru dianggap paling tepat oleh Lie Poan Thian.

"Aku boleh kalah sebat atau gesit dengan orang lain," pikirnya, "tetapi dapatkah ia memenangkan tendanganku? Dalam hal ini aku sungguh mesti membenarkan pendapat Liu Sian ini."

Itulah sebabnya mengapa Poan Thian jadi kelihatan adem terhadap urusan ini, walaupun di dalam hatinya ia tetap berjanji akan mencari Sin-tui Bie tetiron itu hingga dapat untuk dijajal sampai dimana ilmu kepandaiannya yang sesungguhnya dipunyainya.

Maka setelah berdiam di Kim-leng beberapa hari lamanya, Poan Thian lalu menyatakan pikirannya pada Kong Houw dan Liu Sian, mengenai niatannya semula akan menyatroni pada Ca Tiauw Cin di Ca-kee-chung itu.

Kong Houw dan Liu Sian menganjurkan, supaya pemuda kita suka membawa kawan secara diam-diam, apabila ia tidak suka dikawani oleh mereka dengan secara berterang.

Tetapi Poan Thian telah menolak dengan getas dan berkata: "Cara itu malah akan memberi kesan semakin buruk dari pada membawa kawan dengan secara berterang. Maka turut pendapatku, paling betul kamu tidak usah pikirkan tentang diriku. Rawatlah dirimu sebaik-baiknya, sehingga kesehatanmu dapat pulih kembali sebagaimana sediakala. Selanjutnya, kamu boleh lepas orang untuk mendengar-dengar tentang segala sepak terjangku di Ca-kee-chung. Tetapi, tidak perduli apa aku di sana memperoleh kemenangan atau kekalahan, aku melarang keras akan kamu turut campur dalam urusanku ini, karena menyimpang dari pada rencana yang kamu juga tentu pikirkan di dalam hati, aku telah pecah antara urusanmu dan urusanku yang hendak dilakukan ini menjadi dua soal yang terpisah sendiri-sendiri. Tidak saling berhubung satu sama lain, walaupun pokoknya didasarkan atas titik yang bersamaan."

Kong Houw dan Liu Sian merasa akan sia-sia saja untuk menanyakan keterangan lebih jauh tentang tindakan-tindakan yang akan diambilnya terhadap pada diri cabang atas dari desa Ca-kee¬chung itu, maka selanjutnya merekapun tak menanyakan apa-apa pula selainnya memesan dengan wanti-wanti, agar supaya Poan Thian suka menjaga diri dan berlaku waspada terhadap perbuatan musuh yang telah ternyata amat curang dan suka membokong itu.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang