Cian Cong mundur beberapa tindak ke belakang sambil menentang wajah pemuda kita. Sedangkan sorot matanya yang semula bersifat simpatik, sekarang telah berubah menjadi beringas dan penuh dengan kebencian. Kemudian ia menghunus goloknya dengan cepat dan membentak: "Sekarang aku hendak buktikan sendiri sampai dimana keunggulanmu!"
Sambil berkata begitu, Cian Cong lalu menerjang pada Lie Poan Thian dengan menggunakan siasat Tok-coa-chut-tong, hingga pemuda kita yang mengetahui betapa berbahayanya serangan itu, buru-buru ia miringkan badannya buat mengasih lewat tusukan itu, kemudian ia maju setindak sambil melakukan tendangan kilat ke arah si Musang Hitam.
Tetapi Cian Cong yang bermata sangat celi dan ternyata bisa berlaku amat sebat, lalu mengegos buat menghindarkan diri dari pada tendangan itu, dan tatkala ia membacok ke arah kepala lawannya dengan menggunakan siasat Tok-pek-hoa-san, Lie Poan Thian telah keburu mencabut Joan-pian di pinggangnya, dengan mana ia telah menangkis golok Hek-houw-lie yang dijujukan ke arah kepalanya. Maka dalam waktu hanya sekejapan mata saja, tuan rumah dan tamu yang semula kelihatan begitu hormat dan saling mengindahkan, sekarang telah berbalik menjadi musuh-musuh yang telah mencoba segala daya-upaya untuk saling membunuh dan merobohkan pada satu sama lain.
Sementara kambrat-kambrat Cian Cong yang menyaksikan pertempuran itu, sudah barang tentu segera mengambil pihak pemimpinnya. Dan sesudah mereka mengambil senjata masing-masing, dengan serentak mereka lalu mengeroyok pemuda kita dengan tidak banyak bicara lagi.
Poan Thian yang melihat dirinya dikeroyok begitu rupa, dengan tidak berlaku see-jie lagi iapun lalu putar Joan-piannya dan menerjang ke kiri dan kanan bagaikan Tio Cu Liong yang sedang dikepung oleh laskar-laskar Tio Coh di daerah Tong-yang-kwan.
Dan tatkala pertempuran itu tengah berlangsung dengan amat hebatnya, tiba-tiba terdengar seorang orang yang berseru: "Saudara-saudara. janganlah lepaskan musuh kita itu, pada sebelum ia berlutut meminta ampun di hadapan kita!"
"Kurang ajar!" kata pemuda kita setelah mengetahui siapa yang telah memperdengarkan seruannya itu, karena orang itupun bukan lain dari pada Hok Cit yang sedang dicarinya untuk "membereskan perhitungan" yang telah diperbuat untuk kerugian jiwa dan nama baiknya.
"Hai, pengecut!" teriak Lie Poan Thian dengan hati sangat penasaran. "Hari ini jikalau aku tak dapat mengambil kepalamu, aku bersumpah tak akan menjadi manusia lagi! Ayoh, kau boleh maju buat terima binasa!"
Sang hari yang semakin lama telah menjadi semakin gelap, telah membikin Poan Thian jadi semakin enak buat menerjang ke kiri dan ke kanan dengan memperoleh hasil yang sangat memuaskan.
Tidak sedikit kambrat-kambratnya Cian Cong dan Hok Cit telah roboh atau kabur karena tidak tahan bertempur dengan Lie Poan Thian, maka akhirnya Hok Cit pun terpaksa mencabut goloknya buat bantu mengepung pemuda she Lie itu.
Tetapi meski dikerubuti begitu hebat dan gencar oleh Cian Cong dan Hok Cit yang maju di muka sekalian kawan-kawannya yang telah mulai keteter, perhatian Poan Thian hampir seluruhnya di¬pusatkan pada Hok Cit sendiri yang memang sedang "dimauinya".
Begitulah tatkala Poan Thian telah berhasil dapat memukul Cian Cong sehingga beberapa kali dan saban-saban terdengar ia menjerit karena kesakitan, akhirnya sang lawan itu jadi jerih juga dan sedikit demi sedikit telah coba menjauhkan diri dari kalangan pertempuran, hingga Hok Cit yang melihat gelagat tidak baik, sudah tentu saja lantas panjangkan langkah dan terus melenyapkan diri di antara kegelapan. Dan meskipun Poan Thian hendak memaksakan diri akan mengejarnya, tetapi ternyata tidak mungkin akan ia bisa berbuat begitu, berhubung musuh-musuhnya yang terbanyak selalu datang merintangi untuk ia dapat melanjutkan pengejarannya atas diri si Hok Cit yang sangat dibencinya itu.
Maka pada waktu Cian Cong telah terpukul roboh sehingga otaknya berarakan dan binasa di seketika itu juga, Hok Cit telah berlalu jauh dan tak mungkin lagi akan dapat dicekal!
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan
AdventureDi jaman Ahala Ceng, yaitu pada masa kaisar-kaisar Boan-ciu berkuasa di Tiongkok, di kalangan Kang-ouw banyak terdapat jago-jago silat yang nama-namanya sangat masyhur di seluruh negeri. Salah seorang antaranya adalah Sin-tui Lie Poan Thian, yang il...