11. Pertarungan Kera Putih Jejadian

855 16 0
                                    

"Dengan memperhatikan sikap saudara-saudara sekalian," kata Poan Thian pula, "memanglah ada kemungkinan serta ada juga ceng-linya, jikalau kamu merasa ragu-ragu atas kemampuanku buat bertempur dengan kera putih itu. Aku bukan omong kosong. Meskipun badanku tidak besar, tetapi aku tak akan menyerah mentah-mentah dengan segala binatang yang hina dina itu."

Dan tatkala salah seorang antaranya menanyakan siapa dia dan Poan Thian memberitahukan she dan namanya sendiri, orang itu lalu memberi hormat sambil berkata: "Saudara, apakah kau ini bukan kauw-su dari keluarga Tan. Yang pada heberapa waktu yang lalu pernah merobohkan Liu Tay Hong?"

"Ya, benar, itulah aku sendiri," sahut Poan Thian.

"Kalau begitu," kata orang itu pula, "nyatalah mataku tidak bisa mengenali seorang gagah."

Kemudian sambil menoleh pada kawan-kawannya yang terbanyak ia memperkenalkan pemuda kita pada mereka sambil berkata: "Saudara-saudara, saudara ini ternyata bukan lain dari Sin-tui Lie, yang sekian lamanya kita dengar namanya yang termasyhur, tetapi belum kenal orangnya dan tidak tahu romannya bagaimana."

Lebih jauh karena orang itu telah menuturkan juga bagaimana Poan Thian telah mampu merobohkan jago silat tua Sin-kun Bu-tek Louw Cu Leng, Siauw-pa-ong Lauw Sam-ya dan kauw-su dari keluarga Tan yang bernama Liu Tay Hong, maka orang banyak kelihatan mau percaya juga, bahwa pemuda kita akan mampu mengalahkan kera putih yang sering datang membikin ribut di rumahnya Na Thian Lun itu. Oleh sebab itu, mereka dengan beramai-ramai lalu mengantarkan Poan Thian akan berjumpa dengan Hartawan she Na itu.

Tetapi seperti juga pendapat orang banyak ketika mula-mula bertemu dengan Lie Poan Thian, Na Wan-gwee sendiripun tampak agak ragu-ragu dan tidak percaya, kalau pemuda kita akan dapat bertempur dengan kera yang berbadan besar dan buas itu. Oleh karena itu ia lantas berkata: "Tuan Lie ini rupanya bukan orang desa ini?"

"Ya, memang bukan," sahut Lie Poan Thian, "aku berasal dari kota Cee-lam dalam propinsi Shoa-tang, dan jikalau sekarang aku berada di sini, itulah karena aku kebetulan menumpang pada Tan Chung-cu Tan Tong Goan, dimana untuk sementara lamanya aku mewakili salah seorang kawan buat mengajar ilmu silat pada orang-orang sebawahannya Tan Chung-cu tersebut."

Na Thian Lun kelihatan mengangguk-anggukkan kepalanya, ia tak berkata-kata. Romannya bagaikan seorang yang sedang berpikir keras.

"Tetapi, maafkanlah jikalau aku mohon bertanya, belum tahu dalam pekerjaan ini tuan Lie minta upah berapa?" kata si hartawan setelah berdiam sejurus lamanya.

Poan Thian tersenyum dan menyahut: "Tuan, aku ini adalah seorang suka rela, bukan hendak minta upah berapa. Asal saja kera itu telah dapat diusir dan selanjutnya tidak berani balik kembali ke sini, itulah sudah cukup dan aku tidak bermaksud akan mengajukan permintaan apa-apa pula."

Thian Lun dan orang banyak yang mendengar omongan si pemuda, semua jadi memuji dan kagum atas kebijaksanaannya.

Kemudian setelah menanyakan pada waktu bagaimana kera itu biasa datang menyatroni, Na Wan-gwee lalu menjawab: "Itu tidak tentu. Juga tidak jarang dia tak datang sama sekali. Dan jikalau seandainya dia mau datang juga, waktunya hampir terjadi sedikit di muka tengah malam atau selewatnya itu. Itulah sebabnya mengapa orang-orang yang pernah membantu di sini jadi bingung dan tidak tahan menunggu-nunggu."

"Kalau begitu," kata Lie Poan Thian, "baiklah aku permisi pulang dahulu ke rumah Tan Chung-cu, karena selain mesti membawa senjata, juga akupun tak menyangka bakal menemui kejadian serupa ini. Oleh sebab itu, ijinkanlah aku pulang dahulu meminta perkenan Chungcu-ya buat bantu menjaga di sini pada sebentar malam."

Sementara Na Wan-gwee yang ternyata bersahabat baik dengan Tan Tong Goan, lalu menyatakan, bahwa ia boleh kirim orang buat menyampaikan kabar itu pada Tan Chung-cu, tetapi Poan Thian menampik dan mengucap terima kasih.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang