20. Bantuan Murid Bagi Mantan Guru

604 11 0
                                    

Tatkala Chun San menanyakan, Poan Thian sebenarnya hendak pergi kemana, pemuda kita lalu tuturkan perutusannya, yang ia telah terima dari Beng Sim Suthay dari kelenteng Giok-hun-am. "Aku diperintah akan membantu In Cong Sian-su buat menaklukkan atau menangkap muridnya yang berkhianat dan bernama Wie Hui itu," ia akhiri bicaranya.

"Nama itu sudah lama aku dapat dengar," kata Chun San, "tetapi sayang bukan di dalam golongan orang-orang yang terhormat. Menurut ceritera beberapa orang kawanku di kalangan Kang-ouw putih, Wie Hui itu adalah seorang ahli ilmu Pek-houw-kang yang paling muda di masa ini, jikalau tidak mau dikatakan paling baik dan paling pandai dari antara yang lain-lainnya."

"Ya, itupun aku telah ketahui sedikit dari mulut orang-orang yang aku ketemukan dalam perjuanganku," sahut Lie Poan Thian.

Sehabisnya bermakan minum dan Poan Thian membayar semua rekening meski Chun San mencegah dan hendak membayar sendiri, Chun San lalu ajak Poan Thian mampir ke tempat kediamannya dan menganjurkan, agar supaya pemuda itu suka berdiam beberapa hari lamanya sebagai tanda memperbaharui serta mempererat perhubungan mereka yang dahulu telah terputus itu.

Poan Thian menurut untuk memenuhi pengharapan bekas gurunya itu.

Dua malam telah lewat dengan tiada terjadi hal apa-apa yang penting untuk dituturkan di sini. Tetapi pada malam ketiga selagi Chun San menjamu Poan Thian duduk makan minum di halaman belakang tempat kediamannya, mendadak mereka telah dibikin kaget oleh sepasang bayangan manusia yang berkelebatan masuk ke halaman itu.

Oleh karena An Chun San dan Poan Thian baru saja beberapa hari mengalami pertempuran, karuan saja mereka lantas menyangka, kalau-kalau kedatangan kedua orang itu tentu lah tidak bermaksud baik.

Tidak kira ketika melihat tuan rumah dan tetamunya pada berbangkit dari tempat duduk masing-masing kedua orang tadi lalu maju menghampiri sambil berkata: ,,Selamat malam, tuan-tuan! Kedatangan kami ini bukanlah bermaksud jahat, sebagai¬mana kamu berdua tentu mengira. Kami berdua adalah kakak dan adik yang bernama Lauw Thay dan Lauw An, berdua saudara yang bekerja di bawah perintah Liu Tay Hong dan Hok Cit, yang tempo hari telah mengaku bernama Hok Cie Tee di hadapan tuan An. Oleh karena mengingat atas budi kebaikan tuan An yang telah berlaku dermawan memberikan bantuan yang berupa obat-obatan, pemeriksaan dengan cuma-cuma dan uang untuk menghidupkan seluruh rumah tangga kami, maka kami berdua walaupun bekerja di bawah perintah mereka, tetapi masih mempunyai liang-sim dan tidak bersedia akan mentaati tugas busuk yang kami sekarang telah diperintah untuk melakukannya."

Tatkala Chun San menanyakan, tugas apakah itu yang mereka telah diperintah buat lakukan pada malam itu, Lauw Thay lalu bentangkan telapak tangannya dan unjukkan itu pada si tuan rumah dan Lie Poan Thian di bawah penerangan api lampu.

"Api!" kata mereka dengan suara yang hampir berbareng.

"Kalau dugaanku tidak keliru," kata An Chun San kemudian, "kamu berdua telah diperintah akan membakar rumah tanggaku ini. Apakah bukan begitu, maksud yang benar dari perkataan "Api" yang dituliskan dimana telapak tanganmu itu?"

"Ya, benar," sahut Lauw Thay. "Tetapi disamping itu, masih ada pula lain macam perintah yang bagi orang lain berarti amat hebat, tetapi bagi tuan An boleh dianggap sepi saja. Yaitu..... ini."

Sambil berkata begitu, Lauw Thay lalu membentangkan telapak tangan yang lainnya SOE (mati). Demikianlah tulisan yang tampak pada telapak tangan itu!

"Tetapi ini boleh dikatakan tidak ada artinya bagi tuan An yang berilmu kepandaian jauh lebih tinggi daripada kami berdua," kata Lauw Thay pula, "karena buat membunuh tuan An, aku percaya Hok Cit sendiripun belum tentu mampu, apalagi kami berdua yang bodoh dan tidak pernah berguru pada orang-orang pandai. Dimanalah kami bisa lakukan pekerjaan yang seberat itu?"

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang