28. Mayat Memakai Pakaian Teman

462 12 0
                                    

Walaupun Mo Jie dan kawannya berpura-pura tidak mau terima pemberian uang itu, tetapi Poan Thian telah lemparkan juga uang itu ke atas meja dan segera berlalu dengan tidak banyak bicara lagi.

Dari situ Poan Thian buru-buru kembali ke tempat penginapannya, akan memberitahukan tentang hasil dari penyelidikannya ini pada Lauw Thay.

Tetapi alangkah terperanjatnya hati pemuda kita ini, ketika ia sampai ke tempat penginapannya, ia menampak pintu jendela kamarnya terpentang lebar, sedangkan di atas pembaringan yang kelambunya tersingkap sebagian, tidak tampak mata hidung atau bayangan-bayangannya sang kawan itu!

Buru-buru ia berlompat masuk ke dalam kamar dan memeriksa segala apa yang berada di dalamnya, tetapi segala apa tinggal tetap tidak terganggu, kecuali Lauw Thay saja yang telah menghilang entah kemana perginya!

Paling belakang ketika ia melihat puntung hio yang apinya sudah padam terletak di halaman kamar di bawah jendela, Poan Thian jadi membanting kaki sambil berkata: "Celaka! Lauw Thay mungkin telah diculik orang! Rupanya ia telah dibikin tidak berdaya oleh asap Hun-hio ini! — Ah! Jikalau penculiknya itu Sin-tui Bie, kukuatir jiwanya akan dicelakai oleh orang tua itu! Ia tentu marah bukan main karena telah diloloh oleh Lauw Thay sehingga mabuk dan membuka rahasia hati sendiri. Maka setelah mengetahui yang Lauw Thay ini ada seorang yang berpihak kepadaku yang dianggapnya sebagai musuh besarnya, apakah jiwanya tidak bisa diumpamakan dengan sebutir telur di ujung tanduk?"

Poan Thian belum sempat berpikir terus, tatkala di luar kamar ia melihat bayangan manusia yang berkelebat dan terus menyelinap di bawah jendela. Tetapi pemuda kita yang selalu bisa berpikir cepat di waktu kesusu, buru-buru padamkan api lilin di dalam kamar, kemudian ia sembat sebuah kursi yang lalu dilontarkan keluar jendela sambil membentak: "Jangan lari! Aku mendatangi untuk membikin perhitungan atas perbuatanmu ini!" Tetapi, meskipun ia membentak demikian, Poan Thian tinggal tetap tidak bergerak atau mengunjuk aksi apa-apa.

Tahu-tahu ketika kursi itu melayang melewati pintu jendela, mendadak kelihatan sinar golok yang berkelebat dan membacok pada kursi itu dengan dibarengi suara seorang yang menandakan rasa kecewanya atau kaget: "Aya!"

Poan Thian yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam jadi menyebut: "O Mi To Hud!" di dalam hatinya. Karena jikalau ia berlaku ceroboh buat lantas melompat keluar, niscaya dirinya sendirilah yang akan menjadi korban bacokan yang orang telah lakukan terhadap pada kursi itu!

Sementara orang yang membacok tadi karena terburu napsu dan salah mata, buru-buru berlompat ke tengah pekarangan rumah penginapan itu sambil menantang pada pemuda itu, katanya: "Lie Poan Thian! Jikalau kau sesungguhnya seorang laki-laki sejati, marilah kita bertempur di sini sehingga ada salah seorang yang terbaring menjadi mayat!"

Poan Thian yang menyangka bahwa orang itu tentu bukan lain dari pada Sin-tui Bie, lalu cabut Joan-pian yang hampir selalu tidak terpisah dari pinggangnya, kemudian sambil membentak: "Aku mendatangi!" ia segera melompat keluar dengan menggunakan siasat Hie-ciok-chut-lim, atau burung kucica keluar rimba.

Orang itu tidak menunggu lagi sampai Poan Thian keburu menginjak tanah, hanyalah ia lantas maju menerjang sambil membacok ke arah kaki pemuda kita, hingga Poan Thian yang memang telah menduga bahwa pihak musuhnya bakal melakukan penyerangan kilat begitu rupa, sudah tentu saja lantas menangkis dengan Joan-pian di tangannya. Dengan begitu, selanjutnya kedua orang itu jadi bertempur dengan sengit dan tidak banyak bicara pula.

Pihak musuh yang memang telah beraksi dengan sudah dipikir lebih dahulu, keruan saja telah melakukan serangan-serangannya dengan gencar dan hebat sekali, tetapi Poan Thian yang tidak mengetahui siapa sebenarnya musuh itu, sebaliknya tinggal berlaku tenang dan lebih banyak bersikap menjaga dari pada balas melakukan serangan-serangan sebagaimana mestinya seorang lawan yang hendak merobohkan pihak musuhnya selekas mungkin.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang