Perbuatan ini memang merupakan suatu rintangan atau kesukaran bagi orang-orang yang bertenaga kecil, tetapi bagi Ciang Tong yang memang bertenaga amat kuat, semua ini bukanlah suatu hal yang perlu diributi sama sekali.
Dari itu, segera juga ia singsingkan lengan bajunya, pasang bee-sie (kuda-kuda) dan lalu angkat singa-singaan batu itu, yang olehnya lalu dikembalikan pada tempat asalnya masing-masing dengan tidak banyak bicara pula!
Sesudah menunjukkan sedikit kelihayan itu, dengan laku yang tenang si kepala polisi lalu menghampiri pada mereka bertiga, memberi hormat dan menunjukkan roman yang berseri-seri sambil berkata: "Tuan-tuan, haraplah kamu sekalian sudi memaafkan atas kelambatanku ini." (Seolah-olah apa yang telah terjadi tadi tidak pernah dialaminya sama sekali).
"Setelah sekarang kita saling berhadapan," ia melanjutkan omongannya, "belum tahu ada pengajaran apa pula yang tuan-tuan sekalian hendak sampaikan kepadaku?"
Kedua orang yang baru datang itu tinggal bungkam dan hanya mengamat-amati pada kepala polisi itu dengan mata tidak berkesip, hingga si ho-han yang melihat "kebungkeman" itu, lalu tampil ke muka dengan sikap yang sombong dan mata yang menyala-nyala.
"Sebagaimana telah kukatakan pada beberapa hari yang lampau itu," demikianlah memulai si ho-han itu, "aku telah berjanji akan datang pula ke sini. Maka setelah sekarang kami berada di sini, mengapakah engkau berbalik berpura-pura meminta pengajaran dari kami?"
Bu Ciang Tong yang mendengar begitu jadi tersenyum dan berkata: "Oh, kalau begitu, cobalah engkau beritahukan syarat-syarat apa yang harus dikemukakan dalam pertempuran ini, agar supaya sesuatu orang yang kalah bisa merasa rela dan selanjutnya urusan ini jangan sampai "menjadi kepanjangan"."
"Ya, ya, itu aku mufakat," kata si ho-han. "Tentang syarat-syarat yang engkau katakan tadi, itulah boleh dikatakan perlu, juga boleh dikata tidak perlu. Tetapi pokoknya harus dititik-beratkan kepada kejujuran dan kepercayaan.
Apabila orang berkelahi dengan jujur dan akhirnya masih juga kena dikalahkan, maka yang menderita kekalahan pun akan rela mengaku kalah, tetapi jikalau ia merasa yang ia telah dikalahkan dengn secara curang, cara bagaimanakah orang bisa terima itu dan urusan itu lalu disudahi sampai di situ saja?"
"Itu benar, itu benar," sahut Bu Ciang Tong. "Di belakang rumahku ini ada sebidang pekarangan yang agak luas dan baik sekali untuk "berlatih". Marilah tuan-tuan boleh ikut padaku, supaya pertandingan persahabatan ini bisa kita lakukan di sana."
Ketiga orang itu lalu menjawab: "Baik," tetapi dalam prakteknya ternyata berlainan daripada apa yang telah mereka katakan itu.
Karena sebegitu lekas Ciang Tong membalikkan badannya akan mengajak mereka pergi ke pekarangan tempat berlatih di belakang rumahnya, mendadak ho-han itu melirik pada kedua orang kawannya sambil memberi isyarat-syarat dengan kedipan mata. Kedua orang itu yang lantas mengerti apa maunya isyarat itu, dengan sebat lalu mencabut badi masing-masing yang disembunyikan di bawah lipatan kaki celana mereka, dengan mana mereka lalu menyerang pada kepala polisi itu dengan tidak banyak bicara pula.
Tetapi Ciang Tong yang memang sudah mendapat firasat akan "kejadian", begitu, segera menjatuhkan diri ke depan sambil berguling di atas jubin sampai beberapa kali, hingga setelah terluput dari penyerangan yang curang itu, sambil tertawa menyindir dan melirik pada si ho-han itu ia lantas berkata: "Oh, oh, apakah ini ada cara bertempur dengan jujur seperti katamu tadi?"
Si ho-han yang ternyata ada seorang kasar yang tidak tahu malu, bukan saja tidak mau terima kebaikan jengekan itu, malah sebaliknya menjadi amat gusar dan membentak: "Bu Ciang Tong! Jangan engkau mengira bahwa orang gagah di kalangan Kang-ouw hanyalah engkau seorang saja! Engkau telah tidak memandang mata pada kawan-kawan kami dan menganggap bahwa jiwa mereka itu adalah jiwa-jiwa semut! Engkau tangkapi dan bunuhi mereka itu dengan secara kejam, walaupun tahu bahwa di antara engkau dan mereka tak pernah terbit permusuhan apa-apa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan
AdventureDi jaman Ahala Ceng, yaitu pada masa kaisar-kaisar Boan-ciu berkuasa di Tiongkok, di kalangan Kang-ouw banyak terdapat jago-jago silat yang nama-namanya sangat masyhur di seluruh negeri. Salah seorang antaranya adalah Sin-tui Lie Poan Thian, yang il...