18. Nikouw Tua Pendekar Sakti

559 11 0
                                    

Dan bersamaan dengan habisnya ucapan itu, An Hun Ie lalu terjun ke bawah loteng, sehingga badannya hancur remuk dan binasa di seketika itu juga!

Maka setelah Kong Houw kemudian muncul dengan menjinjing kepalanya Ngay Houw Cun yang telah dibunuhnya dalam pertempuran tadi, si nona pun telah kutungi kepada residen jahanam itu. Sedang Poan Thian yang memang bukan memusuhi para pengawal yang mengepung mereka bertiga, lalu hentikan penyerangannya sambil menerangkan di hadapan orang banyak, bahwa kedatangan mereka ke situ bukanlah bermaksud hendak mengacau, tetapi semata-mata untuk menuntut balas atas kekejian si residen jahanam dan gundalnya, yang telah memfitnah dan membuat berantakan keluarga Bu serumah tangga pada masa yang lampau itu.

Lebih jauh Poan Thian menerangkan di hadapan mereka, bahwa Tam-tong yang mereka kenal bernama Thio Sin ini, sebetulnya bukan lain daripada Cap-ek-sin-kauw Ngay Houw Cun yang sudah sekian lama dicari pihak yang berwajib untuk dijatuhi hukuman berhubung ia telah melakukan banyak perampokan di sana-sini dan tak dapat ditangkap karena pihak lawannya yang terkuat yaitu Bu Ciang Tong telah difitnah olehnya dengan jalan bersekongkol dengan residen jahanam yang telah mati menjatuhkan diri dari atas loteng itu.

"Maka pada sesudah maksud kami untuk menuntut balas telah tercapai," kata pemuda kita pula, "tugas kamipun telah berakhir sampai di sini. Dengan begitu, selanjutnya kami mengharap agar supaya tuan-tuan sekalian mendapat induk semang yang jauh lebih bijaksana daripada komplotan manusia busuk ini, yang sebenarnya sama sekali tak berharga untuk dicokolkan di sini sebagai pemimpin anak negeri seluruh kota Hang-ciu."

Setelah selesai berpidato di hadapan para pengawal dan penjaga dari kantor residen tersebut, Poan Thian lalu mengajak si nona dan Kong Houw berlalu dengan membawa dua buah kepala musuh si nona, yang kemudian hendak dipergunakan untuk menyembahyangi rohnya Bu Ciang Tong di kelenteng Leng-coan-sie. Tetapi karena kuatir akan dikepung oleh pihak yang berwajib sebagai pengacau-pengacau yang telah berani melakukan penyerbuan ke kantor pemerintah, maka ketiga orang itu tidak berani berdiam terlalu lama di kelenteng tersebut.

Oleh sebab itu, mereka segera melarikan diri ke tempat lain dengan menunggang dua ekor kuda miliknya Poan Thian dan Kong Houw, dengan yang seekor dinaikkan oleh Bu Liu Sian, sedangkan yang seekor pula dinaikkan oleh Poan Thian dan Kong Houw berduaan, yang ternyata telah menderita luka yang agak berat dalam pertempuran dengan Cap-ek-sin-kauw Ngay Houw Cun, yang akhirnya toh telah berhasil dapat membunuhnya dengan susah payah.

Tatkala mereka telah berjalan beberapa lamanya, mendadak Kong Houw jatuh pingsan dan buru-buru dipondong oleh Poan Thian akan diturunkan dari kuda.

Liu Sian jadi sibuk memberikan pertolongan dan lalu tanggalkan baju luarnya yang lantas dibentangkan di atas rumput.

"Marilah baringkan padanya di situ buat beberapa saat lamanya," kata si nona.

Lie Poan Thian turuti permintaannya dengan hanya mengucapkan satu perkataan: "Ya," kemudian ia membuka pauw-hoknya yang dibebankan di atas kudanya, buat mengambil obat untuk mengobati luka-luka kawannya itu.

Dalam kegelapan, si pemuda yang memegang bahu Kong Houw dan merasakan bahu tersebut agak basah dan lekat, dari itu, Poan Thian lantas ketahui, bahwa darah telah keluar dari luka-luka yang terdapat pada bagian itu.

"Cobalah kau pergi mencari air buat membersihkan darah-darah yang masih mengucur dari luka-luka yang diderita Cin Lauw-hia ini," si pemuda meminta bantuan Liu Sian.

Si nona menurut.

Setelah membuka pauw-hoknya dan mengambil sebuah gelas, lalu ia menyenduk air dari sebuah solokan kecil yang airnya mengalir turun dari mata air yang terdapat di atas bukit. Kemudian ia balik kembali dan kasihkan itu pada Lie Poan Thian, yang segera pergunakan itu untuk mencuci luka-lukanya Cin Kong Houw.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang