10. Hajaran Terhadap Kauw-su Sombong

915 21 0
                                    

Poan Thian jadi terbengong sejurus, karena ia sesungguhnya tak mengetahui bagaimana duduknya perkara yang benar. Dari itu sudah tentu saja ia lantas menanyakan: "Tuan, mohon tanya, aku ini ada dimana? Kau siapa, dan mengapa aku berada di sini?"

"Aku yang rendah adalah Chung-cu dari desa ini," sahut si pemuda. "Namaku Tan Tong Goan. Barusan aku mendengar ribut-ribut di muka gardu, maka aku telah keluar melihat dan ternyata kau telah jatuh pingsan disamping mandorku, yang juga jatuh pingsan dengan mulutnya mengeluarkan banyak darah. Dari keterangan yang telah kuperoleh dari beberapa sebawahanku, aku telah diberitahukan, cara bagaimana kau telah menempiling mandorku itu, yang ternyata telah berlaku amat kurang ajar kepadamu, yang justeru ini berada dalam keadaan sakit.

"Aku di sini amat gemar bergaul dengan orang-orang gagah atau ahli-ahli silat dari tempat-tempat lain. Oleh karena mendapat keterangan dari orang-orang sebawahanku tadi, maka aku lantas ketahui, bahwa kau ini tentu mengerti ilmu silat. Dari itu, aku telah perintah orang-orangku buat bawa kau ke sini, untuk dirawat penyakitmu dengan sebaik-baiknya. Namun belum tahu tuan ini berasal dari mana? She dan nama apa?"

Dengan suara gemetaran Poan Thian menjawab: "Aku she Lie bernama Kok Ciang, asal orang dari kota Cee-lam dalam propinsi Shoa-tang."

Chung-cu atau tuan-tanah itu jadi kelihatan terkejut, waktu mendengar nama yang disebutkan oleh pemuda kita itu.

"Apakah tuan ini bukan Lie Kok Ciang yang terkenal dengan sebutan Sin-tui Lie? Yang dahulu pernah menjadi murid Kak Seng Siang-jin Lo-siansu dari kelenteng Liong-tam-sie, pernah mengalahkan Sin-kun-Bu-tek Louw Cu Leng dan mengobrak-abrik sarangnya Siauw-pa-ong Lauw Sam-ya dari perkumpulan Sam-liong-hwee?"

"Ya, itulah benar aku," sahut Lie Poan Thian.

Dengan diperolehnya keterangan-keterangan itu, Tan Tong Goan baru tahu, dengan siapa ia sekarang sedang berhadapan, oleh karena itu, buru-buru ia membungkukkan badan sambil memberi hormat dan berkata: "Lie Lauw-hia, nyatalah kau ini ada orang yang sudah sekian lamanya aku harapkan buat bisa berkenalan, yang sehingga hari ini dengan secara yang amat tidak terduga, telah dapat bertemu di sini di tempatku sendiri. Penyakit Lauw-hia ini kelihatan agak berat juga, maka aku pikir baik kau beristirahat dahulu di sini untuk beberapa hari lamanya."

Poan Thian mengucap banyak terima kasih atas kebaikannya sang Chung-cu itu.

"Lebih jauh," kata Tan Tong Goan pula, "aku akan merasa girang sekali apabila Lauw-hia sudi menerangkan sebab musabab sehingga kau bisa berada di sini. Jikalau ternyata ada apa-apa yang aku bisa menolong, aku tentu akan berdaya sedapat mungkin guna menolong kepadamu."

Mendengar omongan itu, Poan Thian lalu tuturkan segala sesuatu yang telah terjadi di kota kelahirannya, tetapi sama sekali tidak diterangkan olehnya, bahwa ia hendak minta menumpang tinggal kepada suami kakak perempuannya di Ho-lam.

Oleh karena mendengar keterangan begitu, maka Tong Goan lalu memajukan suatu usul, supaya Poan Thian suka berdiam saja di rumahnya, untuk mengajar ilmu silat kepadanya dan orang-orang sebawahannya.

"Aku di sini betul mempunyai dua orang kauw-su dan beberapa orang ahli silat lain yang kerap menemani kami berlatih," kata Chung-cu, "tetapi kedua orang itu kukira masih belum cukup untuk dapat melatih dengan sebaik-baiknya pada orang-orangku, yang sama sekali berjumlah puluhan orang banyaknya. Maka jikalau Lauw-hia sudi mengabulkan permintaanku, bukan saja aku dan orang-orangku akan merasa sangat berterima kasih, bahkan desa inipun akan merasa bangga dapat memberikan kau tempat, sedangkan para penduduknya boleh belajar ilmu silat di bawah pimpinan seorang ahli silat kenamaan seperti kau ini. Hanya belum tahu, apakah kau sudi mengabulkan atas permintaanku ini?"

Poan Thian yang melihat Tong Goan orangnya begitu baik dan sopan-santun, sudah tentu saja tidak berani menolak permintaan itu.

Begitulah setelah menumpang tinggal beberapa hari lamanya di rumah tuan-tanah yang baik hati itu, barulah Poan Thian merasakan penyakitnya sedikit lebih baik, walaupun kewarasannya belum pulih sama sekali.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang