16. Penjahat Sebagai Kepala Polisi Rahasia

509 10 0
                                    

"Apabila kemudian ia sudah dapat ditangkap, Tay-jin boleh perintahkan orang lobangi bagian tulang yang menghubungkan antara bagian bahu dan badan. Pada bagian lobang itu boleh dipasangi rantai yang membelenggu sekujur badannya, sehingga dengan begitu, walaupun ia punya sayap buat terbang, niscaya ia tak akan mampu lagi buat meloloskan dirinya. Ia boleh bicara besar sebelum ia mengalami kejadian itu, tetapi Tay-jin boleh saksikan bagaimana lagaknya kalau ia nanti sudah mengalami "pengajaran" itu."

Begitulah Houw Cun akhiri pembicaraannya sambil tertawa bergelak-gelak. Hal manapun diturut juga oleh si bupati jahanam itu.

Begitulah dengan menuruti muslihat busuk yang ia telah dapat dari ajaran kepala kampak itu, An Hun Ie lalu mengadakan perjamuan makan minum di antara kaum seterunya, dengan Bu Ciang Tong yang terhitung sebagai "orang luar" adalah orang satu-satunya yang diundang dalam perjamuan tersebut.

Mula-mula Ciang Tong tidak tahu bakal dijebak oleh sepnya sendiri.

Tahu-tahu ketika ia minum tiga cangkir arak dan mendadak merasakan langit dan bumi seolah-olah berputar, barulah ia separuh curiga bahwa diadakannya perjamuan itu tentulah ada mengandung maksud apa-apa yang tersembunyi. Tetapi ia sama sekali tidak menyangka, kalau-kalau hal itu ada sangkut-pautnya dengan hal-hal lain yang akan membawa dirinya ke arah kecelakaan dan kemusnaan diri dan rumah tangganya. Hal mana, baru ia ketahui jelas ketika ia mendusin dari mabuknya dan merasakan sakit yang amat hebat ketika tulang kipasnya dilubangi dan dipasangi rantai-rantai yang kuat! Maka dari itu, jangankan mau berontak untuk meloloskan dirinya, sedangkan untuk bergerak saja ia sudah tidak bebas daripada perasaan sakit.

Sementara An Hun Ie yang sekarang telah menyaksikan Ciang Tong telah diborgol dan tidak berdaya lagi untuk membikin perlawanan, tidak tempo lagi segera membuka persidangan buat memeriksa perkara Bu Ciang Tong yang dikatakan telah mencuri mustika Ya-beng-cu milik Gouw Siu-cay dari kecamatan Nouw-tam-lie.

Tetapi karena merasa tak pernah melakukan kejahatan itu, sudah tentu saja Ciang Tong menyangkal keras atas semua tuduhan itu.

Maka si bupati jahanam yang tidak berhasil buat membikin Ciang Tong mengakui "kedosaannya", dengan gusar lalu mempergunakan segala macam alat pengompres yang paling hebat untuk memaksa memperoleh berbagai keterangan yang diinginkannya. Dan setelah kewalahan buat memaksa kepala polisi itu akan mengaku sebagai pencuri, Hun Ie perintah opas kabupaten buat menjebloskan Ciang Tong ke dalam tahanan.

Dan ketika berselang beberapa hari lamanya, kembali pemeriksaan dilanjutkan. Tetapi karena mengingat bahwa tuduhan busuk itu ada sangkut-pautnya dengan nama baiknya, sudah barang tentu Ciang Tong tidak sudi mengaku dengan begitu saja, walaupun ia merasakan dirinya sudah hampir tidak tahan karena saban-saban mesti mengalami pengompresan-pengompresan yang amat hebat.

Lama-lama, karena tidak mendapat perawatan baik selama berada dalam tahanan, maka Ciang Tong telah jatuh sakit dan akhirnya menutup mata dengan meninggalkan seorang isteri dan seorang gadis remaja yang bernama Liu Sian. Dan tatkala harta bendanya disita "atas nama negeri" dan dikatakan telah dapat dikumpul dengan jalan yang tidak halal, kemudian telah dikangkangi oleh si bupati jahanam, hingga isteri dan puteri Ciang Tong yang bernasib malang dan terusir keluar dari rumah tangganya, terpaksa hidup terlunta-lunta di luaran dengan hanya mendapat tunjangan yang tidak seberapa dari kawan-kawan dan handai taulan yang mempunyai perhubungan baik semasa hidupnya kepala polisi itu.

Maka sesudah ibunyapun telah meninggal juga karena mereras, Liu Sian jadi hidup sebatang kara dan terpaksa menyingkir ke tempat sunyi untuk berikhtiar akan menuntut balas pada si bupati jahanam yang telah menjadi gara-gara dari kematian ayah-bunda dan keruntuhan rumah tangganya itu.

Liu Sian ini sejak masih anak-anak memang pernah meyakinkan ilmu silat di bawah pimpinan ayahnya sendiri, tetapi karena mengingat bahwa Liu Sian hanya ada seorang perempuan saja, maka Ciang Tong tidak terlalu mengutamakan untuk mendidik sang puteri buat menjadi seorang ahli silat besar sebagai dirinya sendiri.

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang