17. Penyerangan Terhadap Residen Jahat

527 12 0
                                    

Sekembalinya ke gedung residen, si kepala kampak ini buru-buru pergi menjumpai An Hun Ie, yang ternyata tidak mendapat luka apa-apa selain mengalami sedikit kekagetan. Dan sesudah menyatakan kegirangannya melihat sep bebodor itu tidak kurang suatu apapun, Houw Cun lalu menganjurkan agar supaya Hun Ie segera mengeluarkan maklumat untuk menangkap pembunuh yang telah gagal itu.

Hun Ie membenarkan dan menurut usul gundalnya itu. Kemudian dengan tidak menunggu lagi sampai di hari esoknya, pada malam itu juga residen keji ini telah perintah pengawal-pengawalnya buat menulis maklumat itu, yang antara lain berbunyi sebagai berikut:

"Barang siapa yang dapat menangkap si pembunuh itu, mati atau hidup, akan diberi hadiah seribu tail perak, tetapi barang siapa yang berani melanggar perintah serta berani menyembunyikan si pembunuh, bukan saja harta bendanya akan disita oleh negeri, malah orangnya pun akan dijatuhi hukuman yang sama beratnya dengan si pembunuh itu sendiri!"

Maka semenjak dikeluarkannya maklumat-maklumat itu, para penduduk dan pemilik-pemilik rumah penginapan jadi keder buat menerima sembarang orang yang agak mencurigakan akan menumpang tinggal. Dan jikalau ada juga beberapa orang diterima untuk menumpang menginap, mereka tak suka mengizinkan si tetamu itu berdiam lebih lama daripada tiga hari.

Oleh sebab itu juga, tidaklah heran kalau Bu Liu Sian yang perlu berdiam agak lama buat mencapai maksudnya untuk membikin pembalasan pada An Hun Ie dan Ngay Houw Cun, jadi ketakutan karena diadakannya larangan tersebut.

Untuk dapat menghindarkan diri daripada intaian mata-mata dan orang-orangnya Ngay Houw Cun yang selalu berkeliaran ke sana-sini dan sewaktu-waktu mengadakan penggeledahan dengan sekonyong-konyong, Liu Sian terpaksa bersembunyi di kelenteng Leng-coan-sie, dengan ia sendiri sama sekali tak pernah menyangka, bahwa berdiamnya ia di situ telah menerbitkan "lelakon burung" tentang adanya "hantu putih" yang bersarang di kelenteng kuno tersebut.

Lebih jauh karena Liu Sian yang sudah putus asa kerap uring-uringan dan merasa jemu dengan pengunjung-pengunjung yang datang ke situ, maka tidak jarang ia menyambut mereka itu dengan sambitan-sambitan batu bata atau genteng, agar supaya mereka kapok akan selanjutnya berkunjung pula ke situ. Tidak tahunya perbuatan itu telah menarik juga perhatiannya Lie Poan Thian, sehingga karena usahanya ini, akhirnya dapatlah dibongkar suatu perkara penasaran seperti apa yang telah dituturkan oleh si nona tadi.

Pemuda kita mendengarkan semua penuturan itu dengan penuh perhatian. Disamping menyatakan simpati dan menghibur supaya si nona jangan terlalu bersusah hati, iapun menyatakan kesediaannya untuk bantu berikhtiar akan membasmi residen jahanam berikut gundalnya yang amat keji itu.

Begitulah setelah minta supaya Liu Sian suka bersabar dahulu sedikit waktu lamanya, Poan Thian lalu berpamitan akan kembali ke tempat penginapannya.

"Sebentar malam dengan mengajak seorang kawanku," ia menambahkan, "aku akan kembali pula ke sini buat bantu merembukkan lebih jauh urusanmu ini. Karena setelah selesai penggerebekan kedua yang akan dilakukan terhadap sarang kawanan manusia busuk itu, tidak perduli apakah maksud itu bisa berhasil atau tidak, kita sekalian perlu angkat kaki selekas-lekasnya dari sini, kalau tidak, kita akan dicekal oleh alat-alat negara sebagai kawanan pengacau yang merusak kesejahteraan dan tata-tertib di dalam negeri."

Oleh karena itu, maka si nona pun berjanji akan turuti sesuatu pengajarannya pemuda kita.

Kemudian Poan Thian kembali ke tempat penginapannya, dimana ia dapatkan Kong Houw sedang duduk termenung di atas pembaringannya. Dan tatkala melihat Poan Thian kembali dengan mengambil jalan dari jendela kamar, ia jadi berbangkit dan hendak buka mulut buat menanyakan apa-apa, tetapi Poan Thian lekas memberi isyarat supaya ia jangan bikin ribut.

Setelah itu ia mendekati pada Kong Houw dan bicara dengan perlahan-lahan, katanya: "Kali ini aku telah ketemukan suatu perkara Wan-ong, suatu persoalan yang membuat kita turut merasa penasaran, hingga tak boleh tidak akan kita turut campur tangan dalam urusan ini."

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang