32. Penyelesaian Sengketa "Sin-tui Bie"

393 10 0
                                    

"Tetapi oleh karena mengingat bahwa dalam suatu pertempuran tidak semua orang akan "keluar" dengan badan utuh," katanya, "maka aku banyak harap supaya Lo-suhu sudi memaafkan kepadaku, apabila dalam pertempuran ini aku kesalahan tangan sehingga melukai pada saudaramu."

"Ya, ya, itulah memang ada suatu hal lumrah yang tidak usah kau jelaskan pula kepadaku," kata Tie Hwie Taysu, yang berbareng dengan itu, ingin coba menyaksikan juga sampai di mana kepandaiannya Lie Poan Thian yang begitu disohorkan orang di kalangan Kang-ouw sebagai si Kaki Sakti.

Maka dengan mengajak pihak yang bersangkutan ke suatu lapangan yang agak luas dan terletak di belakang kelenteng dengan dilingkungi pagar tembok tinggi, Tie Hwie Taysu lalu kumpulkan semua murid-muridnya buat turut menyaksikan pertempuran itu, sambil dipesan akan jangan bersorak-sorak atau menerbitkan suara ribut-ribut yang akan dapat menarik perhatian orang yang kebetulan melewat di luar atau di muka kelenteng itu.

Begitulah setelah kedua pihak telah saling berhadapan di tengah lapangan, Tie Hwie Taysu lalu memberi tanda bahwa pertempuran itu boleh segera dimulai.

Dalam pada itu, dengan tidak menunggu lagi sampai sang toosu selesai berbicara, Sin-siu-tay-seng Bie Tiong Liong segera menerjang pada Lie Poan Thian dengan menggunakan siasat Go-houw-pok-yang, atau harimau kelaparan menerkam kambing.

Ilmu pukulan itu memang amat cepat dan sangat berbahaya bagi seorang yang kurang paham ilmu silat, tetapi bagi seorang yang sudah ulung dalam pertempuran sebagai Lie Poan Thian, ilmu pukulan itu seakan-akan merupakan remeh yang hampir tidak ada artinya sama sekali.

Tetapi karena ia ada seorang yang tidak suka memandang ringan pada musuh-musuh dari tingkat yang mana juga, maka ia selalu bisa berlaku tenang dan melakukan penjagaan dengan baik pada tiap-tiap pukulan yang orang telah ajukan kepada dirinya. Apalagi karena ia telah menduga bahwa Bie Tiong Liong akan "ngepiah" buat merobohkan padanya sebagai lawan dan musuh besar dari muridnya sendiri, sudah tentu saja ia belum mau sudah apabila belum melihat Poan Thian rebah di tanah dengan mendapat luka-luka parah yang bisa membahayakan jiwa dan mengalami keruntuhan nama baiknya yang telah sekian lamanya mengharum di kalangan Kang-ouw.

Begitupun Lie Poan Thian yang tidak mau dinodakan namanya oleh seorang yang belum begitu tersohor sebagai dirinya sendiri, selalu berjaga-jaga dan menunjukkan kepandaiannya dengan dimulai dari gerakan-gerakan yang kendor dahulu, kemudian semakin cepat dalam babak-babak berikutnya.

Poan Thian yang melihat dengan tegas bahwa letaknya kelemahan pihak musuhnya itu adalah di bagian kaki, (yang toh dengan secara berani mati ia "membual" Sin-tui dengan memakai gelaran kakaknya), diam-diam jadi geli di hati dan kemudian lalu mulai mempertunjukkan serentetan tendangan-tendangan yang telah diperlihatkannya di hadapan Bie Tiong Liong, dengan pengharapan supaya musuh itu bisa mengerti, bahwa apa yang telah bikin ia terkenal di kalangan Kang-ouw, bukanlah SIN-TUI tetiron seperti apa yang pernah "dipamerkan" oleh Tiong Liong dengan memalsukan nama julukan orang lain.

Sementara Tiong Liong sendiri yang ternyata mengerti juga apa maksudnya pemuda kita berbuat begitu, sudah tentu saja jadi amat mendongkol dengan "sentilan halus" itu. Maka dengan tidak memikirkan pula akan akibat-akibat dari pada perbuatan-perbuatan yang dilakukannya pada saat itu, Tiong Liong lalu "ngepiah" dengan mengajukan berbagai macam ilmu pukulan lihay yang ia pernah yakinkan seumur hidupnya.

Tetapi karena segala rahasia kelemahannya telah diketahui cukup jelas, sudah barang tentu tidak sukar buat Poan Thian membikin setiap gerakannya Bie Tiong Liong jadi "ngawur", dengan jalan mengajukan serangan-serangan yang hebat ke arah bagian-bagian yang lemah dari pihak lawannya itu.

Tie Hwie Taysu yang sekian lamanya menaruh perhatian atas ilmu tendangan yang dipergunakan oleh Lie Poan Thian, diam-diam ia jadi memuji di dalam hati atas kebagusan dan kegesitan pemuda kita yang telah mempertunjukkan ilmu kepandaiannya itu. Bahkan In Liong sendiri yang telah sekian lamanya tidak pernah menyaksikan sang sutee bersilat, dengan tidak terasa lagi jadi kelepasan omong dan mengatakan: "sungguh tidak kunyana, bahwa ilmu kepandaianmu telah maju sedemikian pesatnya!"

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang