"Pergunakanlah tipu "Hun-kim-siu" (Muslihat membagi emas)," sahut yang ditanya dengan tidak ragu-ragu lagi. "Sebab tipu silat yang kau katakan barusan itu, pada umumnya dipergunakan untuk menyerang dengan berturut-turut di waktu bertempur dengan musuh. Maka apabila orang menggunakan ilmu pukulan Hun-kim-siu buat menimpalinya, niscaya pihak musuh akan mengalami lebih banyak celaka daripada selamat!"
"Tetapi Tee-cu sendiri telah mendapat suatu jalan lain yang agak berbedaan dengan pendapat Suhu tadi," katanya, "dan cara inipun dapat dipergunakan, untuk memecahkan tipu Sian-jin-ciauw-ciang itu."
An Chun San yang mendengar omongan sang murid, mendadak tampaknya jadi kurang senang.
"Kurang ajar benar anak ini," demikianlah pikirnya. "hingga baru saja belajar ilmu silat setahun lebih, ia sudah mengunjuk tingkah laku yang begitu sombong! Ia seolah-olah mau lebih menang daripadaku yang menjadi gurunya. Maka apabila aku tidak ajar sedikit adat, tentulah selanjutnya ia bisa khoa-bo (memandang enteng) kepadaku." Oleh sebab itu ia berkata: "Apakah yang kau katakan barusan itu benar-benar?"
Poan Thian menetapkan perkataannya dengan mengatakan: "Ya, benar."
An Chun San jadi semakin mendongkol mendengar jawaban itu, karena itu baginya boleh dianggap sebagai suatu tantangan.
"Kalau begitu, baiklah!" katanya. "Aku hendak melihat cara hagaimana engkau akan menghindarkan dirimu, apabila aku menyerang kepadamu dengan tipu Sian-jin-ciauw-ciang!"
Lalu ia maju mendekati kepada sang murid. Hampir dalam saat itu juga Chun San lalu mengayunkan tangan kirinya ke depan muka Lie Poan Thian, yang maksudnya untuk membikin terkesiap hati orang, sedang tangan kanannya yang menyusul dengan cepat, dimaksudkan untuk memukul jalan darah Thay-yang-hiat pada bagian pilingan murid itu. Serangan itu telah dilakukan oleh An Chun San dengan gerakan yang luar biasa cepatnya!
Dalam pada itu Chun San percaya, bahwa Poan Thian tidak akan mampu memecahkan serangan-serangan itu, jikalau bukan menggunakan ilmu Hun-kim-siu yang pernah diajarkannya.
Tetapi dugaan itu ternyata meleset.
Poan Thian bukan saja tidak menggunakan tipu Hun-kim-siu barang sedikit, malah gerakannya untuk menghindarkan diripun jauh berbeda daripada apa yang pernah diimpikan oleh An Chun San sendiri. Sang murid ini ternyata tidak melakukan penangkisan menurut cara yang pernah diajarkannya itu!
Hal mana, sudah tentu saja, telah bikin Chun San jadi semakin mendongkol!
Buat menghindarkan pukulan itu, Poan Thian bukan berkelit atau mengegos, hanyalah segera membuang diri ke belakang, tetapi berbareng dengan itu, kedua kakinya lalu dikasih bekerja untuk menyapu ke arah kakinya An Chun San.
Sang guru jadi terkejut, ia tidak tahu dari mana Poan Thian dapat pelajarkan ilmu tendangan yang baginya masih agak asing ini.
Buru-buru ia berlompat buat mengasih lewat sebelah kakinya Poan Thian yang menyamber kepadanya itu. Tetapi sebegitu lekas kakinya menginjak tanah, kaki Poan Thian yang menyamber balik telah bikin Chun San jadi gelagapan!
"Celaka!" ia berteriak di dalam hati.
Ia sama sekali tak menduga, bahwa muridnya dapat melakukan ilmu tendangan selihay itu!
Akan menghindarkan diri dari tendangan musuh dengan jalan melompat ke atas, itulah bukan pekerjaan yang terlalu sukar; tetapi buat menghindarkan tendangan musuh yang menyamber di waktu kita akan menginjak tanah, itulah sesungguhnya ada saat yang paling berbahaya bagi kita. Dan itulah justeru ada di bagian ini yang Poan Thian telah mengambil ketika untuk menjajal kesebatan gurunya.
Maka sebegitu lekas saat yang tegang itu telah sampai, sekonyong-konyong An Chun San terdengar berteriak: "Ayaah!" yang kemudian disusul dengan suara-suara "plak!" .,sret!" "gedebuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan
AventureDi jaman Ahala Ceng, yaitu pada masa kaisar-kaisar Boan-ciu berkuasa di Tiongkok, di kalangan Kang-ouw banyak terdapat jago-jago silat yang nama-namanya sangat masyhur di seluruh negeri. Salah seorang antaranya adalah Sin-tui Lie Poan Thian, yang il...