06. Tantangan Si Jago Tua

1.1K 21 0
                                    

Sesampainya di rumah Ma-cu Lie, Poan Thian bertemu dengan Ah Chit yang ia kenali sebagai salah seorang yang pernah ia hantam di loteng Chay-hong-lauw. Tetapi karena mengingat bahwa kedatangannya kali ini bukanlah hendak mencari setori, maka dengan berbaik ia lantas bertanya: "Sahabat, apakah tuan Lie Cong Tong ada di rumah?"

Lie Cong Tong itu adalah nama aslinya si bopeng.

"Ada," sahut si Ah Chit, "tetapi ia masih sakit dan tak dapat menerima tetamu."

"Aku di sini membawa surat dari tuan Lie sendiri," kata Lie Poan Thian, "yang bunyinya menyuruh aku datang buat menerima uang penggantian kerugian yang harus diterimakan pada pengurus penggilingan Eng Tiang Chun Mo Hong."

"Majikanku sekarang dalam keadaan sakit, cara bagaimanakah bisa melunaskan perhutangan itu?" kata Ah Chit. "Surat itu kukira bukan dikirim dari sini."

"Itu tidak bisa jadi!" kata Lie Poan Thian dengan sengit. "Habis ada siapakah lagi yang bernama Lie Cong Tong di daerah sekitar kita ini?"

"Mungkin juga ada orang lain yang hendak mengadu dombakan kau dengan majikan kami," kata Ah Chit. "Harap sekarang kau boleh pulang saja dahulu, nanti lain hari kau boleh kembali lagi buat berurusan dengan majikan kami."

Tetapi Lie Poan Thian tak mau mengerti dan lalu bentangkan surat yang ia bawa dengan dibubuhi tanda tangannya Ma-cu Lie. "Ni, kau lihat!" katanya. "Apakah ini bukannya tanda tangan majikanmu?"

Ah Chit yang memang ada seorang kasar yang buta huruf, tentu saja tidak dapat membaca walaupun telah dipaksa oleh Poan Thian begitu rupa, sehingga akhirnya ia lantas menggelengkan kepala sambil berkata: "Oh..... Ah, aku tidak pandai membaca!"

"Kalau begitu," Poan Thian berkata dengan suara memaksa, "biarlah aku sendiri saja yang pergi ketemui padanya!"

"Oh, itu tidak mungkin!" kata Ah Chit pula dengan suara keras. "Karena sebagaimana telah kukatakan tadi, majikanku hari ini tidak menerima tetamu!"

Lie Poan Thian jadi mendongkol dan lalu mengucap: "Kurang ajar!"

Sementara Ah Chit yang telah kenal kegagahannya Lie Poan Thian, buru-buru berlari masuk untuk menyiapkan kawan-kawannya yang memang bersembunyi di sana-sini dengan masing-masing sudah menyediakan toya dan barang-barang tajam yang lainnya.

Tetapi Poan Thian yang melihat gelagat tidak baik, terlebih siang lantas berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan.

Maka di waktu melihat ada berapa orang gundalnya Ma-cu Lie yang keluar dengan membekal senjata, dengan tertawa getir ia lantas menuding pada orang-orang itu sambil berkata: "Hai, apakah kamu sekalian hendak mengeroyok aku? Kalau maksud itu benar, kamu harus berjaga-jaga, karena senjatamu sendiri bisa di suatu saat berbalik makan tuan! Aku dan kamu sekalian tidak pernah tersangkut permusuhan atau urusan apa-apa pun juga, dari itu aku merasa perlu buat memperingatkan kepada kamu sekalian. Sekarang pergilah beritahukan kedatanganku ini kepada majikanmu, bahwa aku di sini tengah menantikan uang penggantian kerugian yang ia telah janjikan akan lunaskan pada hari ini juga!"

Tetapi tiada seorangpun yang mau berlalu dari situ. Mereka tidak mengucap barang sepatah katapun. Demikian juga tiada seorang pun yang berani "menyerobot" dengan secara membuta tuli, meskipun mereka semua membekal senjata dalam tangan masing-masing.

Oleh karena mendapat kesimpulan bahwa mereka masih ragu-ragu atau takut untuk mengambil tindakan yang tegas, maka Poan Thian pun lalu sengaja menggertak dengan berseru: "Mundur tidak mau dan maju pun tidak mau, apa sih kehendak kamu sekalian yang sebenar-benarnya? Jikalau kamu pikir baik mengeroyok, ayolah kamu boleh coba keroyok aku, jikalau kiranya tidak berani, kamu sekalian boleh segera mundur dengan serentak!"

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang